Kembali bekerja lagi setelah satu minggu cuti, membuat Naysha sangat bersemangat, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga kesehatan, selalu makan tepat waktu dan tidak boleh terlalu memikirkan sesuatu yang membuat kesehatannya menurun.
Wanita berkuncir satu itu berjalan menuju kantin setelah selesai dengan operasinya bersama Arka tadi pagi, mereka sudah mulai bisa bersikap biasa saja saat bertemu, memang sudah seharusnya begini, mereka masih bisa berteman baik dan juga partner kerja yang baik pula.
Naysha duduk di bangku yang kosong setelah makanan sudah ada ditangannya, hari ini dia makan siang sendiri, karena Thania masih sibuk dengan kerjaannya. Setiap suapan nasi yang masuk selalu dia nikmati, karena sebagai dokter yang menyembuhkan pasien, Naysha harus tetap menjaga kesehatannya.
Kepalanya reflek menoleh saat seseorang tiba-tiba duduk disebelahnya, Naysha hendak berdiri namun tangannya ditahan oleh Arka, membuatnya mau tak mau harus tetap duduk disana. Entah apa yang membuat Arka duduk di sampingnya, laki-laki itu juga biasa saja sambil terus menikmati makanannya.
Naysha yang melihat itu hanya terdiam lalu melanjutkan makannya yang tinggal beberapa suap lagi, hatinya sangat berisik ketika Arka duduk di sampingnya, Naysha juga masih berdebar saat dekat dengan mantan tunangannya itu, sekeras apapun usahanya untuk membenci, namun dia tidak bisa, mulutnya memang sering bicara seperti itu, tapi tidak dengan hatinya, antara logika dan perasaan sangat bertolak belakang.
"Aku udah selesai makan, aku duluan yah," ucap Naysha. Namun lagi dan lagi Arka menahannya, kepalanya mendongak menatap Naysha yang telah berdiri.
"Temenin aku makan aja, aku janji gak akan bahas masalah pribadi."
Naysha menurut kemauan Arka, seperti katanya tadi, dia mungkin bisa berteman saja dengan Arka, karena selebihnya tidak akan mungkin. Dan selama beberapa menit menemani Arka makan, tidak ada yang memulai pembicaraan, Arka menepati janjinya yang tidak akan membahas masalah pribadi.
"Makasih, yah." Arka tersenyum saat mengatakannya, sedangkan Naysha hanya mengangguk.
Arka pergi dari hadapannya setelah selesai makan, namun Naysha masih berada di tempatnya, menatap kosong ke depan, dalam hatinya membatin sudah se asing inikah hubungannya dengan Arka. Naysha menggigit bibirnya menahan untuk tidak menangis, dia sudah terlalu banyak mengeluarkan air mata untuk Arka.
Menahan rasa sakit yang tidak berdarah jauh lebih menyakitkan, lukanya memang tidak terlihat, namun untuk menyembuhkannya sangat butuh waktu lama, tidak ada obat untuk mengobatinya, sebagai seorang dokter pun Naysha tidak bisa menulis resep untuk mengobati rasa sakitnya.
Naysha beranjak setelah selesai dengan semua pikiran yang terus mengelilingi kepalanya, Naysha lupa tidak membawa obatnya sekalian, untuk itu dia menuju ruangannya untuk mengambil obat, diperjalannya, secara tidak sengaja lagi Naysha berpapasan dengan Nara, sepertinya Nara menuju ke kantin bersama rekan kerjanya, Naysha dengan jelas melihat Nara yang melempar candaan dengan temannya, membuat Naysha tersenyum miris, mengingat dirinya sendiri yang jarang tertawa selepas itu.
Nara langsung menghentikan tawanya ketika melihat Naysha, namun wanita berambut sebahu itu tetap tersenyum pada Naysha, begitu pula dengan Naysha yang membalas senyumannya. Detik kemudian Nara memanggilnya saat jaraknya keduanya masih dekat, wanita itu mendekati Naysha, namun sebelum itu dia menyuruh temannya untuk duluan ke kantin.
"Boleh aku minta waktunya nanti sore, Nay?" Nara bertanya sebagai awal dari pembicaraan mereka.
Naysha menoleh, "sekarang aja." Ucapnya dengan nada datar.
"Aku pengin ngobrol lebih lama sama kamu."
"Ngobrol tentang apa lagi?"
"Tentang kita, aku pengin berhubungan baik sama kamu lagi, aku sadar aku gak pantas ngomong gini setelah semua yang aku lakuin sama kamu, tapi aku mohon sama kamu, Nay."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
RomansaIni tentang Naysha Alindya Gabriella. Tunangannya tiba-tiba meminta izin untuk menggantikan kakaknya menikahi calon istrinya, disaat dua bulan lagi mereka akan menikah. Apa yang akan Naysha katakan? Sanggupkah ia menerimanya? Yuk Simak Kisahnya...