🔫 Ch. VI : Comfortable and Guilty Feeling

293 21 0
                                    

... telah kembali terjadi penusukan. Lima hari lalu seorang kopral polisi menjadi korban penusukan di Dogok Il-dong. Kali ini seorang kasir minimarket di Distrik Jung, Seoul yang jadi korban. Berawal dari si pelaku yang mencoba merampok dengan menodongkan pisau namun si kasir enggan memberikan uang. Akhirnya terjadi perkelahian yang berujung pada penusukan. Saat ini polisi tengah mengejar pelaku yang-

"Kenapa kaumatikan, Kak?" keluh Jungkook yang masih asyik menonton tayang berita paginya.

"Kau tidak kerja?" Taehyung berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

Jungkook berdecak. "Kau lupa kalau ini sif libur kita?" Tangannya berusaha menggapai-gapai remote yang masih digenggam erat Taehyung, tetapi tak kunjung dapat.

"Ayolah, Kak. Aku masih ingin menonton." Jungkook mulai mendongkol karena tak diizinkan menonton.

Taehyung menyelipkan remote tersebut di belakang pinggangnya. "Kau kan libur. Kenapa tidak pergi jalan-jalan saja? Buat apa kau menjagaku?"

"Kau meledekku?"

"Aku serius! Pergi sana sama pacarmu! Ini kan hari Minggu," suruh Taehyung sambil mengibas-ngibaskan tangannya-mengusir Jungkook.

Mata Jungkook terpejam bersamaan dengan tangan yang tersilang di depan dadanya. "Kau sungguh meledekku ... aku mana punya pacar. Aku kan sibuk bekerja." Ia mendengkus kesal.

"Masa?! Terus kemarin yang bersamamu itu siapa?"

"Soojung Noona? Dia sudah kuanggap sebagai kakak sendiri. Mana mungkin aku pacaran sama dia," ungkap Jungkook.

"Oh, cinta bertepuk sebelah tangan, toh." Taehyung tertawa cengengesan.

"Be-bertepuk apa?!"

"Dasar tidak peka," sindir Taehyung lirih. "Wanita yang kaupanggil kakak itu suka padamu. Aku bisa lihat dari sorot matanya."

Wajah Jungkook mendongak. "Hmmm, masa, sih? Kak Soojung tidak pernah bilang, tuh."

Taehyung menghela napas. "Sudahlah, tak perlu kaupikirkan. Pergi saja sana sama wanita itu. Kalau kau lebih lama di sini, kau hanya akan menambah orang yang menonton kita ... kau tidak lihat di pintu sudah banyak orang berkerumun?" Jari telunjuknya tertuju ke pintu geser berwarna putih, dengan jendela kecil untuk mengawasi para pasien. Para wanita berkerumun di depan pintu yang kondisinya setengah terbuka.

"Mereka kenapa, Kak?" tanya Jungkook selepas menengok ke arah pintu.

Taehyung terdiam sejenak. Jungkook ini memang lugu atau hanya pura-pura? Apa dia tak pernah berpacaran? Saat SMA dia memang tak pernah berpacaran. Apa sampai sekarang pun begitu? Begitu banyak pertanyaan di benaknya.

"Kak? Kenapa kau diam?" Jungkook mencolek pipi Taehyung yang sedang larut dalam imajinasi.

"Tidak, tidak apa-apa. Cepat kau pergi saja sana, Jungkook! Aku ingin istirahat dengan tenang." Taehyung menghempaskan tubuhnya di ranjang pasien. "Aduh!" Tangannya memegangi perut sebelah kanannya-bekas luka tusukan.

"Tuh, kan. Orang yang begini mau ditinggal?"

"Sudahlah, berhenti mencemaskanku. Aku tidak apa-apa, kok. Percaya padaku, kau tak perlu membuang waktu dengan mengkhawatirkanku. Aku bukan anak kecil dan lagi pula ini bukan kesalahanmu ... jadi, berhentilah meminta maaf dan jalani rutinitasmu seperti biasanya." Tubuh Taehyung tanpa sadar telah bangkit dari posisinya yang semula berbaring. Jari-jemarinya mencengkeram erat pundak Jungkook.

Jungkook terdiam sejenak. Kalau dipikir-pikir, ucapan Taehyung ada benarnya juga. Ini memang bukan kesalahannya, tetapi hatinya berkata lain. Kalau seandainya saat itu posisinya dibalik, semua ini takkan terjadi. Pikirannya tanpa sadar berlabuh ke memori lima hari yang lalu.

Love in CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang