#22. hari penting

563 132 13
                                    

Setelah dua minggu ditunda karena masalah pekerjaan kedua perusahaan, pertunangan kecil namun spesial itu akhirnya dilaksanakan. Tidak banyak yang datang, hanya kedua keluarga besar, kerabat dekat, juga teman-teman dekat. Ganesh, Haidar, Jean, juga Zivaa tak ketinggalan moment penting tersebut.

Meskipun masih disulut api ketika melihat Angga, tak dipungkiri ketika melihat Nindya dengan anggunnya berdiri di depan membuat Zivaa senang sekaligus terharu. Rasanya gadis itu seolah membesarkan anak sendiri.

Pun Jean, ketika Angga dengan tegas kembali berbicara mengenai komitmennya untuk menjaga Nindya —pemuda itu tak bisa mencegah rasa kagum yang memenuhi dadanya. Jean kini semakin yakin, sahabatnya itu bisa dipercaya dan dapat dipegang omongannya.

"Mungkin kami berdua, terutama saya —masih terlalu muda untuk membina hubungan serius yakni berumah tangga. Tapi disini kami akan belajar bersama, kami akan membangun hubungan rumah tangga yang harmonis.

Dan saya disini akan kembali menegaskan jika saya, Laksmana Sangga, akan berusaha untuk menjaga dan melindungi Shaula. Mungkin banyak kejadian pada masa lalu yang belum bisa membuktikan omongan saya, pun saya tidak bisa berjanji akan hal ini. Tapi yang saya tahu, saya selalu bisa bertanggung jawab atas apa yang saya pilih.

Maka, malam ini, saya memilih Shaula sebagai calon istri saya yang kelak akan menemani hari-hari saya di masa depan." ucapan tegas Angga yang seolah berpidato untuk acara OSISnya sukses menyihir audiens yang hadir pada acara yang bertema outdoor tersebut.

"Sebelum saya lanjut, saya punya pesan untuk Shaula," jika sebelumnya Angga dengan tegap berdiri menatap kedua orangtua juga tante Dhea beserta seluruh audiens, kini pemuda itu mengarah lurus pada gadis di sampingnya.

"Nindya, gua minta maaf. Gua tahu gua punya banyak salah yang mungkin nggak akan bisa lo maafin dengan mudah, gua tahu gua belum bisa jadi penyembuh yang sempurna buat luka di masa lalu lo, gua tahu gua belum bisa  ngelindungin lo sebaik gua ngelindungin diri gua sendiri.

Dibanding citra gua yang sempurna yang selalu orang lain lihat, nyatanya di depan lo gua jadi makhluk paling nggak sempurna, jadi makhluk yang nggak pantas buat memiliki diri lo.

Gua selalu yakin pilihan mama nggak pernah ada yang salah, dan gua yakin —walaupun kita terikat karena sebuah perjodohan— tapi pilihan mama nggak akan pernah salah buat milihin lo buat gua.

Setelah mikir cukup panjang dengan semua kebrengsekan yang udah gua perbuat, sekarang gua makin yakin —kalau lo orang yang tuhan kirim buat gua. Lo takdir gua, Hanindya." Angga berkata tulus, berasal jauh dari lubuk terdalam hatinya. Intonasi pemuda itu hangat, namun mengikat. Banyak pesan kuat yang terkandung di dalamnya.

"Gua ngucapin makasih banyak buat temen-temen gua yang udah nyadarin gua satu hal penting disini. Berkat mereka, gua tahu apa yang harus gua pertahanin, apa yang harus gua utamain. Dan semua pertanyaan itu terjawab dengan adanya prioritas gua disini," Angga memandang teman-temannya termasuk Zivaa, lalu kemudian ia menjatuhkan kembali pandangannya kepada Nindya ketika mengucapkan kalimat terakhir.

"So, will you marry me?"

Ucapan Angga sukses membuat ketiga temannya bersorak, juga keluarga-keluarganya. Zivaa tersenyum haru hingga tanpa sadar kembali meneteskan airmatanya.

Sementara sejak tadi, Nindya mematung di tempatnya. Seolah tak dapat berkutik, ia mencerna seluruh kalimat Angga. Gadis itu menatap mama angkatnya juga tante Erlin yang mengangguk meyakinkan, terakhir ia menatap Zivaa, meminta persetujuan—

—dan akhirnya Zivaa mengangguk.

Mulai malam ini, mungkin Nindya harus kembali belajar banyak. Terutama dari sosok Laksmana Sangga. Hatinya harus kembali membuat benteng pertahanan terkuat, namun disamping itu ia juga harus menerima bahwa kini akan ada yang memeluk hangat benteng tersebut.

extraordinary youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang