Hari demi hari telah berlalu semenjak kejadian kelam itu, kejadian yang terus menghantui Minju tanpa henti, di setiap malam dan di setiap tidurnya. Pihak sekolah telah memutuskan untuk mengeluarkan pria brengsek yang tak perlu disebut namanya.
Kabar angin pun mulai menyebar ke seluruh isi sekolah tentang dirinya seakan tak cukup memberikan trauma kepada Minju. Gadis itu kembali teringat masa-masa kelamnya dan di saat gadis itu merasa hidupnya tak bermakna.
Hari terasa begitu dingin karena senyum di wajah Minju mulai sirna. Ujung bibir gadis itu jarang melekuk, entah itu ke atas maupun ke bawah. Tatapan matanya kosong, tak ada semangat yang terpancar dari kedua mata indahnya. Gadis itu beberapa kali melakukan konsultasi dengan seorang psikolog dengan harapan rasa cemasnya dapat reda.
Hingga suatu hari Chaewon yang hendak datang ke rumahnya di hari ulang tahunnya, menemukan gadis itu tergeletak tak sadarkan diri dengan pergelangan tangannya yang berlumuran darah.
Waktu terus berjalan, hingga tak terasa kedua gadis itu telah mengemban ilmu hampir tiga tahun lamanya. Chaewon cukup bersyukur di tahun terkhir ini takdir seakan dengan Minju—dengan begitu, ia bisa dengan mudah memantau Minju yang masih melakukan prosesi konsultasi dengan seorang psikolog. Dan seiring berjalannya waktu, setidaknya gadis itu sudah mulai menunjukkan berbagai ekspresi walau tidak terlalu kentara.
"Kim Minju" panggil Chaewon kepada gadis yang tengah menatap pergerakan awan di langit. Minju menoleh ke arah Chaewon tanpa memberikan ekspresi apapun. "Habis ini, mau temenin gue belajar di perpustakaan?" tanya Chaewon.
"Sampe jam?"
"Lo bisa sampe jam berapa?" Minju melirik ke arah jam tangannya. "Jam 6? Gue jam 7 ada janji konsultasi."
"Oke, yuk." kedua gadis itu mulai beranjak meninggalkan kelas sambil membawa tas mereka. Keduanya terhenti tepat di depan pintu dengan tulisan 'perpustakaan' yang menggantung di atas pintu.
Chaewon membuka pintu dengan perlahan dan sedikit terkejut sembari menyapu setiap sudut ruangan untuk mencari tempat untuk dirinya dan Minju.
"Rame banget," bisik Chaewon.
"Mau gimana lagi, minggu depan udah ujian tengah semester." Minju menunjuk meja di sudut ruangan yang tak berpenghuni dengan dagunya. "Tuh, kosong." Minju menghampiri meja tersebut dan dengan cepat menaruh tas miliknya di salah satu kursi di sana.
Chaewon memilih untuk duduk di hadapan Minju. Tanpa berhenti, keduanya mulai memasukki lorong yang diapit oleh rak-rak buku dan mengambil beberapa buku yang mereka perlukan.
"Apa ini?" gumam Chaewon yang menarik salah satu buku dalam dekapan Minju untuk melihatnya lebih jelas. "Kim Minju, sekarang informasi kayak gitu udah beredar di internet." Minju memutar bola matanya. "Itu apa yang lo pegang? Budidaya tanaman gingseng?" Minju menggelengkan kepalanya.
"Dasar orang tua."
"Ya—"
"Sssshhhh!" desis salah satu murid yang diiringi dengan tatapan-tatapan kesal dari sekitarnya. Chaewon membungkuk meminta maaf dan langsung duduk.
"Gue bukan orang tua." bisik Chaewon. Minju menggedikkan bahunya dan menaruh buku yang menjadi sumber keributan sebelumnya di sisi kirinya.
Tak terasa satu jam telah terlewati. Chaewon masih terus sibuk dengan catatan-catatan di tangannya sementara Minju terus mencoba memecahkan soal-soal yang tercetak dalam buku di hadapannya.
Minju langsung menutup buku di tangannya begitu selesai mengerjakan soal-soal tersebut lalu meregangkan otot leher dan pundaknya. Minju melirik ke arah Chaewon yang masih fokus dengan catatan tersebut, dengan earphone yang menggantung di kedua daun telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [The Sequel of 'Connection'] [JINJOO FF]
Romance"Fate had played us all, but not this time." - Seperti takdir, Seperti mendapat kesempatan, 2 gadis yang saat itu dipaksa untuk berpisah, Dipertemukan oleh takdir. Setelah 8 tahun tidak saling berhubungan, Minju tetap melanjutkan hidupnya sebagai se...