Mate Project by San_21_Arts
.
.
.
"Huh? Nikah? Tapi aku baru lulus SMA om."
"Ngapapa kan udah legal."
Iya... Yaudah, tapi sama siapa?"
"Sama om dong~"
"Kalau itu sih enggak mau, kita beda sepuluh tahun om."
.
.
.
Start: 20 Januari 2021
End : 14 Mei...
Ngabuburit puasa kedua bareng Gojou? Gass hayukk :3
. . .
. . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . .
Kaki (y/n) menuruni jalanan terjal dengan cepat hingga berhenti pada halte bus tempat Gojou dulu membawanya pulang dan gagal pergi ke universitas.
(Y/n) menaiki bus dan duduk disalah satu kursi paling belakang. Disampingnya terdapat seorang laki-laki yang tengah sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. (Y/n) tidak mempedulikan laki-laki itu dan menarik tudung hoodie hingga menutupi seluruh rambut dan menarik kerah hoodie untuk menutupi sebagian wajahnya.
Bus berjalan meninggalkan halte, ponsel (y/n) yang ada disaku bergetar pelan menandakan sebuah pesan yang masuk. Sebuah hubungan pesan email dari pusat otoritas perkuliahan yang memberitahu bajwa dia yang datang terlambat untuk mengambil kunci loker dan almamater.
Hela nafas keluar dari mulut (y/n), otaknya berputar memikirkan dua hal, keselamatan orang tuanya dan izin Gojou untuk berkuliah.
Heran, laki-laki itu benar-benar melarangnya untuk ikut berkuliah padahal seharusnya itu akan membantunya punya calon istri yang berpendidikan.
Calon istri, pipi (y/n) sedikit menghangatkan memikirkan kata-kata itu. Dia tak menyangka orang yang sudah membantunya ternyata adalah takdirnya sendiri.
Manik (y/n) mengerjap pelan ketika sebuah ide melintas diotaknya. Ide untuk membuat Gojou mau memberi izin untuk berkuliah. Bibirnya mengulas senyum tipis dan memutar stungun dan pisau lipat yang ada disaku hoodie nya.
Bus melaju kencang dijalanan menuju halte terakhir ditempat yang cukup -ralat- sangat jauh dari kediaman Gojou. Menaiki area perbukitan, (y/n) disambut rumah satu lantai yang luas dengan taman bunga didepan rumah dan kebun sayur disamping rumah.
Rumah kedua orang tuanya terlihat sepi ditambah dengan suara jangkrik dan hewan malam lain yang bersahutan memenuhi indera pendengaran.
Prang!
Suara pecahan kaca dari dalam rumah membuat (y/n) semakin bersikap hati-hati sekaligus khawatir.
Ludahnya ditelan keras saat melihat bayangan seseorang dari dalam rumah dijendela kamar tidur ayah dan ibunya.
Tangan (y/n) mengambil tali tambang yang ada didekat kebun keluarganya. Tangannya juga mengambil ranting tebal dan memotong bagian ujung agar meruncing.
Kakinya turun kearea perbukitan dan mulai memasang satu-persatu jebakan, dia belum tahu ada berapa banyak orang yang mengancamnya didalam sana. (Y/n) memasang total tujuh jerat yang kalau ada yang berhasil terjebak, minimal kaki mereka akan tertusuk oleh ujung ranting yang tajam hingga membuta mereka kesulitan berjalan.
(Y/n) mengulas senyum tipis melihat jebakan-jebakan yang dia pasang. Orang-orang itu salah berurusan dengannya yang sudah hafal dengan setiap seluk beluk bukit dan hutan dibelakang rumahnya.
(Y/n) beralih dan membakar beberapa ranting dan dedaunan menggunakan belakang stungun yang berfungsi sebagai matches darurat.
Asap yang membumbung tinggi keangkasa membuat orang-orang yang ada didalam rumah keluarga (y/n) keluar.
Dua orang laki-laki berbadan kekar yang jelas bukan kerabat atau orang yang (y/n) kenal keluar. Tato dilengan dan leher mereka sudah cukup untuk membuktikan merekalah yang mengancamnya, atau mereka hanya bidak dari seseorang yang mengancam (y/n).
Kedua laki-laki itu berjalan memasuki area hutan untuk memastikan siapa yang membakar dan menimbulkan asap didalam hutan. (Y/n) langsung masuk kedalam rumah lewat pintu belakang dekat kandang anjing yang kosong. Sepertinya orang-orang itu melepaskan anjing-anjing berburu ayahnya kehutan. (Y/n) jadi tersenyum melihat kelalaian orang-orang itu.
(Y/n) masuk, mengendap-endap dibelakang meja makan. Matanya menyaksikan seorang wanita dengan rambut hitam terurai bergelombang tengah duduk didepan kedua orang tuanya yang terikat didalam kerangkeng besi. Ada dua orang lain yang duduk merokok didepan televisi.
Ini membuat (y/n) jadi semakin kesulitan, tidak mungkin dia bisa menang melawan tiga orang lain yang kemungkinan bersenjata tajam atau lebih parah lagi punya pistol. Bisa-bisa kalau salah langkah sedikit saja dia akan berakhir dengan tubuh bersarang timah panas.
Sementara (y/n) sedang memikirkan rencana membebaskan kedua orang tuanya, Gojou Satoru mengusap pelan matanya yang berkunang-kunang. Kira-kira hampir satu jam dia tak sadarkan diri.
Laki-laki bersurai salju itu tidak menyangka akan dibius oleh (y/n). Giginya bergemeletuk keras dan berdecih kesal. Gadis itu harus dihukum agar tidak berpikir kabur lagi darinya.
Gojou berdiri dan berjalan kearah kamar (y/n). Matanya terfokus pada satu kotak yang didalamnya ada foto dan tulisan merah. Tangannya meremas hingga hancur, gadisnya berkelakuan seperti ini ternyata karena ancaman seseorang yang mengirimkan kotak yang sama selama dua hari belakangan ini.
Ya, ancaman itu sudah ada selama dua hari ini. Dan ini adalah kotak ketiga yang dikirim. Gojou berjalan cepat dan mengambil jaket dan kacamata hitamnya dari dalam laci.
Sedikit kesal karena (y/n) pergi begitu saja tanpa berbincang mengenai kotak yang dikirim orang aneh dan berisi ancaman padanya.
Gojou mengunci pintu dan berpindah tempat kelangit. Laki-laki itu melihat jejak benang merah miliknya dan (y/n) yang bersambung kesuatu tempat. Gojou mengikuti alur jejak benang merahnya hingga sampai pada sebuah rumah yang dia kenali sebagai rumah calon mertuanya.
Gojou turun dan masuk begitu saja kedalam rumah. Disana terdapat jejak darah segar dilantai. Jarinya mengusap darah dan menatap kearah luar.
Rumah yang berantakan dan sebuah potongan jari yang tersangkut didekat pecahan kaca jendela.
Rahangnya mengeras menyadari (y/n) kini berada dalam bahaya. Matanya menatap tajam hutan dan berlari cepat memasuki area hutan.
Deru nafasnya semakin cepat ketika telinganya mendengar teriakan keras. (Y/n) nya berteriak keras dan itu membuat Gojou semakin panik.