Terima kasih, Dokter Eiden

141 19 2
                                    


Karena keadaannya belum stabil, Naysha tidak diizinkan untuk berangkat kerja, dia berdiam diri di rumah sambil menonton TV yang ada di kamarnya, baru beberapa menit saja Naysha sudah mulai bosan.

Naysha beranjak dari kasur lalu keluar kamar untuk mengambil beberapa cemilan di lemari es, rumahnya sepi hanya ada pembantu yang menemaninya. Orang tuanya sedang bekerja, sedangkan Raniya sudah mulai sekolah.

"Mba Nay, ada tamu diluar." Bi Rani datang dari depan menghampirinya.

"Siapa, Bi?" Tanya Naysha.

"Gak tau, katanya temannya mba Nay."

Naysha meletakkan cemilan ringan di meja makan, lalu menuju ke depan untuk menemui tamu, sesampainya di depan pintu, Naysha melihat seorang laki-laki menghadap kebelakang.

"Siapa, ya?" Tanyanya.

Laki-laki itu membalikkan badannya, Naysha melongo ketika wajah Eiden yang terpampang disana.

"Dokter Eiden, ngapain kesini?" Naysha mendekati Eiden.

"Kamu bisa jalan, gak?"

Meski bingung dengan pertanyaannya, Naysha tetap mengangguk sambil menjawab, "bisa."

"Yaudah, yuk."

"Hah? Maksudnya?"

"Ya jalan, saya tau kamu bosan dirumah."

Naysha menggaruk rambutnya yang tak gatal, dia memang bosan di rumah, tapi dia tidak percaya kalau Eiden yang mengajaknya jalan, Naysha sampai mencubit pahanya, ternyata dia masih bisa merasakan sakit, menandakan kalau semua ini nyata.

"Dokter gak salah rumah, kan?" Tanya Naysha memastikan.

"Enggak, tujuan saya emang ke rumah kamu."

Naysha menutup mulut dengan tangannya karena takjub dengan yang dikatakan Eiden, dia merasa tidak sedekat itu dengan dokter pembimbingnya, sifat nya juga berubah seratus delapan puluh derajat.

"Emang kita mau jalan kemana?"

"Terserah kamu."

"Yaudah, dokter masuk dulu, saya mau ganti baju." Ucap Naysha.

Akhirnya Eiden masuk ke rumahnya dan menunggunya di ruang tamu, sedangkan Naysha berada di kamarnya, dia langsung mematikan televisi, sebelum berganti pakaian, Naysha sempat mondar-mandir karena masih bingung mau pergi kemana dengan Eiden.

Eiden melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sudah setengah jam berlalu, namun Naysha belum muncul juga di depannya, entah apa yang di persiapkan wanita itu sehingga memakan waktu yang lumayan lama.

Teh yang disajikan juga sudah mulai dingin, Eiden berdiri dari duduknya, kemudian menatap seseorang yang sudah ada di depannya, Eiden cukup terpana melihatnya, selama ini Naysha selalu memakai celana saat bekerja dan rambutnya yang selalu dikuncir, namun sekarang wanita itu memakai dres selutut dan juga rambutnya yang digerai, di mata Eiden, Naysha sangat cantik.

"Kenapa, dok?" Tanya Naysha karena Eiden cukup lama menatapnya.

"Enggak, yaudah kita langsung jalan aja, ya."

My Future Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang