Angin yang berhembus pagi itu terasa begitu sejuk, menembus sela-sela baju seorang gadis yang tengah berbaring dengan sebuah buku yang ia gunakan untuk menutup wajahnya, menghalangi sinar matahari yang menusuk matanya.
"Lo ngantuk?" sebuah suara berhasil membuat gadis itu kembali tersadar dan mengangkat bukunya sedikit.
"Sedikit." jawabnya lalu kembali membaca tiap kata dalam buku tersebut, sedikit membenarkan posisi tidurnya namun tak memindahkan kepalanya dari pangkuan gadis yang berumur lebih tua darinya itu.
"Yujin, lo udah baca buku gue 5 kali dari kemarin. Apa harus dibaca berulang kali?" tanya sang istri sambil menyingkirkan anak rambut Yujin yang tertiup angin, yang mencoba menghalangi paras cantik gadis itu.
"Oh, tentu saja. Ini buku yang dibuat oleh Kim Minju, seseorang yang paling gue cintai, gue bisa apa?" ceplosnya yang membuat pipi Minju merona mendengarnya.
"Untung hari ini cerah dan sejuk ya," papar Minju berusaha mengganti topik. "pilihan yang tepat, bukan, untuk melakukan piknik seperti ini?" tambahnya yang hanya dibalas anggukan dan senyuman oleh Yujin.
Di sinilah mereka. Menghabiskan waktu mereka di Central Park, salah satu taman kota terluas di kota New York sembari menikmati kesejukan udara di musim semi dan juga beberapa kudapan yang sudah mereka siapkan dari rumah mereka.
Yujin yang sibuk membaca buku di tangannya sembari sesekali memberi respon terhadap setiap perkataan yang keluar dari mulut Minju, sementara Minju sibuk melihat setiap orang yang berjalan dengan kesibukan mereka—oh, tentunya termasuk melihat gadis di pangkuannya. Namun, pandangan Minju terhenti pada satu hal yang berhasil menangkap atensinya dan juga membuatnya tersenyum kecil membayangkannya.
Anak-anak yang tengah bermain di tengah rerumputan.
"Yujin," panggilnya tanpa mengalihkan pandangannya. "Bagaimana kalau kita mengadopsi anak?" kalimat tersebut berhasil membuat Yujin cukup terlonjak dari posisinya yang tengah berbaring dan mengikuti arah pandang Minju.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Kita sudah menikah hampir setahun. Menurut gue, bukankah sudah sewajarnya jika kita memiliki anak sekarang?" balas Minju yang kini meraih tangan Yujin dan menggenggamnya erat. "Gue percaya kita bisa menjadi orang tua yang baik."
Dalam benaknya, Yujin merasa ragu. Secara finansial, tentunya Yujin sudah siap yang juga dibantu dengan pekerjaan Minju yang kini sebagai salah satu travel content creator di salah satu perusahaan travel magazine di Amerika.
Tapi secara mental, Yujin tidak ada pikiran untuk menerima kehadiran orang lain dalam keluarga kecilnya. Egois memang, namun tak dapat ia pungkiri dirinya hanya ingin menghabiskan waktu hanya berdua saja dengan Minju.
"Sayang," Yujin mengelus pipi Minju dengan lembut. "Mengadopsi anak itu membutuhkan tanggung jawab yang besar, loh. Bagaimana kalau kita awali dengan mengadopsi hewan? Anjing atau kucing, mungkin?"
Binar di mata Minju seakan redup mendengar anjuran gadis berambut sebahu itu. "Tapi, lo tahu gue alergi bulu hewan, bukan?"
"Atau mungkin, ikan? Oh! Bagaimana kalau—"
"Yujin, apa mungkin lo gak mau mengadopsi anak?" potong Minju yang sepertinya dapat membaca gelagat Yujin yang tampak enggan. Yujin hanya menghembuskan nafasnya pelan, merasa seperti tertangkap basah.
"Untuk sekarang, gue belum ada pikiran untuk adopsi anak. Dan entahlah, mungkin akan berlangsung dalam waktu yang cukup lama." ungkap Yujin. "Gue udah terlalu nyaman hanya dengan kehadiran lo." tambahnya yang kini mengecup bibir merah muda Minju singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [The Sequel of 'Connection'] [JINJOO FF]
Romance"Fate had played us all, but not this time." - Seperti takdir, Seperti mendapat kesempatan, 2 gadis yang saat itu dipaksa untuk berpisah, Dipertemukan oleh takdir. Setelah 8 tahun tidak saling berhubungan, Minju tetap melanjutkan hidupnya sebagai se...