Hanya sekumpulan skenario kehidupan yang diperankan oleh beberapa pemuda tampan. Beberapa dari kisahnya mungkin dapat menjadi pelajaran hidup. Entahlah, semuanya terjadi begitu saja. Lebih banyak cerita akan lebih menyenangkan, bukan?
by ttoguxnana...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pernahkah kalian membayangkan dongeng yang biasa ada di dalam buku cerita anak-anak terjadi di dunia nyata? Semua tentang kebahagiaan yang dikisahkan pada suatu karya terwujud dengan jelas? Hanya gadis cantik berambut panjang itu yang dapat merasakannya, sebab tempat dirinya menghabiskan liburan memiliki tempat demikian—kumpulan pintu yang membuat angannya menjadi nyata.
Hal-hal yang menurutnya nyata, sebenarnya hanya sebuah...
✨
Mentari mulai muncul dari ufuk timur, menggantikan bulan yang kini telah kembali ke peraduannya. Angin juga berhembus pelan. Semesta tengah disibukkan dengan dedaunan yang berjatuhan, banyak dari mereka—ah, semuanya, berwarna merah kejinggaan. Ini hari pertama di musim gugur. Terlihat seorang gadis cantik berambut panjang sedang menikmati pai kenari kesukaannya di ruang makan, ditemani dengan segelas susu pisang yang juga merupakan kesukaannya.
Setelah melahap suapan terakhir, Oh Ranie beranjak ke kembali kamar tidurnya. Perlahan tapi pasti, kakinya menaiki satu per satu anak tangga untuk menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar, gadis cantik itu berdiri di hadapan cermin. Pagi itu, Ranie mengenakan sebuah rok tartan berwarna coklat muda yang ia kombinasikan dengan turtle neck berwarna senada. Tak lupa dirinya mengenakan coat untuk menjaga suhu tubuhnya tetap hangat. Oh Ranie terlihat sangat cantik hari itu.
Ah, wajar saja. Gadis cantik beserta kedua orang tuanya itu akan berlibur ke desa, tempat dimana nenek dan kakeknya tinggal. Untuk sampai disana, mereka membutuhkan setidaknya kurang lebih 3 sampai 4 jam perjalan. Tak apa, Ranie tidak keberatan—sama sekali tidak. Malah, gadis cantik itu lebih suka menghabiskan waktunya disana. Sudah menjadi tradisi untuknya dan juga keluarganya untuk mengunjungi sepasang lansia itu saat masa libur telah tiba. Pernah suatu waktu, Tuan dan Nyonya Oh bertanya pada putri semata wayangnya itu kemana dirinya ingin pergi untuk berlibur, dari waktu ke waktu, Ranie hanya menjawab mansion tempat kakek dan neneknya tersayang itu tinggal.
"Ranie-ya. Kau sudah siap, Sayang?", kepala Sejeong muncul dari daun pintu kamar putrinya.
"Oh? Sebentar lagi, Eomma.", jawab Ranie sembari tangannya menepuk-nepuk rok yang ia kenakan.
"Baiklah. Setelah selesai, langsung turun, ya. Kita akan pergi sebentar lagi.", jelas wanita paruh baya dengan senyum menawan itu.
Gadis cantik berambut panjang itu hanya membalas dengan berdehem singkat. Setelahnya, Oh Ranie mengalungkan tas selempangnya untuk kemudian mengunci pintu kamarnya dan kembali turun ke bawah. Sesampainya di beranda rumah, terlihat sang ayah tengah mengemas barang-barang mereka untuk memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Melihatnya, gadis cantik itu menghampiri pria kesayangannya dengan niat membantu. Tapi apalah daya, tentu ayahnya melarang keras.
"Tidak usah, Ranie-ya. Sebentar lagi Appa akan selesai.", ujar Sehun sembari mengulas senyum pada putrinya.
"Aku hanya ingin membantu.", ucap Ranie seraya memanyunkan bibirnya.
