𖣂 13

3.9K 635 101
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

..

.

Menyadari (y/n) sudah tak lagi bergerak, kedua orang itu menghela nafas lega karena tak harus leboh kejam lagi pada putri angkat mereka.

Suara pijakan terdengar dari arah belakang, ibu (y/n) melihat laki-laki dengan topi yang menutupi kepalanya datang membawa sebuah kotak.

Ibu (y/n) tersenyum senang dan menerima kotak itu dengan penuh suka sebelum hidungnya mencium aroma amis lain yang berasal dari dalam kotak itu.

"Aku tidak bilang aku akan memberikan anak kalian secara utuh kan?"

Kata-kata itu membuat ayah (y/n) naik pitam. Pisau yang tadinya menancap di dada (y/n), ditarik hingga membuat darah keluar semakin cepat dari lubang itu.

Ayah (y/n) kalap melihat istrinya menangisi potongan kepala bayi yang sudah mereka tunggu-tunggu selama dua puluh tahun lebih. Ayah (y/n) mencoba menyerang laki-laki bertopi.

Laki-laki itu dengan santai menendang tungkai kaki ayah (y/n) hingga patah. Tangannya membuka topi dan berjalan menatap wajah pucat (y/n). Bibirnya tersenyum lebar dan kakinya menginjak leher (y/n) dengan kasar.

"Gara-gara kau!" ucapnya kesal. "Kalau saja kau mati saat itu aku pasti sedang berpesta dengan uang-uang itu sekarang!"

Kakinya terus menginjak-injak leher (y/n). Laki-laki itu melepaskan kekesalannya dan menendang tubuh (y/n) memasuki danau. "Mati saja. Tidak ada yang menginginkanmu hidup gadis sialan."

Ayah dan ibu (y/n) menatap orang gila itu takut. Dia tidak segan-segan membunuh siapapun yang membuatnya kesal. Ayah (y/n) lebih memilih memeluk istrinya dan berjalan cepat menjauhi tempat itu sambil membawa kotak berisi mayat putra mereka.

Laki-laki yang menendang tubuh (y/n) masuk kedalam air tadi tertawa keras. Otak sintingnya merasa puas setelah menenggelamkan tubuh (y/n) kedalam danau.

(Y/n) sendiri mulai merasakan dingin ditubuhnya. Lehernya terasa sakit hingga membuatnya tak bisa menggerakkan kepala. Tangannya masih terikat dibelakang tubuhnya, air mulai menggantikan darah yang keluar dan menyatu dengan air danau.

(Y/n) mulai mati rasa. Kakinya tak lagi terasa. Bibirnya bergetar melihat benang merah yang tak lagi terhubung.

(Y/n) tahu dia pasti akan mati hari ini.

"Maaf, Satoru-san."

.
.
.

Gojou merasa tercekat dilehernya. Laki-laki itu terjatuh terbaring di tanah dan mencoba meraup udara. Tubuhnya terasa berat. Jemarinya terasa sedingin es. Dan matanya memanas melihat benang merah yang menghubungkannya dengan (y/n) memudar.

Laki-laki itu mencoba berteriak keras. Satu-satunya wanita diruangan itu terlihat panik melihat sahabatnya seperti itu.

Shoko namanya, wanita itu mencoba menenangkan Gojou yang meraung semakin keras.

Lirihan pelan terdengar menggema ditelinga dan otaknya. Gojou mencoba berlari meski kakinya terasa sangat sakit. (Y/n) nya berada dalam bahaya.

Tubuh Gojou sesekali menabrak orang yang tak sengaja berpapasan dengannya. Laki-laki itu terus berlari mengikuti benang merahnya yang mulai memudar.

Tak peduli dengan rasa letih, Gojou sampai pada sebuah danau didalam hutan. Air mata masih setia mengalir keluar membasahi wajah laki-laki itu. Dia melihat jejak darah diatas tanah. Matanya melirik kearah mobil dan membuka pintunya. Disana terdapat sebuah ponsel yang sangat dia kenali. Ponsel milik (y/n) itu dipatah duakan oleh seseorang.

Gojou berlari kearah danau dan tanpa babibu, langsung meloncat masuk kedalam danau.

Air gelap yang mengigilkan tulang dia abaikan. Gojou terus mencari kemana ujung samar benang merahnya.

Jari Gojou berhasil mendapatkan tubuh (y/n). Gojou membawa (y/n) kembali kepermukaan. Laki-laki itu mencoba menghentikan pendarahan pada dada (y/n). Dia tahu itu sia-sia, tapi terus saja berharap.

Kekuatan miliknya pun kini tak lagi bisa mengembalikan jiwa yang sudah meninggalkan tubuh.

Gojou menunduk dan berteriak sekeras-kerasnya mungkin. Tangannya memeluk tubuh dingin (y/n). Bibirnya mengecup bibir pucat (y/n) terus menerus. Berharap itu akan mengganggu (y/n) dan memarahinya seperti dulu.

"Kumohon..."

Lirihannya dibawa terbang desau angin malam dan gesekan ranting dihutan.

Hari ini, malam ini, dia menyesali keterlambatannya.

Gojou tak lagi bisa mempertahankan kewarasannya. Matanya memandang tajam kearah danau. Memicing bagaimana dia bisa memuaskan hasrat kehilangannya.

Karena membunuh saja tidak cukup untuknya.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.
.

.
.
.

San: Gojou Satoru join the sadboy grup bersama Megumi dan Toge 🙏🏻🗿

.
.
.

.
.
.

.
.
.

See you in epilog 🏃🏻‍♀💨💨💨

13 Mei 2021

✔ ꒦ ͝  Proposal (G.Satoru x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang