#19#

70 12 13
                                    

-FLASHBACK ON-

"Kim Ji Soo..."Suho menghentikan langkah gadis itu tepat didepan ruang belajar The Pacific.

"Apa-apaan ini ?!"Suho menunjukkan sebagian sertifikat dari amplop coklat didepan Jisoo, ia tampak murka usai menerima dokumen itu.

"Kau tak suka ?"tanyanya sambil menekan password pintu ruangan tersebut.

"Ya !!!. Kau tahu ini..."

"Sssttt....ayo masuk"Jisoo menghentikan laki-laki itu berbicara lebih jauh usai menyadari mereka menjadi pusat perhatian seluruh siswa yang memenuhi lorong sekolah.

Satu dari sekian siswa yang tertarik dengan peristiwa itu adalah Irene yang lewat tepat disisi lorong didekat pintu ruang The Pacific. Ia ingat betul lembaran sertifikat kompetisi yang sekilas dilihatnya. Kemarahan Suho terhadap gadis paling cerdas disekolah itu menggugah tanda tanya dibenak Irene. Rasa penasarannya terhadap hubungan keduanya sejak Irene tak sengaja memergoki Suho memberi paperbag dari toko perhiasan didepan rumah Jisoo semakin besar hingga cukup untuk dirinya memberanikan diri menyelinap ke ruangan itu malam harinya. Ia bahkan bolos latihan biola malam itu karna mencari tahu soal Suho dan kemarahannya yang langka terlihat.

"Sepertinya Suho tak keluar membawa amplop cokelat itu tadi"gumam Irene sambil terus menyenter setiap sudut ruangan dengan flash kamera ponselnya.

Ia memeriksa laci hingga bagian bawah meja lalu beralih ke meja diskusi, ia bahkan mencari hingga ke belakang lukisan. Sepasang matanya kemudian tertuju pada lemari disudut ruangan yang tampaknya tidak terkunci sama sekali. Namun, walaupun tak terkunci, tak seorang pun mampu mengambil isinya. Lemari itu hanya cangkang, didalamnya terdapat brankas yang Irene tebak menyimpan amplop yang berisi sertifikat milik Suho.

"Pakai kartumu saja, kartuku mungkin terjatuh didalam"

"Baekhyun ?. Mau apa mereka kesini malam ini ?. Aishhh"Irene panik begitu suara Baekhyun terdengar dari luar pintu, sedangkan ia yang memegang kartu milik Baekhyun saat ini jadi semakin panik karna ruangan itu tampak begitu lapang tanpa tempat persembunyian.

"Kau tak ada jadwal ?"tanya Sehun sambil menaruh laptopnya diatas meja dan beranjak membuka kulkas mencari minuman segar.

"Tidak. Kami hanya syuting CF dan latihan persiapan comeback"

"Ayahmu benar-benar tak pernah curiga ?"tanya Sehun yang membuat intuisi Irene untuk merekam muncul, dikeluarkannya segera ponselnya dan merekam dari celah pintu lemari yang terletak disudut ruangan tanpa cahaya.

"Ayahku tahu aku orang yang bertekad, jadi dia tidak mencurigai apapun begitu nilai akademis ku meningkat. Ia sendiri yang berjanji takkan melarang ku jadi idol selama aku berprestasi. Selama aku berada disisi Jisoo, aku bisa tetap jadi idol"curhat Baekhyun sebelum menyesap minuman kaleng pemberian Sehun.

"Orangtua mu membenci profesi idol ?"

"Tidak. Ayahku sendiri yang bahkan mencetuskan ide agar idol menjadi BA Bank Daehan, ia hanya benci jika anaknya jadi idol. Saat trainee, aku banyak menahan sakit dan itu mengganggu ku dalam berlatih. Tiap nilaiku turun sedikit, Ayah memukuliku. Aku membiarkannya memukul tubuhku, asal bukan wajah"tuturnya getir, teringat saat-saat terburuk dimasa trainee nya saat itu.

"Gwenchana, kau sudah bekerja keras"tutur Sehun yang canggung mengungkapkan rasa simpatinya.

"Chanyeol bisa dimaklumi mengapa ia perlu bergabung dengan club ini. Kau sendiri untuk apa bergabung dengannya ?. Bukankah kau sudah pintar ?"

"Terpaksa. Namun setelah dijalani, kupikir menguntungkan. Orangtuaku tak sibuk menggonta-ganti guru les mata pelajaran lain. Aku punya waktu luang"

FALL [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang