Sebuah teashop yang terletak tak jauh dari hotel di mana mereka bertemu, memiliki suasana yang hangat dan nyaman, dengan memberikan vintage vibes dari interior-interior yang sudah di desain sedemikian rupa.
Namun nampakanya suasanya tersebut tak dapat merubah suasana canggung di antara kedua gadis yang terus terdiam tak melontarkan sepatah kata pun kepada satu sama lain.
Wonyoung mengajak Minju untuk berbincang sebentar dengannya mengenai box yang sedari tadi ia bawa—dan ia pun melihat sepertinya ada yang ingin Minju bicarakan tentang dirinya dan Yujin.
"Jadi," Wonyoung memecah keheningan terlebih dahulu dan mengangkat box yang ia letakkan di bawah kursinya. "Ini titipan dari Yujin buat lo." Minju menerima box tersebut dan kembali memandang Wonyoung dengan linglung.
"Apa ini?"
"Ada baiknya kalau lo mengetahui isinya nanti di rumah." jawab Wonyoung lalu menyambar teapot di depannya dan menuangkannya ke gelas Minju dan dirinya.
"Apa tidak ada yang ingin ditanyakan?" tanya Wonyoung.
"Seperti apa?" Minju menyambar kue kering yang tersaji di atas meja.
"Hubungan gue dengan Yujin."
Gerakan tangan Minju terhenti saat mendengar kalimat tersebut, namun dengan cepat menahan ekspresi terkejut dari wajahnya.
"Untuk apa? kalian hanyalah mantan tunangan." jawab Minju.
"Oh ya? tapi sepertinya ada yang tidak tenang dan merasa cemas dengan hubungan kami yang sudah berubah menjadi mantan tunangan." sindir Wonyoung membuat Minju kembali diam dan menunduk.
"Tanyakan apa pun, akan gue jawab."
Minju menyerah. Keinginan untuk mengetahui masa lalu gadis bernama Ahn Yujin itu lebih besar ketimbang dengan rasa cemburu mengenai hubungan masa lalu gadis itu. Minju menyesap teh di cangkir miliknya dan menghembuskan nafasnya perlahan, menyiapkan dirinya untuk mendengar cerita masa lalu Yujin.
"Bagaimana bisa kalian bertunangan?" tanya Minju. "Siapa yang mengajukan pertunangan? lo atau..." Minju tak dapat melanjutkan kata-katanya, takut dengan kenyataan yang mungkin ia sendiri tidak ingin ketahui.
"Menurut lo?" tanya Wonyoung balik.
"Uhm... Yujin?"
"Kalo gue jawab iya, apa lo akan kecewa dengan Yujin?"
Dalam diam, Minju mencengkram ujung sweater cukup erat. "Bohong kalau gue bilang gak kecewa." balasnya namun sedetik kemudian ia tersenyum. "Tapi 8 tahun bukan waktu yang sebentar untuk Yujin bertemu orang lain termasuk sahabatnya sendiri dan jatuh cinta, jadi gue memaklumi."
Wonyoung hanya tertawa mendengar penuturan Minju membuat Minju kebingungan dengan reaksi tak terduga dari gadis di hadapannya.
"Kalian berdua benar-benar—" gumam Wonyoung sembari mengusap-usap matanya, merasa frustrasi dengan kebodohan dua sejoli unik tersebut.
"Kalian berdua saling berkorban demi kebahagiaan satu sama lain tanpa mencoba mengetahui apa yang benar-benar diinginkan dari masing-masing kalian. Bodoh." tambah Wonyoung yang kini akhirnya menghentikan tawanya dan menatap Minju dengan serius.
"Pertama, gue yang mengajukan pertunangan dengannya." tegas gadis jangkung itu. "Yujin yang kala itu kehilangan orang tuanya merasa bahwa dia hanya sendiri di dunia ini." Minju membulatkan matanya.
"Maksud dari kehilangan..."
"Iya, kedua orang tuanya telah meninggal karena kecelakaan." potongnya membuat Minju membayangkan kejadian tersebut, membayangkan raut kesedihan yang terpancar dari wajah Yujin. Ia tak dapat membayangkan ekspresi tersebut menghiasi wajahnya yang selalu tersenyum kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [The Sequel of 'Connection'] [JINJOO FF]
Romantizm"Fate had played us all, but not this time." - Seperti takdir, Seperti mendapat kesempatan, 2 gadis yang saat itu dipaksa untuk berpisah, Dipertemukan oleh takdir. Setelah 8 tahun tidak saling berhubungan, Minju tetap melanjutkan hidupnya sebagai se...