#14. rahasia & rasa (1/2)

602 145 6
                                    

Pukul setengah sembilan tepat, akhirnya mereka sampai di Villa Hijau. Seperti namanya, bangunan ini berbentuk villa dengan banyak tumbuhan hijau sebagai ciri khas tempat tersebut. Dengan cat berwarna abu kusam, bangunan itu masih kokoh berdiri.

"Ini udah nggak dipake buat penginapan lagi ya?" tanya Angga sambil memperhatikan sekitar. Mereka berdua tengah menatap bangunan di depannya dan masih enggan untuk melangkah masuk.

"Dulu villa ini salah satu penginapan terkenal di daerah sini karena lingkungannya asri terus juga strategis. Karena suatu alasan —yang gua juga nggak tau apa— villa ini ditutup. Kalau nggak salah sekitar tahun 2015, villa ini cuman diperuntukan buat keluarga dan kerabat dekat," jelas Nindya. Netranya menatap nanar bangunan kokoh di depannya.

"Tunggu —berarti lu termasuk salah satu keluarga dekat pemilik villa ini, iya?" tanya Angga kaget.

"Gua juga nggak tau," jawab Nindya singkat lalu gadis itu menghela nafas. Ia mengalihkan pandangannya, ia menunduk.

Angga memperhatikan Nindya yang menunduk. Angga tahu akan berat menjalani malam ini untuk sang gadis. Perlahan tapi pasti, ia menyelipkan jemari pada jari-jari Nindya.

Sang gadis sontak menoleh kaget.

"Don't worry, ada gua. Gua yakin lu udah persiapin diri lu dua minggu ini, gua yakin lu bisa ngelewatin ini semua dengan baik. Jadi, tenang aja ya? Pelan-pelan aja." ujar Angga lembut, ia juga mengusap jemari Nindya yang dingin dengan lembut.

Nindya menarik nafas sejenak, memantapkan dirinya. Akhirnya ia mengangguk. Tanpa melepaskan genggaman, mereka melangkah masuk ke dalam.

Angga kira akan ada sebuah keluarga dengan banyak anggota yang akan menyambut mereka, tapi ternyata tidak. Hanya ada seorang nenek tua yang begitu terkejut kala melihat Nindya. Keduanya tidak banyak bicara dan seolah tahu tujuan Nindya, nenek tersebut langsung mengantar mereka ke tempat —yang sepertinya sebuah taman belakang?

Tanpa berbasa-basi lagi Nindya menarik Angga agar lebih cepat ke dalam, menjauhi sang nenek.

"Shaula, kalau kamu punya waktu, nenek bakal selalu nunggu kamu buat dengerin penjelasan kami. Nenek udah cerita semuanya ke Erlin dan dia memahami itu. Dan malam ini, kalau kalian mau menginap disini dengan senang hati nenek ngizinin. Tenang aja, mereka udah nggak tinggal disini." penjelasan nenek tersebut seolah angin lalu dengan Nindya yang tidak mempedulikannya dan hanya terus berjalan ke depan.

Angga menoleh kaget ke belakang, mengapa mamanya disebut-sebut oleh nenek itu? Apakah mamanya kenal dengan nenek itu?

"Nin, itu lo diajak ngomong..." peringat Angga walau dengan suara pelan.

Nindya tetap terdiam hingga Angga menyadari jika ada dua buah makam yang lebih menyerupai gundukan rumput dengan banyak rumput kecil yang menyelimutinya.

Angga tidak lagi mempedulikan nenek tua dibelakangnya, fokus terganti untuk memperhatikan objek di depannya juga memperhatikan ekspresi Nindya secara bergantian.

Gayatri Maulina
Lahir : Pekalongan, 13 April 1978
Wafat : Bogor, 23 Oktober 2009

Arya Hendrayanto
Lahir : Bandung, 17 Agustus 1975
Wafat : Bogor, 23 Oktober 2009

Angga memperhatikan kedua nama tersebut, mungkinkah ini...

...kedua orang tua kandung Nindya?

"Hallo, Ibu, Ayah. Maaf ya aku udah lama nggak kesini. Sekarang aku bawa Angga, dia—" Nindya menatap Angga yang masih berdiri. Gadis itu sudah duduk pada tempat dudukan kecil di sebelah makam ibunya.

extraordinary youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang