Bagaimana jika kamu mencintai seseorang yang tak kunjung mengerti bahwa kamu mencintainya?
Kamu rela melakukan semuanya demi dia, menemaninya saat jatuh, menghabiskan seluruh waktumu untuk memikirkan kebahagiaan dan kepentingannya. Mendukung semua mimpi-mimpinya di saat orang tuanya justru tak mau mengerti.
Kamu bahkan membuat ibumu sakit sampai tak berdaya, mengusir saudarimu dari rumah keluarganya, dan mengancam dia dengan berbagai ancaman yang membuatnya takut.
Cintamu begitu besar, kamu bahkan hampir-hampir kehilangan akal sehat.
Kadang-kadang Davina memang merasa dia sudah gila, gila karena cintanya pada Haris.
Dialah laki-laki yang pertama kali sudi mengulurkan tangannya saat Davina bersedih.
Kilas balik.
"Ini! Hapus air mata kamu!"
Davina melihat sehelai sapu tangan disodorkan oleh seseorang. Dia menerimanya dan mengusap air mata dengan benda itu.
"Kamu siapa?" tanya Davina yang waktu itu berusia sepuluh tahun.
"Aku Haris, siswa di tempat les itu."
Anak laki-laki itu menunjuk sebuah tempat les Bahasa Ingris yang Davina tahu memang berada di dekat rumahnya.
"Kamu ngapain nangis di sini?"
"Lagi nunggu Papaku. Katanya dia mau jemput, tapi lama."
Mulut Haris membentuk huruf 'o' tanda ia mengerti.
"Kamu sendirian?"
Davina menganggukkan kepala. Matanya berkaca-kaca, dia teringat mamanya yang wafat beberapa hari lalu.
"Kamu sudah makan?"
"Belum." Dia menggeleng lemah.
"Ini, aku punya roti. Buat kamu aja."
Davina merasa sangat senang, perutnya memang sangat lapar. Dia sudah menunggu ayahnya selama berjam-jam, dan tidak ada yang memberinya makan.
Orang bilang ibunya wanita simpanan, entah apa artinya. Saudara ibunya tidak ada yang sudi menampung Davina saat ibunya tiada.
Wanita tua yang diperkenalkan ibunya sebagai 'nenek' bahkan tidak mau membukakan pintu saat mereka datang berkunjung dulu.
Satu-satunya yang bisa ia harapkan adalah ayahnya yang entah di mana ia tinggal.
"Aku harus pulang, nih. Kamu baik-baik ya. Gak lama lagi Papamu pasti datang."
Dan benar kata Haris, beberapa menit setelah ia meninggalkan Davina, ayah gadis itu datang, dia mengendarai mobil berwarna hitam.
Davina masuk ke mobil itu, dibantu ayahnya, dia membawa serta barang-barang peninggalan ibunya.
"Dengar! Kamu bisa tinggal sama Papa, dengan satu syarat."
Jari telunjuk kanan sang ayah mengacung di hadapannya.
"Jangan bilang, kalau Papa ini ayah kandungmu. Dengar! Davina kamu harus mengaku kalau kamu adalah anak angkat Papa dari panti asuhan."
"Tapi, Pah." Davina tidak mengerti mengapa ia harus berpura-pura menjadi anak angkat.
"Enggak ada tapi-tapi, pokoknya seperti itu peraturannya. Kalau gak mau kamu boleh turun lagi dari mobil ini. Nanti Papa suruh taksi antar kamu ke rumah nenekmu, mendingan kamu tinggal sama dia."
Davina sangat takut dengan ancaman ayahnya. Dia tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan laki-laki itu.
Kilas balik selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Dia Ayahku?
قصص عامةDanila mendapati anak laki-lakinya diliputi amarah saat mengetahui siapa ayah kandungnya. Apa yang membuatnya marah? Siapa ayah kandung dari anak-anaknya sebenarnya?