PART 8

114 34 9
                                    

Sejak meninggalnya Raka yang membuat sifat Ana sedikit berubah membuat kawatir keluarga juga teman-temannya. Sejak tiga hari ini Ana yang biasa ramah kepada semua orang kini telah kembali. Meskipun saat-saat tertentu rasa sesak itu muncul membuat Ana berusaha untuk menguatkan dirinya kembali. Gue udah ikhlas, ka. Gue nggak boleh terus-terusan mikirin lo yang emang udah nggak ada lagi didunia ini. Kata-kata yang kerap kali Ana ucapkan saat mengingat kenangan Raka.

Ana dan kelima sahabatnya sedang berada di kantin tepatnya di warung Bakso Mang Tatang. Biasa, pembeli langganan.

"Udah move on dari almarhum Raka belum?" tanya Jino memecah keheningan di meja mereka.

"Udah, kenapa?" Jawab Ana dengan santai.

"Gue mau maju merjuangin lo." Kata Jino langsung pada intinya.

Ana berhenti dengan tangan memegang sendok berisi bakso. Bagaimana mungkin hatinya beralih begitu saja. Ana belum membuka hatinya untuk orang lain. Hatinya masih untuk Raka.

"Gue masih nunggu jawaban lo waktu itu. Dimana gue nyatain perasaan gue didepan rumah lo. Sekali lagi, Ana. Lo mau jadi pacar gue?" tanya Jino menatap Ana membuat ana merasa sangat gugup, pasti pipinya sudah merah, ia sangat malu.

"Udah terima aja, na." Kata Rara.

"Kita seneng kok lo sama Kak Jino." Kata Aulia.

"Jino baik kok, na. Anaknya nggak suka aneh-aneh." Kini Bima ikut menimpali.

"Jino suka sama lo sejak lo dan Jino pertama ketemu waktu itu di Kafe Scarleta. Jino udah mulai kagum sama lo." Kata Galih membuat

Jino melotot menatap Galih. Dasar mulut ember.

Ana masih dengan posisi diamnya. Ana jadi ingat ucapan Raka dulu, kalau kak jino nyatain perasaannya ke kamu terima aja, aku yakin dia baik. Kata-kata itu terngiang-ngiang di pikiran Ana. Apalagi teman-temannya yang menyetujui Ana bersama Jino. Tapi Ana belum menyukai Jino, Ana belum ada rasa kepada Jino.

"Maaf..." Ana mengeluarkan suaranya membuat Jino yang berada di dekat Ana merasa deg-deg an. Jantungnya berdegub kencang. Keempat sahabatnya juga masih setia menunggu jawaban Ana.

"Maaf Kak Jino aku belum bisa buka hati," kata Ana wajahnya menunduk, tangannya meremas rok sekolahnya.

Jino menatap Ana dengan pandangan sulit diartikan. Keempat sahabatnya memandang Ana dan Jino bergantian dengan tatapan sendu.

Jino mengerti, pasti sangat sulit bagi Ana untuk membuka hati secepat ini, apalagi Raka cinta pertama Ana. Namun, disini Jino hanya mencoba menyembuhkan duka di hati Ana. Jino hanya ingin mengungkapkan rasa cintanya kepada Ana.

"Lo bisa terima gue meskipun lo belum cinta sama gue, na." Kata Jino dengan tegas membuat keempat sahabatnya menatap Jino.

Ana mendongak menatap Jino. Baaimaana bisa? Ana tidak mau membuat Jino terluka, karena Ana belum membuka hati untuk Jino.


Ana menatap mata hitam Jino, "Enggak Kak Jino, nggak bisa. Aku nggak mau buat hati Kakak sakit,"

"Na, gue akan berusaha supaya lo bisa sepenuhnya cinta sama gue. Gue cuma mau menyembuhkan duka di hati lo dengan diganti cinta dari gue," kata Jino dengan kesungguhannya. Tangannya menggapai tangan Ana untuk ia genggam.

ANASTORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang