"Euyyy, kenapa kau juga ikut ?"Mino kaget ketika melihat Irene berada didalam mobil yang menjemputnya.
"Paman mengajakku, katanya siapa tahu aku ingat suasana pulang sekolah"dalih Irene yang sebenarnya ingin keluar rumah saja, ia bosan ber-meditasi seperti yang disuruh Mino, tak satupun ingatannya terlintas saat meditasi.
"Pak Shin, kita nggak usah ke rumah, aku mau beli seragam tambahan"pinta Mino yang menaruh tas nya ditengah sebagai pembatas antara ia dan gadis ber-sweater merah jambu.
Begitu sampai di toko, Mino segera meminta pramuniaga membawakan seragam dengan ukuran yang biasa ia pakai. Sedangkan Irene hanya boleh menunggu di mobil dengan Pak Shin.
"Ahjussi, bukankah dia terlalu kejam ?. Ini sih sama dengan meditasi di rumah"keluh Irene yang hanya bisa menopang dagu sambil melihat Mino memilih seragam dari kejauhan. Pak Shin hanya bisa terkekeh mendengar keluhan gadis itu.
"Hei, keluarlah"suruh Mino yang membukakan pintu mobil, Irene dengan sumringah menghirup udara bebas.
"Kau sesenang itu ?"tanya Mino yang hanya dibalas anggukan.
"Kita kemana ?"
"Ayo ikut, kita beli baju untukmu. Aku risih melihat sweater merah jambu mu ini"Mino memimpin jalan sedangkan Irene membuntuti nya dengan gembira.
Keduanya masuk ke salah satu boutique pakaian remaja, Mino membantu memilihkan beberapa pakaian.
"Kau sungguh memintaku memakai pakaian itu ?"
"Memangnya kenapa ?"
"Entah kenapa menurutku itu bukan gayaku, aku pasti orang yang fashionable sebelum hilang ingatan. Aku tak mungkin memakai daster itu"Irene kemudian melanjutkan kegiatannya memilah-milah rok.
"Ini gaun bukan daster !. Dan jangan lupa kalau ini pakai uangku"tutup Mino sambil membawa baju baju pilihannya ke kasir.
"Bagaimana dengan ini ? Kalau yang ini ?"Irene mengekori Mino sambil menenteng gantungan rok dan baju kesukaannya.
"Kau punya uang ?"
DORRRR
Pertanyaan Mino meruntuhkan kepercayaan diri Irene, ia bersungut-sungut mengembalikan baju dan rok kesukaannya itu. Lalu berbalik ke kasir untuk menenteng paperbag hasil belanja Mino.
"Mau kemana ?"
"Bukankah kita akan pulang ?. Aku mau ke mobil"
"Mau sampai kapan rambutmu kusut ?"padahal rambut Irene hanya tergerai bebas. Mino kemudian berjalan lebih dulu ke salah satu toko aksesoris wanita.
Ia memilih beberapa ikat rambut untuk Irene, usai membayarnya ia langsung menyuruh gadis itu mengikat rambut panjangnya.
"Langsung ikat"Mino membuka label harga disalah satu ikat rambut dan memberikannya pada gadis itu. Irene kemudian mulai dengan menyisipkan rambutnya ke belakang telinga, sedikit merapikannya, lalu mengumpulkan rambut menjadi satu.
'Apa-apaan ini, apa dia iklan ikat rambut ?'gumam laki-laki yang hanya bengong seolah pertama kali melihat gadis mengikat rambut.
"Balik badan !"Mino tiba-tiba memegang bahu Irene dan memutar tubuh gadis itu 180 derajat.
"Ishh, aku terkejut, jadi berantakan lagi kan"omelnya, Irene terpaksa mulai dari awal mengikat rambutnya. Penjaga toko sedikit tertawa melihat tingkah konyol sepasang anak muda dihadapan mereka.
"Tunggu"pinta Mino usai Irene mengikat rambutnya, ia mengeluarkan salah satu jepitan yang ia masukkan ke keranjang belanja tadi.
"Pakai ini, ponimu terlalu panjang hingga kau mungkin bisa makan rambutmu"Mino memasangkan jepitan itu dikepala Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL [HIATUS]
FanfictionSong Mino hanya remaja laki-laki yang kembali ke tanah kelahirannya dan bermimpi hidup bebas layaknya remaja seusianya. Namun di hari pertamanya, ia terjebak dalam rumitnya kisah gadis cantik yang jatuh dari loteng rumahnya. Bae Irene, tuan putri ya...