2 ; closer

254 71 31
                                    

2015 (Throwback)

"YUTAAAA!!!"

"Apaan? Udah kelar kan briefing buat besok pagi?" balas Yuta dengan tampangnya agak suntuk.

"Biasa ngopi dulu bro, di kontrakan Taeyong." Ujar Jungwoo sambil menaikkan kedua alisnya memberi kode.

"Skip. Udah jam 1, nanti kita harus siap di lapangan sebelum jam 6 pagi. Ke kontrakan Taeyong yang ada nggak bakalan istirahat."

"Iya deh. Langsung balik dong lo?"

"Iya, tapi nganterin Ara pulang dulu. Ingetin yang lain, jangan kebablasan minum, nggak lucu kalo nanti pagi kalian teler di depan anak-anak BEM sama panitia." Yuta menepuk pundak Jungwoo pelan, melambaikan tangannya singkat kemudian berjalan menghampiri Ara yang sudah menunggu di samping motornya.

"Yut, kenapa nggak bilang aja ke yang lain kalo aku nginep di tempatmu?" tanya Ara tepat ketika Yuta sampai di hadapannya.

"Terus kamu mau alesan apa? Mau bilang jujur kalo kabur dari rumah? Jadi bahan ketawa sampe lulus baru tau rasa," balas Yuta telak.

"Salah banget emang curhat sama singa." Ara mendengus pelan. "Anterin ke rumah Sherly aja deh. Biasanya kalo nggak pulang aku kan nginepnya di Sherly."

"Ra, pertama sekarang udah jam setengah 2 malem, Sherly pasti udah tidur. Kedua, Sherly tinggal sama keluarganya kan, nggak sopan kalo jam segini ke sana terus bangunin orang serumah. Udah, nggak usah nolak lagi, besok aja nginep di Sherly sekalian minta temenin cari kos."

"Iya iya. Mantan kadept Sosial Masyarakat emang susah didebat ya. Yaudah yuk." Akhirnya Ara pasrah menerima tawaran Yuta.

••••

"Yut, sejak kapan tinggal di apartemen? Kirain masih di rumah tempat basecamp anak-anak Teknik Sipil. Gaya banget kayak kebanyakan duit." Oceh Ara. Saat ini mereka berdua sudah berjalan beriringan di lorong gedung apartemen cukup ternama.

"Gini, Ra. Aku udah terlalu lama stay di basecamp. Lagian minggu depan aku sidang, jadi kamarnya aku oper ke yang lain."

"Terus apartemen punya siapa?"

"Punya adek tingkat di Teknik Sipil. Dulu aku magang di perusahaan konstruksi keluarganya, makanya kita sering ngobrol dan jadi deket. Tapi, dia lebih sering nginep di kontrakan temennya, kalo weekend ke rumah saudaranya di Surabaya. Makanya dia minta aku tinggal di sini, gratis, biar ada yang nempatin aja katanya."

Mereka akhirnya tiba di depan pintu apartemen bernomor 505. Yuta masuk terlebih dahulu menyalakan lampu ruangan, baru kemudian mempersilahkan Ara untuk mengikutinya.

"Dia tahu nggak kalo aku mau nginep disini? Ya gimanapun dia tuan rumah kan."

"Tahu, tadi aku udah bilang pas di depan sekretariat BEM."

"Hah? Dia anak BEM? Siapa?"

"Bukan. Anak kepanitiaan. Kabid Acara. Tahu, kan?"

Ara memberikan respon dengan membulatkan mulutnya. "Oh." Walaupun sebenarnya dia masih mengingat-ingat siapa yang dimaksud Yuta tadi.

"Ra, kamu tidur di kamarku ya. Sebelah situ. Nggak berantakan kok, cuma kurang rapi."

"Ya apa bedanya, Kakanda?" respon Ara sebal. Kemudian ia melirik pintu lain di samping kamar Yuta dan berjalan ke sana. "Ini kamar kosong bukan? Daripada nempatin kamar berantakan mending di sini."

"Jangan! Itu isinya lebih parah, kayak kapal pecah, Ra. Banyak barang pribadi laki-laki, jangan coba-coba masuk." Yuta merentangkan tangannya membuat Ara berhenti mendadak.

Lima Nol Lima | 505Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang