"Suho-ya, sekarang aku baik-baik saja, kau bisa kembali ke sekolah"pinta Irene begitu Suho memasangkan selimut padanya.
"Iya, anda bisa kembali ke sekolah. Saya akan menjaga nona dengan baik"imbuh manajer rumahnya yang datang membawakan segelas teh untuk Irene.
Suho lantas dengan berat hati meninggalkan gadis itu, usai pamit ia segera keluar dan diantar ke sekolah oleh supir Irene.
"Selamat, nona"tutur Nona Choi dengan senyum cerah yang sedikit meledek Irene.
"Selamat untuk apa ?"Irene bangkit dari tidurnya dan duduk bersandar ditempat tidurnya.
"Suho. Akhirnya setelah perjuangan panjang membuahkan hasil yang baik"
"Anda tahu sesuatu soal aku dan Suho ?. Bisa ceritakan padaku ?. Seperti yang anda tahu, aku kecelakaan dan kehilangan beberapa ingatan"pinta Irene yang menahan tangan Nona Choi dan meminta wanita itu duduk disisi ranjangnya.
"Bagaimana bisa nona tak mengingat Suho ?. Nona, anda benar-benar jatuh hati padanya. Nona bahkan menyerah dengan sekolah musik dan memilih sekolah umum demi Suho, hampir setiap hari cerita yang kudengar soal Suho"serunya, nona Choi langsung bersemangat bila diajak cerita hal seperti ini.
"Aku segila itu ?"Irene masih tak habis pikir, kenapa merasa begitu asing pada orang yang mampu membuatnya menyerah pada impiannya.
"Anda benar-benar tergila-gila. Nona bahkan bergabung dengan klub tenis hanya untuk melihat Suho, tapi Presdir tak tahu ini. Ini rahasia kita berdua"tambah Nona Choi yang terhanyut dalam nostalgia diselingi cekikikan geli ketika menceritakannya pada Irene.
"Apa sebelumnya sikap Suho padaku dingin dan kasar ?. Anda lihat sendiri bahwa ia terlihat begitu perhatian padaku, apa ia dari dulu begitu ?"
"Mmmmm, Suho beberapa kali ke rumah ini untuk makan malam keluarga atau pesta kebun, ia memang tidak se-perhatian tadi, tapi kurasa itu sifat aslinya. Awalnya aku berpikir dia agak sedikit aneh, di keramaian pun dia seolah berhati-hati, tidak mau terlalu akrab dengan setiap tamu dan seolah ada yang mengawasi"jelas manajer rumah panjang lebar.
Irene kembali bersandar ditempat tidurnya, mencerna potongan demi potongan cerita yang ia dengar. Suho digambarkan begitu baik olah orang-orang sekitarnya, tapi mengapa laki-laki itu justru menunjukkan sebaliknya. Suho berbohong.
=0=
Meski dilarang Ayahnya, Irene tetap berkutat dengan buku-buku pelajaran ketimbang istirahat. Ayahnya yang masih memiliki agenda rapat di malam hari terpaksa meninggalkan putri semata wayangnya dirumah.
"Nde ?"teriak Irene sambil membenarkan posisi kacamata bundarnya yang melorot di hidungnya.
"Nona, ada tamu"
"Nugu ?"tanyanya cuek dan masih setia mencoret-coret kertas dengan beragam angka dari soal matematika.
"Dia mengendarai motor hitam"
Tanpa basa basi Irene bangkit dari kursi belajarnya dan menuruni anak tangga secepat kilat, di rapikannya anak rambut dan poni tipis sebelum sampai didepan pintu. Dan seperti tebakannya, cowok bermotor hitam yang berdiri sambil menenteng helm itu menunggunya diteras.
"Kenapa tiba-tiba mampir ke rumah ku?"tanya Irene basa basi didepan pintu, ia terlalu kikuk untuk menyuruh Mino masuk ke dalam.
"Aku tidak mampir, memang mau kesini"jawabnya datar, tanpa ekspresi.
"Bisakah kau tidak terlalu terus terang ?. Jantungku akan meledak"gumam Irene lirih, sedangkan manusia kurang peka dihadapannya ini diam membisu. Sepertinya ia tak dengar perkataan Irene barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALL [HIATUS]
FanfictionSong Mino hanya remaja laki-laki yang kembali ke tanah kelahirannya dan bermimpi hidup bebas layaknya remaja seusianya. Namun di hari pertamanya, ia terjebak dalam rumitnya kisah gadis cantik yang jatuh dari loteng rumahnya. Bae Irene, tuan putri ya...