Lampu merah sore itu terasa amat lama untuk kedua pasangan yang tengah canggung di dalam mobil. Angga melirik dengan ekor matanya, Nindya benar-benar tidak mengalihkan pandangannya dari pemandangan di sisi kirinya.
Angga akui ia merasa amat bersalah dengan kejadian tadi. Ia pun sama sekali tidak ada niat sebelumnya untuk mencium Nindya, ia benar-benar refleks tadi. Atensinya seolah terfokus pada bibir pink sang gadis dan juga emosinya yang sedang tidak stabil —ialah pengaruh terbesarnya.
Tamparan keras yang ia dapatkan setelahnya seolah tidak cukup menuntaskan rasa bersalahnya.
"Nin..." panggil Angga dengan pelan.
Nindya tetap diam.
"Hanindya... sumpah gua minta maaf..." ujar Angga lagi dengan nada memohon.
"Demi tuhan, Nin, gua sebelumnya nggak bermaksud buat kayak gitu. Sumpah maaf banget... Lo boleh marah sama gua deh, tapi tolong jangan ubah pandangan lo ke gua, tolong jangan ngira gua bermaksud seenaknya setelah lo udah setujuin perjodohan itu —sumpah niat gua tulus buat setuju sama perjodohan, nggak ada maksud lain. Maaf banget gua brengsek tadi, maaf banget... gua nyesel banget asli..." ujar Angga bertubi-tubi.
Dirinya memang semenyesal itu dan ia takut Nindya akan memandang dirinya buruk.
Nindya tetap tak bergeming.
Angga menghela nafas. Lampu merah telah menjadi hijau, ia segera melajukan mobilnya.
"Nin? Udah sampe tuh," peringat Angga ketika mereka sudah sampai di kediaman sang gadis, menyadarkan Nindya dari lamunannya.
Nindya tersadar dan dengan tergesa membuka sealbeltnya.
"Gua nggak marah," ujar Nindya cepat tanpa menoleh kearah Angga.
"Tapi nanti malem gua berangkatnya sama mama aja," serunya lagi lalu membuka pintu mobil dan menutupnya kembali dengan keras.
Angga mengacak rambutnya frustasi. Benar-benar bodoh!
🌠 🌠 🌠
Malam ini ialah malam yang kesekian kali mereka bertemu untuk makan malam bersama. Namun, pada malam ini bukanlah malam untuk membicarakan bisnis seperti biasanya. Malam ini khusus untuk membicarakan rencana pertunangan, pernikahan, juga bagaimana kehidupan setelah mereka menikah nantinya.
Dress code malam ini ialah pakaian resmi, dengan para pria memakai tuxedo hitam dan para wanita memakai dress.
Angga tidak bisa bohong, Nindya dengan penampilannya malam ini sungguh cantik dan sukses menyihir dirinya. Tidak ada kemeja yang terbuka dengan kaus di dalamnya, tidak ada jeans, dan tidak ada rambut dengan tatanan dikuncir asal.
Dress off shoulder berwarna lavender yang tampak pas di tubuh mungilnya, kalung perak bermata berlian kecil mengalung indah di lehernya, dan rambut yang dicepol rapih membuat leher jenjangnya terekspos sempurna. Jangan lupakan make up tipis yang sukses membuat pangling.
Angga menelan salivanya dengan susah payah. Rasanya ia tidak bisa mengalihkan pandang dari sang gadis tapi tentu saja itu tidak sopan dilakukan.
"Tunangan dilaksanakan seminggu lagi," ucap papa sambil tersenyum.
Secepat itu?
"Kalian jangan khawatir, ini cuma pesta kecil. Hanya keluarga dan kerabat dekat yang akan hadir," timpal mama seolah menenangkan kami berdua yang baru saja tercekat.
"Soal pernikahan... kita setuju buat menggelarnya setelah kalian lulus. Yaa walaupun kami maunya kalian cepet bersatu tapi kami nggak boleh egois, kalian pasti juga masih mau menikmati masa muda kalian kan?" goda papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
extraordinary you
Fiksi Penggemartentang sangga yang sempurna dan shaula yang sederhana. tentang kamu yang luar biasa atau kamu seharusnya menjadi biasa? renjun & ningning. © luckyyoungg, 2021.