𖣂 02

5.7K 936 242
                                    

Duduk dibangku kafe dengan lagu melow yang mengiring dan terdengar hingga kesudut kafe, Gojou Satoru terlihat mengenaskan dengan wajah ditekuk diatas meja. Hela nafas sesekali keluar dari bibirnya.

Hatinya gundah, gadis tersayang sangat tidak peka. Tangannya membuka buku 1001 menaklukkan gadis tidak peka kepunyaan Fushiguro, muridnya.

"Buku sialan," umpat Gojou pelan. Cara pertama tertulis disana. Merayu, tapi justru tidak membuahkan hasil sedikitpun.

Tangannya membuka cara kedua, memberi bunga. Gojou mengembangkan senyumannya, kali saja (y/n) peka dan mau menerima ungkapan hatinya.

Tangannya mengetik nomor adik kelas berambut pirang yang selalu jadi bahan kejahilannya disetiap waktu luang.

"Na~na~miiinnn~"

Nada menjengkelkan keluar dari bibirnya. Telepon yang tadinya terhubung sontak diputus secara sepihak oleh orang diseberangnya. Membuat laki-laki berambut putih itu tersentak dan terkejut pelan menatap layar ponsel yang berkedip pelan.

Matanya mengerjap dari balik kacamata hitam, "are?"

Tangannya sekali lagi menekan dial nomor hingga tersambung. Butuh dua kali bunyi hingga panggilannya diangkat.

"Maaf, kau salah sambung."

Sekali lagi, terdengar suara malas dari seberang sana, Gojou langsung kicep dan meminta Nanami untuk tidak menutup panggilannya karena ada keadaan genting.

"Keadaan genting apa?" tanya Nanami yang ada diseberang sana.

"Anu... Begini, apa kau bisa mencarikan orang yang bisa buat karangan bunga? Aku butuh yang besar! Sangat besar kalau bisa~"

Nanami mengernyitkan keningnya, "ya, aku kenal satu perempuan yang membuat karangan bunga. Memangnya itu untuk siapa?"

Wajah Gojou cerah seketika, "nee~ bisakah kau memintanya membuatkan karangan bunga itu? Akan kubayar nanti, aku janji karena aku sultan. Dan tolong kirimkan kealamatku!"

"Haa... Baiklah," ucap Nanami pasrah.

Gojou memasang senyum lebar dan langsung berdiri dari duduknya. Berjingkrak-jingkrak senang ketika telepon diputus kembali oleh Nanami. Kesempatan besar harus menggunakan yang besar juga. Gojou menghiraukan tatapan kesal pengunjung kafe lainnya dan malah tertawa terbahak-bahak.

"Ahahaha! Kali ini pasti bisa!" ucapnya percaya diri. Beberapa karyawan langsung datang dan menegurnya agar tidak berkelakuan seperti bocah.

Gojou yang ditegur memilih keluar dari kafe setelah membayar minuman dan makanan manis yang tadi dia pesan. Pakaian hitam khas miliknya dilirik banyak orang dijalan, ditambah rambut putih yang jarang terlihat miliknya itu sangat mencolok. Kacamata hitam yang menyembunyikan manik blue sky miliknya ikut dilirik.

Beberapa perempuan tertawa cekikikan membicarakan wajah tampan Gojou, Gojou yang mendengar itu langsung mendekati kumpulan perempuan itu dan ikut bergabung dalam pembicaraan. Sesekali membuka kacamata hanya untuk menggoda dan membuat orang-orang semakin penasaran dengan apa yang tersembunyi dibaliknya.

Kebangsatan Gojou kembali menguak keudara.

.
.
.

Gojou sesekali tersenyum lebar menanti (y/n) dirumah dengan banyak bunga juga wajah senyum lebar dan pipi memerah malu. Gojou mulai ber euforia sendiri memikirkan (y/n) yang malu-malu menerima karangan bunga yang dia pesan.

Sesampainya didepan rumah, bukannya wajah memerah malu, Gojou disambut wajah pias (y/n) yang berdiri membeku dengan alis berkerut.

"Are? (Y/n)-chan? Ada apa?"

Dengan gerakan patah-patah, (y/n) menatap Gojou dengan wajah pucatnya. "Gojou-san," panggil gadis itu dengan suara bergetar.

"Ya? Apa kau suka karangan bunganya?~" tanya Gojou tersenyum lebar.

"Eh?" ucap (y/n) tak mengerti. Kepalanya menggeleng pelan. "Kukira ada orang yang mati dirumah kita. Habis karangan bunganya tertulis, turut berduka cita."

Gojou speechless, kakinya melangkah cepat dan ikut berdiri didepan rumah. Membaca tulisan yang ada dikarangan bunga.

'Turut berduka cita atas wafatnya Gojou Satoru'

Tulisan besar yang disusun menggunakan banyak bunga mawar hitam palsu lalu dikelilingi bunga lili putih.

"ARGH!" Gojou berteriak menarik rambut samping kanan kiri kepalanya lalu berjongkok dan memeluk lututnya. "Nanamin sialan! Kenapa aku dibuat tewas?!"

(Y/n) yang berdiri disamping Gojou hanya bisa ber sweatdrop ria melihat tingkah Gojou yang tak terima dan berguling-guling ditanah. Baju hitam Gojou bahkan mulai ditempeli debu.

"Te-tenang dulu Gojou-san," ucap gadis itu mencoba membuat Gojou tenang. Bukannya tenang, Gojou malah semakin berguling-guling tak terima.

(Y/n) memilih menggiring tubuh Gojou kedalam halaman kediaman dengan menggulirkannya ditanah. (Y/n) merasa sedikit malu karena beberapa pasang mata tetangga mulai keluar menatap keributan yang dibuat Gojou.

(Y/n) kembali keluar dan sedikit menunduk meminta maaf atas keributan yang dibuat Gojou pada tetangga. Tetangga-tetangga itu memaklumi sifat Gojou yang terkadang memang tak ada bedanya dengan anak berusia lima tahun. (Y/n) masuk dan mengunci pagar kediaman.

Kepalanya tertunduk melihat Gojou yang sudah menangis karena kesal rencananya gagal.

(Y/n) menghela nafas lelah, "haah... Tuhan, tolong beri aku kekuatan agar bisa menghadapi Gojou-san versi bocah."

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

San: yeen tabah banget ngadepin bocah albino 🤣🤣

.
.
.

.
.
.

See you next chapter 👁👄👁

30 Januari 2021

✔ ꒦ ͝  Proposal (G.Satoru x Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang