◾ FLASHBACK ON◾
"Mwoya ?. Novel lagi ?"pria paruh baya yang masih begitu tegap mengintip putrinya yang duduk dikursi belakang lewat kaca.
"Ini seru, appa"gadis cantik itu mencebikkan bibirnya dan kembali berkutat dengan paragraf demi paragraf novel tersebut dikursi belakang.
"Bukankah kamu sudah baca novel itu kemarin ?. Appa ingat cover bukunya, nggak bosan ?"
"Aniyo, selain biola, novel ini yang paling kusuka. Ini juga bukan novel kemarin, ini sequel dari cerita novel sebelumnya jadi sampulnya mirip"celoteh Irene, si pembaca novel karangan penulis Byul.
"Eomma, Appa, bolehkah aku minta sesuatu ?"gadis itu menutup novelnya segera. Ia tersenyum simpul penuh arti dan disusul tawa lepas kedua orangtuanya.
Bagi Irene, setiap hari sama saja. Kehidupannya dan kedua orangtuanya, sama sama damai. Ia didukung melakukan apapun oleh 2 orang paling berjasa dalam hidupnya, mereka berdua sangat kompak membesarkan Irene dengan penuh cinta sampai tak sempat berpikir untuk bertengkar, menurutnya.
Irene hari itu kembali memilih makan di sebuah restoran Perancis yang terletak ditengah kawasan perbelanjaan, gadis itu selalu memilih duduk paling pinggir didekat kaca. Katanya, setiap duduk disana ia bisa melihat kehidupan anak seumurannya lebih nyata, bukan sebatas hasil imajinasi dari novel bacaannya. Ia melihat anak SMA yang bolos les untuk hangout dengan teman-temannya atau kencan dengan pacar, makan camilan kaki lima, membeli aksesoris sederhana, melihat-lihat pakaian dan kosmetik remaja di toko, dan banyak hal lagi yang tak bisa Irene lakukan dan hanya bisa ia bayangkan selama ini.
Aneh, bukan ?. Ia terlahir sebagai putri tunggal konglomerat yang malah tak bisa bebas lakukan hal itu. Bukan karena batasan, tapi ia hanya terlahir dengan hati yang terlalu tulus. Jika ia menikmati hidup dengan sembrono, baginya itu hanya akan mengecewakan kedua orangtuanya. Itu sebabnya ia baik-baik saja dijejali berbagai hal sejak kecil, mulai dari berbagai les mata pelajaran, kursus tata krama, hingga berlatih dalam beberapa cabang olahraga.
Novel remaja adalah satu-satunya jalan untuk melepas penat dan rasa penasaran dibenaknya. Tentang bagaimana remaja seusianya menikmati hidup dengan berbagai rintangan.
"Appa, Eomma, aku benar-benar menyukai novel ini. Novel ini juga laris di toko buku. Jalan ceritanya bagus.."
"Jadi ?"
"Bisakah Appa mensponsori rumah produksi agar novel ini segera di filmkan ?. Aku ingin melihatnya lebih nyata"pinta gadis itu.
"Perusahaan maskapai penerbangan mensponsori rumah produksi, hahaha...."sang Ayah sontak tertawa lepas.
"Ayolaaaah, nde ?. Tahun ini aku tidak akan minta kado ulang tahun deh"tawar Irene, ia memelas dengan sepenuh hati agar keinginannya terkabul.
"Arraseo, arraseo, jangan bahas kado ulang tahun. Kado ulang tahun dan ini berbeda, kami akan tetap memberikannya. Kita makan saja dulu, Appa pasti akan mengusahakannyakan"lerai Ibunda yang melihat pelayan berjalan mendekat kearah mereka, disisi lain Irene justru menyimpan rasa senangnya karna ia yakin sang Ayah mengiyakan permintaannya kali ini.
"Selamat menikmati"
"Eo ?, Eonni..."Irene menyapa pelayan paruh waktu di restoran itu dengan ramah.
"Kamu datang lagi.... Untung masih ada meja dipinggir"tuturnya.
"Nde, aku habis latihan biola dan ingin mampir"
"Arraseo, makanlah perlahan dan nikmati pemandangannya"tuturnya pamit, pelayan tersebut cukup akrab dengan Irene karna begitu sering makan di restoran itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL [HIATUS]
FanfictionSong Mino hanya remaja laki-laki yang kembali ke tanah kelahirannya dan bermimpi hidup bebas layaknya remaja seusianya. Namun di hari pertamanya, ia terjebak dalam rumitnya kisah gadis cantik yang jatuh dari loteng rumahnya. Bae Irene, tuan putri ya...