PART 16

72 28 0
                                    

HAPPY READING


"Tadi lo beneran bawa topinya nggak?" tanya Aulia.

"Bawa, udah gue simpen di tas, masa jatuh sih," jawab Ana. Mukanya panik. Tangannya terus menggeledah tasnya.

"Nggak ada yang bawa topi dua gaes?" teriak Aulia. Namun, respon teman-temannya menggeleng.

"Gimana ya, baru kali ini topi gue ketinggalan," kata Ana.

"Kok bisa sih, nggak biasanya lo ketinggalan topi gini." Kata Rara.

"Nggak tahu gue..." muka Ana panik bahkan hampir menangis. Ana yang bisa dibilang anak disiplin dan taat aturan merasa takut kalau nantinya akan dihukum.

"Cuacanya panas lagi," kata Aulia.

"Tadi lo berangkat bareng siapa?" tanya Rara.

"Naik bus." Jawab Ana.

"Kita samperin Kak Jino siapa tahu dia bawa topi dua, ayo." Kata Rara. Rara menarik tangan Ana diikuti Aulia.

Ana cukup tercengang, kenapa nggak minta tolong pacarnya aja untuk mencarikan topi untuknya. Gara-gara panik sih!.
     

Mereka bertiga sudah berada di depan pintu kelas Jino. Cukup malu, grogi, deg-deg an. Kawasan kelas 12 woy kelihatan banget aura sangarnya.

"Permisi," kata Ana dengan sesopan mungkin.

Seisi kelas menoleh ke sumber suara termasuk tiga lelaki yang sedang duduk dimeja. Sopan sekali.

"Cari siapa ya, dek?" tanya salah satu dari mereka.

"Cari gue. Kenapa, na?" tanya Jino yang berjalan menghampiri Ana.

"Topinya ilang," adu Ana. Nadanya terdengar seperti rengekan.

"Ilang atau lupa nggak dibawa?" tanya Jino.

"Nggak tahu, tadi pas siap-siap mau berangkat udah dimasukin di tas pas sampek sekolah nggak ada."

"Bentar. Ada yang punya topi dua?"  Jino berbalik bertanya kepada temannya.

"Nggak ada,"

"Yah punya gue udah dipinjem kelas sebelah,"

Jino menatap Ana, "Nggak ada yang punya, gimana?"

Ana menghela napas panjang, "Nggak ada ya," mukanya sedih.

"Ana," Panggilan namanya membuat Ana menoleh, ternyata Glen.

"Pacaran teros, sana upacara," kata Glen yang sudah berada di depan Ana.

"Topinya ilang," adu Ana.

"Itu topi nggak mungkin dibawa tikus di rumah kan," kata Glen.

Ana berdecak, "Serius dikit kenapa sih,"

"Dih marah-marah. Udah dicek di tasnya belum?"

"Udah, nggak ada,"

"Kok bisa? Cuacanya panas lagi, bentar ya Kakak cariin dulu," kata Glen. Ia langsung berlari menuju kelasnya.

Ana merasa beruntung kakaknya selalu cepat tanggap saat ia mengalami kesulitan meskipun buat kesal dirinya dulu baru nolongin.

Tak lama Glen datang dengan tangan kosong. "Topi?" tanya Ana.

"Maaf ya, nggak ada yang punya dua. Pake topi kakak aja ya,"

Ana melotot, "Eh nggak usah, kak. Udah nggak apa-apa deh sekali-kali dihukum,"

ANASTORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang