Berdasarkan petunjuk yang didapatkan oleh Taehyung, semua anggota dari divisi III dan IV dikerahkan untuk menyelidiki sebuah bar di daerah Itaewon. Mereka semua berjaga 24 jam secara bergantian, per dua orangnya masing-masing mendapat giliran jaga selama empat jam.
Siang itu, giliran Eunwoo dan Tzuyu yang kebagian tugas. Dua orang yang berjaga sebelumnya, yakni Jungkook dan Cheng Xiao, telah pergi dan beristirahat. Dari sebuah toko swalayan kecil, Eunwoo dan Tzuyu mengawasi sambil mengobrol seadanya.
"Bagaimana ayahmu? Dia tidak marah?" tanya Tzuyu di sela-sela obrolan.
"Bagaimana mungkin tidak marah, dia jelas murka kepadaku. Anak yang punya segalanya menjadi seorang polisi, masuk divisi kriminal pula. Siapa coba orang tua yang tidak khawatir." Eunwoo menjawab dengan tanpa memberikan atensi, matanya terlalu fokus mengawasi bar.
"Begitu rupanya."
"Kau ... bagaimana? Ayahmu tidak marah?"
"Awalnya dia sangat marah, tapi ibu berhasil menenangkannya. Ibu juga memberikan pengertian kepada ayah, sehingga aku diperbolehkan bekerja sebagai polisi selama berada di dekatmu."
Menanggapi pertanyaan Tzuyu, Eunwoo hanya manggut-manggut saja. Fokusnya tetap tertuju ke bar yang sudah diawasinya selama kurang lebih lima belas menit. Penyelidikan mereka terus berlanjut, dan terkadang diselingi sejenak oleh obrolan ringan.
Waktu terus berlalu. Pada dua puluh menit terakhir waktu jaga mereka, sebuah insiden kecil terjadi. Seorang pria muda diseret keluar dari bar dengan kondisi setengah babak belur. Di depan umum, pria tersebut lanjut dipukuli sampai benar-benar babak belur.
Tak lama, rekan mereka yang punya rasa keadilan yang tinggi datang untuk melerai. Eunwoo dan Tzuyu yang melihat itu memutuskan untuk mengawasi dari jarak yang lebih dekat.
"Kau cari mati, ya?" ujar seorang pria kekar yang tubuhnya penuh dengan tato.
"Hentikan, aku tidak suka dengan hal semacam ini."
"Jika tidak suka, ya tinggal pergi saja. Merepotkan sekali, sih." Pria kekar itu hendak melanjutkan kembali aktivitasnya yang tertunda, namun lagi-lagi diganggu oleh pria muda yang mengenakan jaket bomber itu. Pria itu menahan tongkat bisbol yang hendak dipukulkannya ke korban.
"Sudah kubilang hentikan!"
"Kau siapa, sih?! Berani-beraninya ikut campur masalah kami. Kau tidak tahu siapa kami, huh?!"
"Namaku Jungkook, dan aku tidak peduli siapa kalian."
"Banyak bacot!" Pria kekar itu berusaha memukul Jungkook menggunakan tongkat bisbol yang dipegangnya, tetapi serangannya berhasil dihindari. Sedetik berikutnya, ia diserang balik oleh Jungkook dengan teknik dwi chagi, membuatnya terpental dan pingsan dalam sekejap.
"Siapa berikutnya? Biar kuberi kalian semua pelajaran," ucap Jungkook geram.
Merasa diremehkan lantas membuat rekan-rekannya si pria kekar naik darah. Mereka semua yang berjumlah lima orang itu mengeroyok Jungkook yang sendirian. Namun, hal tersebut tak membuat pria yang mereka keroyok kewalahan, malah sebaliknya, mereka yang kewalahan dan terdesak. Maka dari itu, mereka memanggil lebih banyak orang lagi. Lima orang pria berbadan kekar lainnya keluar dari bar dan mulai membantu rekannya yang terdesak.
Jungkook tentunya tak sanggup jika harus melawan sepuluh orang sekaligus, ditambah tubuh mereka kekar semua. Walaupun ia gesit, tetap saja beberapa pukulan berhasil mengenai tubuhnya, sehingga lama-lama membuatnya merasa terdesak balik.
"Kau tidak membantunya?" tanya Tzuyu kepada Eunwoo.
"Untuk apa?"
"Dia kan rekan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Crime
ActionAkan ada masanya di mana kau harus memilih sesuatu yang lebih penting. Saat kau dihadapkan di depan dua pilihan yang sulit, mana yang akan kau pilih? Menyelamatkan orang yang kau cintai? Atau mengejar pembunuh yang selama ini kau cari? Crime, Action...