PART 9

102 30 0
                                    

Ana membuka pintu pagarnya bermaksud menunggu kedatangan Jino yang akan menjemputnya. Dengan wajah terkejut. Jino sudah berada persis di depan pagarnya.

"Loh, kakak dari tadi?" tanya Ana.

"Enggak. Baru sampai, cuma kebetulan lo buka pagar juga." Jawab Jino sambil membuka helm nya.

"Mau masuk dulu nggak? Ada bunda didalem."

"Kayanya udah siang deh, kapan-kapan aja ya." Jawab Jino merasa tidak enak.

"Oh, yaudah nggak apa-apa." Jawab Ana sambil tersenyum.


Ana menaiki motor berwarna hitam milik Jino. Melaju dijalanan menuju sekolah. Ana masih tidak menyangka sudah memiliki seorang pacar. Apalagi pacarnya adalah kakak kelas. Ana merasa sedikit takut. Ia takut kalau ada salah satu kakak kelas perempuan yang menyukai Jino.

"Lagi mikirin apa?" tanya Jino sedikit teriak membuat Ana terkejut dan membuyarkan lamunannya.

"Nggak ada apa-apa kok." Jawab Ana sedikit teriak.

"Mau ngomong sesuatu? Ngomong aja nggak apa-apa."

"Umm... di sekolah ada yang suka sama Kak Jino nggak? tanya Ana.

"Nggak tahu. Kalaupun ada, mungkin mereka bakal ngerti kalau aku udah ada yang punya." Jawab Jino. Ia mengganti kata gue menjadi kamu sekarang.

Ana tersenyum di belakang Jino, "Udah nggak ada kata gue ya,"

Jino tertawa, "Udah ilang diganti sama kata aku kamu, supaya kita nggak kalah sama Bima Rara,"

Setelah itu hanya ada keheningan dan suara klakson kendaraan yang saling bersautan.

☆☆☆

Suasana kantin ramai. Dua sejoli yang baru memadu kasih duduk bersama keempat sahabatnya.

"Mama mau ketemu kamu." Kata Jino.

Ana menoleh ke arah Jino, "Terus gimana?" tanya Ana mukanya terkejut. .

"Ya ketemu lah." Jawab Jino santai.

"Malu lah Kak Jino..." rengek Ana mukannya seperti akan menangis.

"Ana, kita bukan anak SMP lagi yang harus pacaran diam-diam tanpa Orang Tua kita tahu. Kita udah gede, udah SMA pasti mereka ngerti kok." Kata Jino berusaha meyakinkan Ana.

Ana diam mencoba melawan pikiran negatif yang ada pada otaknya.

Bagaimana kalau misalkan Mama Kak Jino galak. Matanya melotot kearahnya melihat mereka bergandengan. Mulutnya sinis bagaikan mulut tetangga di rumah. Apalagi ternyata Kak Jino sudah akan dijodohkan seperti cerita-cerita novel. Bagaimana ini. " Na? ana?"

"Gimana kalau Kak Jino ternyata mau dijodohin." Kata Ana dengan polosnya.

Jino tertawa diikuti keempat sahabatnya, "Hari gini nggak ada acara perjodohan lagi. Orang Tuaku bebasin aku buat cari pacar asal aku bahagia itu udah cukup."

"Lo pasti kebanyakan baca novel deh, na." Kata Aulia.

"Udah nggak ada apa-apa sayang." Jino menggenggam tangan Ana.

"Kak... " Ana menatap sendu kearah Jino.

Jino menarik Ana kepelukannya, "Nggak apa-apa, sayang.," tangannya mengusap bahu punggung Ana.

Ana merasa tenang mendengar kata sayang keluar dari mulut Jino. Mungkin ia akan lebih percaya dengan ucapan pacarnya ini.

"Gimana mau nggak?" tanya Jino sekali lagi.

Ana mengangguk dan keluar dari dekapan Jino, "Iya..."

ANASTORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang