PART 18

61 25 1
                                    

Ana tengah duduk di terasnya menunggu Jino yang akan menjemputnya. Namun, tidak juga datang.

Ting...

Bunyi notifikasi handphonenya membuat Ana mengalihkan pandangannya ke arah handphone. Tertera nama Jino. Ana segera membukanya.

"Sayang maaf ya aku nggak bisa jemput kamu, kamu bareng Glen aja," (Jino)

"Kak Glen udah berangkat. Kakak kenapa kok nggak bisa?"  (Ana)

"Naik kendaraan umum dulu ya. Aku minta maaf. Aku duluan by sayang." (Jino)

"Loh kok off, Kak Jino kenapa sih?," gumam Ana.

Ana pun melihat jam yang melingkar ditangan kirinya. Jam menunjukkan pukul 6:30 Ana segera berjalan mencari bus lewat.

Cukup lama berdiri di halte bus akhirnya ada satu bus datang dan Ana segera menaikinya. Selama di bus Ana terus-terus an melihat kearah jam ditangannya.

"Kenapa lama banget sih nyampeknya, ayo dong gue telat," gumam Ana mukanya sudah panik.

☆☆☆

Ana memasuki gerbang sekolah dan berlari menuju kelas dengan tergesa-gesa, karena dua menit lagi bel akan berbunyi.

Ana tiba-tiba berhenti di tengah koridor, matanya membulat, nafasnya yang tersenggal-senggal akibat berlari seperti terpaksa untuk berhenti, "Kak Jino," lirih Ana saat melihat Jino sedang mengusap rambut perempuan lain.

Mata Ana berkaca-kaca. Namun, ia lanjutkan untuk terus berlari menerobos Jino dan juga perempuan tersebut.

"Ana," panggil Jino menarik tangan Ana saat tiba-tiba Ana berlari tanpa melihat Jino.

Mata Ana sudah berkaca-kaca, "Kak, maaf penjelasannya nanti dulu ya, aku udah ţelat," kata Ana yang menghempaskan tangan Jino dari tangannya.

"Maaf, kamu salah paham," lirih Jino menatap punggung Ana dari belakang.

"Siapa, no?" tanya Perempuan itu.

"Pacar gue," jawab Jino.

"Wah nggak bener nih, dia salah paham sama gue, gimana dong," kata perempuan itu dengan muka paniknya.

"Nanti gue jemput lo di kelas buat jelasin ke pacar gue," kata Jino lalu berjalan meninggalkan perempuan tersebut.

"Baru jadi murid baru gue udah punya masalah," gumam perenouan tersebut sambil berjalan menuju kelas barunya.

Di dalam kelas Ana sudah tidak konsen menyimak penjelasan dari guru di depan. Pikirannya hanya tertuju pada kejadian tadi malam dan pagi ini. Kecewa, itu yang dirasakan Ana sekarang. Bagaimana bisa Jino begitu tega membohongi dirinya soal semalam dan membuat dirinya semakin kecewa pagi ini.

Satu tetes keluar dari mata Ana. Ana segera menghapusnya sebelum Aulia melihat dirinya yang tengah menangis.

Bel istirahat berbunyi. Kini hanya tersisa Ana dan kedua sahabatnya di kelas.

"Lo habis nangis?" tanya Rara saat menolehkan kepalanya ke belakang. Ia melihat mata Ana yang merah seperti selesai menangis.

"Enggak, gue cuma ngantuk tadi, nguap terus," jawab Ana. Ia tidak ingin kedua sahabatnya tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"Tapi..." kata Rara. Namun, terpotong, karena Aulia.

"Wajar kali, ra. Kalau kita nguap kan air mata ikut keluar kadang," kata Aulia yang mencoba membuat Rara berpikir positiv saja.

"Yaudah yuk ke kantin," ajak Ana dan diangguki oleh mereka.

Kantin tempat yang menyediakan berbagai makanan dengan harga yang sesuai dengan kantong anak SMA. Tempat para siswa mengistirahatkan otak sejenak dengan digantikan oleh aneka makanan di kantin.

ANASTORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang