Sinar matahari mulai mengusik tidurnya, Naysha mengerjapkan mata berkali-kali sebelum akhirnya dia membuka matanya, pandangannya beralih menatap jam yang berada di nakas, Naysha langsung bangun dari tidurnya lalu menuju kamar mandi.
Wanita itu mundur beberapa langkah saat tadi melewati kaca lemarinya, dia menatap pantulan wajahnya di cermin, kemudian mengusap bawah matanya yang bengkak karena menangis semalaman, Naysha menghela nafasnya ketika berpikir kalau mata bengkaknya tidak akan tertutup meski memakai riasan.
Setengah jam kemudian, Naysha telah siap untuk berangkat bekerja, dia menuruni anak tangga untuk bergabung bersama orang tuanya di meja makan, Naysha melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, masih ada sedikit waktu untuk sarapan.
"Pelan-pelan makannya." Nasehat Nadya karena melihat Putrinya makan dengan tergesa-gesa.
"Aku berangkat dulu, yah." Pamitnya kepada kedua orang tuanya.
"Tunggu dulu, Nay." Nadya membawa sebuah tas berisi bekal untuk Naysha.
Naysha menerimanya, "makasih, yah, Bun."
"Jangan lupa di makan, yah." Peringat Nadya.
"Iya Bunda yang paling cantik."
"Bengkak banget matanya." Ucapan Nadya membuat Naysha langsung memanyunkan bibirnya, kesal, sudah dia duga riasannya tidak berhasil menutupi mata bengkaknya.
"Udah ah aku berangkat dulu."
Setelah itu Naysha langsung keluar rumah lalu menaiki mobilnya menuju tempatnya bekerja. Beberapa saat kemudian, dia telah sampai di Rumah Sakit.
***
Di depan pintu utama Rumah Sakit, Naysha yang baru saja masuk melihat seorang wanita paruh baya yang terlihat kebingungan, saat dia mendekat, tiba-tiba langkahnya langsung berhenti, Naysha sangat kenal siapa wanita itu.
Pandangan mereka tanpa sengaja bertemu, membuat Naysha terkejut dan langsung berbalik badan, namun sebuah panggilan berhasil mengurungkan niatnya, dengan ragu dia berbalik badan kembali dan mendapati orang itu sudah ada di depannya.
Wanita paruh baya itu tersenyum hangat kepadanya, sedangkan Naysha tidak berekspresi apapun, bibirnya terlalu kaku untuk membalas senyuman itu, bukannya Naysha tidak tau sopan santun, namun dia lelah terlihat baik-baik saja di depan orang, apalagi orang itu yang pernah baik padanya meski akhirnya Naysha terbuang begitu saja.
"Kamu apa kabar, nak? Tante minta maaf, yah." Naysha menatap dalam wanita yang dulunya pernah menjadi calon mertuanya, dia Ibu dari Arka, mantan tunangannya.
"Tante merasa bersalah sama kamu, nak." Ucapnya lagi yang membuat Naysha mengehela nafas.
"Saya udah maafin tante, kok." Jawab Naysha, dia memang tidak pernah membenci orang tua Arka, Naysha sudah terlanjur menganggap mereka seperti orang tuanya sendiri, meski mereka pernah menyakitinya secara tidak langsung.
Yang selalu ada di pikiran Naysha ialah mengapa orang tua Arka tidak menghalangi pernikahan itu, mengapa mereka tidak melarangnya, apa karena Nara sudah lebih dekat dengan orang tua Arka sebelum dirinya.
Nara merupakan anak angkat dari kedua orang tua Arka, sedari kecil Nara sudah tinggal bersama mereka, Naysha tau antara Arka dengan Nara sudah dekat bahkan sebelum Arka mengenalnya, jadi tak heran jika dia kalah telak dari Nara, dirinya hanya orang asing bagi Arka yang secara tidak sengaja menjadi calon istri dari laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
RomanceIni tentang Naysha Alindya Gabriella. Tunangannya tiba-tiba meminta izin untuk menggantikan kakaknya menikahi calon istrinya, disaat dua bulan lagi mereka akan menikah. Apa yang akan Naysha katakan? Sanggupkah ia menerimanya? Yuk Simak Kisahnya...