Bab 6

5.2K 346 0
                                    

Dini menaiki mobil dengan pintu terbuka itu masih dengan berlinang air mata. Ibunya menyambutnya dengan pelukan hangat.

Jika memang harus seperti ini dia mencoba mengerti. Ibunya bilang, untuk sementara kita harus seperti ini. Ibu berjanji, akan ada saatnya Dini dapat memeluk dokter Haris dan memanggilnya 'ayah'.

Dia ingat percakapannya dengan sang ibu kemarin malam.

"Jika ayahmu tahu tentang kita, dia akan ada dalam bahaya, bukan hanya ayahmu, tapi Ibu, Dewa, dan juga kamu bisa dalam bahaya."

Dini menatap ibunya tak mengerti.

"Ibu tahu kamu belum bisa mengerti. Tapi, percayalah, Sayangku, belum saatnya kau hidup berdampingan dengan ayahmu."

Gadis kecil itu menundukkan kepala, dia masih tak mengerti, tapi tak ada pilihan lain selain menuruti perkataan ibunya. 

"Sayangku, ketika kita mencintai seseorang, tidak penting kita bisa bersamanya atau tidak. Mengetahui bahwa ia baik-baik saja dan hidup dengan bahagia itu sudah cukup.

"Ibu tahu kamu ingin sekali hidup bersamanya, tentu itu akan terjadi, tapi nanti. Ibu juga tidak tahu kapan bisa terjadi. Tapi tidak salahnya berharap dan berdoa.

"Berdoalah, Sayang. Doa-doa gadis kecil yang baik sepertimu pasti didengar dan dikabulkan."

"Kenapa kita tidak bisa hidup bersama Ayah? Apakah karena wanita itu?" tanya Dini.

"Wanita siapa?" Danila tidak mengerti wanita mana yang dibicarakan putrinya.

"Yang menemui Ibu waktu aku ikut ke pasar terakhir kali. Setelah hari itu Ibu melarangku menemani Ibu ke pasar."

Sang ibu tercengang, dia tidak menyangka putrinya masih ingat pertemuannya dengan Davina, sepupunya.

Kilas balik satu tahun lalu.

"Kau?! Sedang apa di sini?"

Danila tidak menyangka bisa bertemu sepupunya di tempat ini.

"Aku di sini untuk menemui sepupu kesayanganku, dan melihat keponakanku –Davina melihat Dini yang disembunyikan Danila di belakang tubuhnya- sepertinya dia tumbuh dengan baik."

Wanita itu tersenyum sinis dan menatap tajam penuh ancaman.

"Kau tahu apa saja yang bisa kulakukan bukan? –Davina mendekati tubuh Danila dan berbisik- Jangan sampai ayah dari anak-anakmu tahu tentang mereka! Kau berjanji akan menyerahkan dia padaku. Sekarang dan selamanya dia akan jadi milikku. Dia hanya akan melihatku."

Davina melihat putri kecil sepupunya yang sedang mengintip dari balik tubuh sang ibu.

"Halo? Siap namamu?" tanyanya pada anak yang sebenarnya telah ia tahu bernama Dini.

"Kau tidak perlu tahu! Jangan datang lagi menemuiku! Aku sudah memenuhi janjiku. Kau harus memenuhi janjimu!"

Danila bergegas pergi, meninggalkan sepupunya yang mencoba beramah tamah dengan putri yang sangat ia jaga.

Kilas balik selesai.

"Itu sepupu Ibu, dia sangat menyayangi ayahmu, seperti dirimu. Dia ingin, hanya dia yang berteman dengan ayahmu. Tidak apa-apa, Sayang. Dia akan menjaga ayahmu dengan sangat baik. Ayahmu akan baik-baik saja. Dia akan bahagia, dia bisa meraih semua yang ia mimpikan."

Danila tak kuasa menahan air mata. Itulah alasan dia meninggalkan Haris, agar laki-laki itu bisa meraih semua mimpinya, agar ia bisa bahagia tanpa harus memikul beban dari seorang istri yang tak diharapkannya.

Mengapa Dia Ayahku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang