Divisi III baru saja sampai di kantor setelah kejar-kejaran dengan terduga pelaku. Jungkook keluar dari mobil minibus dengan menenteng si terduga pelaku. Namun, dari wajahnya terlihat bahwa ia tak bersemangat seperti sebelumnya.
Mengikuti Jungkook, para polisi yang lain ikut keluar dari mobil. Muka mereka sebelas-dua belas dengan Jungkook. Sesuatu sepertinya telah terjadi, sehingga membuat mereka semua berekspresi seperti itu.
Tiba di dalam kantor, Jungkook langsung mendudukkan si terduga ke kursi tunggu.
"Jeon Jungkook," panggil Eunwoo.
Jungkook menoleh. "Hm?"
"Kita diminta untuk kumpul oleh Senior Kim."
"Sekarang?"
"Iya."
"Ya sudah, nanti aku menyusul."
Membalas perkataan rekannya, Eunwoo cukup mengangguk saja. Kemudian, ia pergi menuju salah satu ruangan staf, tempat mereka berkumpul.
Sementara itu, Jungkook meminta polisi lain untuk menjaga si terduga saat ia pergi. Ia pun memberikan selembar kertas yang isinya data diri si terduga kepada petugas itu. Begitu petugas itu menyetujui, ia langsung bergegas menuju ruangan yang Eunwoo maksud.
Ia membuka pintu, masuk, dan duduk ketika dipersilakan oleh Jiyeon.
"Oke, sekarang semuanya sudah berkumpul." Jiyeon mengedarkan pandangannya. "Terima kasih sudah bekerja keras untuk hari ini. Walaupun gagal menangkap pelaku yang asli, setidaknya kita dapat sedikit petunjuk."
Sungjae mengacungkan tangannya, Jiyeon memberi isyarat untuk bicara. "Petunjuk yang Senior maksud itu yang tadi diceritakan di perjalanan?"
"Iya, Sungjae. Petunjuk kecil yang membuat kasus ini jadi tambah susah. Aku akan menjelaskan lagi tentang petunjuk itu. Jadi, seperti yang kita tahu, orang yang kita bawa ke kantor hari ini bukanlah Black Assassin yang asli. Dia adalah orang yang berdandan seperti Black Assassin, dan menurut penuturannya, masih banyak lagi orang-orang yang berpenampilan sepertinya ..." Jiyeon menghela napas.
"... tentunya penyelidikan ini tidak akan mudah karena jejak pembunuh itu tersamarkan oleh mereka yang berdandan sepertinya. Sekarang aku mau mempertegas sesuatu ... aku memperbolehkan siapapun yang berpikir tidak dapat melanjutkan penyelidikan untuk keluar dari ruangan. Aku tidak mau ada yang merengek nantinya, jadi orang yang seperti itu lebih baik keluar dari penyelidikan ini sekarang juga." Matanya mengamati satu per satu juniornya. Tak ada satu pun yang beranjak dari tempat duduknya.
"Sekali lagi, aku mengizinkan bagi siapapun yang ingin menyudahi kasus ini sekarang, karena aku tidak akan berkata seperti ini lagi untuk ke depannya. Dan tidak ada lagi kata keluar sebelum penyelidikan ini selesai jika kalian tetap bertahan sekarang." Diamatinya lagi sekelilingnya. Mereka masih duduk diam, sepertinya hati mereka sudah mantap.
Ia menepuk tangannya sekali lalu berkata, "Oke! Baguslah kalian tidak ada yang keluar, jadi aku tak perlu repot-repot untuk mencari pengganti. Sekarang kita lanjutkan dengan berdiskusi dan membuat rencana untuk ke depannya."
Seperti yang dikatakan Jiyeon, mereka lanjut berdiskusi. Saling membalas argumen dan bertukar opini, tampaknya mereka sudah cukup akrab sebagai rekan.
·•·
Kedatangan divisi IV di kantor memang agak telat, namun wajah mereka tidak semurung divisi III. Bisa dikatakan sedikit lebih baik. Buktinya, Taehyung masih dapat tertawa meskipun wajahnya penuh lebam.
Empat pelaku pemukulan berhasil mereka tangkap, mereka adalah preman yang memukuli Taehyung. Keempatnya langsung dimasukkan ke dalam jeruji besi tanpa perlu ditanyai terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Crime
ActionAkan ada masanya di mana kau harus memilih sesuatu yang lebih penting. Saat kau dihadapkan di depan dua pilihan yang sulit, mana yang akan kau pilih? Menyelamatkan orang yang kau cintai? Atau mengejar pembunuh yang selama ini kau cari? Crime, Action...