Seperti kemarin, aku kembali bersiap untuk pengajuan selanjutnya, tinggal rikes lalu pengajuan terakhir, selanjutnya pelaksanaan penikahan dan selesai sudah. Pagi ini firasatku sedikit berbeda mungkin karena akan tes kesehatan, jujur saja aku selalu takut jika harus ke rumah sakit saat keadaan sadar dengan kata lain aku tidak sedang sakit. Suara motor mas Ilham terdengar mendekat, aku beranjak menghampirinya, tapi mas Ilham malah melewatiku begitu saja, mungkin mas Ilham lelah.
"Mas, jadikan?" tanyaku dari luar pintu kamar
"Hmm" responnya, aku masih berdiri di dekat pintu kamar, tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan seorang mas Ilham dengan seragamnya dan wajah yang segar.
"Astaghfirullah" ujarnya kaget kemudian menarik langkah mundur
"Hehehe, kaget ya" tebakku dan seperti yang sudah-sudah mas Ilham hanya diam lalu melewati seperti tadi
"Mas Ilham ini dingin kayak Malang pas malam" cercaku, tetap saja ia tak menggubrisnya. Salah apa aku? ketemu juga baru pagi ini. Aku merogoh tasku dan mengeluarkan ponsel milik mas Ilham yang ia pinjamkan padaku. Aku membuka chat terakhir kami, tidak ada yang salah. Bahkan chat terakhir kami kemarin siang dan tak berlanjut.
"Ayo" ajaknya, aku membuntut mengikutinya lalu kami masuk kedalam mobil
Keheningan selama perjalanan mungkin akan menjadi kebiasaan. Seakan menjadi turut dingin di dalam mobil padahal ac pun tak menyala, hal ini berangsur menjadi canggung. Aku tetap menatap keluar kaca mobil menikmati pemandangan kota Malang begitu seterusnya hinggga kami sampai di rumah sakit tentara.
Setelah mobil terparkir kami turun. Seolah nafasku tercekat hanya dengan melihat bangunan rumah sakitnya. Mas Ilham melangkah lebih dahulu, meski takut aku tetap mengikutinya tanpa melihat ke sekitarku. Bugh... mas Ilham berhenti dan aku menabrak punggungnya, seketika saja aku mendongak. Mas Ilham berbalik dan menatapku datar. Aku meremas kuat tali tasku sembari menundukan kepalaku dan memeajamkan mataku.
"El...." panggilnya
"Hmm, maaf mas, tadi Vira enggak lihat, maaf yaaa" ujarku tanpa berani melihat ke arahnya
"El...." panggilnya lagi, dan kali ini aku menatapnya. Mas Ilham mengintrupsiku untuk segera masuk kedalam ruang pemeriksaan. Kurasakan keringat dingin mengucur melewati pelipisku, rasa takut yang mendominasi tubuhku membuatku ingin melarikan diri dari rumah sakit ini. Tapi semuanya berubah ketika aku mendapat elusan lembut tiba-tiba pada puncak kepalaku, itu mas Ilham. Kemudian ia mendekat kearah telingaku.
"Berhasil rikes, kita nonton konser ke Korea" bisiknya pelan. Seketika tubuhku menegang, hal yang ku tunggu-tunggu, mana mungkin aku melewatkan kesempatan ini. Dengan langkah mantap aku memasuki ruangan pemeriksaan dan mulai mengikuti rangkaian pemeriksaan sesuai prosedur.
18.45 wib
Aku terbangun lalu mengerjapkan mataku beberapa kali, ada yang berbeda. Aku mencoba untuk mengingat-ingat apa yang terjadi padaku, sampai pada akhirnya bibi, pembantu mas Ilham masuk kedalam kamar dan menyapaku.
"Sudah bangun mbak? Ini minum dulu" aku menerima segelas air darinya kemudian meminumnya hingga tandas
"Bi, saya kok bisa ada di sini?" tanyaku
"Iya, tadi mas Ilham yang bawa mbak kesini, mbak tadi pingsan" jelasnya
"Trus mas Ilhamnya sekarang dimana?"
"Habis nyuruh saya gantiin baju mbak, mas Ilham langsung balik ke kantor" jelasnya. Aku terdiam setelah berhasil mencerna ucapan bibi. Ada yang sedikit berbeda. Lalu aku menyibakkan selimut yang menutupi badanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilham Jung
Romance"Sementara aku hanya lulusan SMA pesantren. Bukan perawat atau pramugari lagi yang buat aku cemburu, tapi negara kita, iya negara kita yang dengan seenaknya bisa mengambil kamu dari aku kapan pun negara kita mau," cerca Elvira "Kamu Gak lupa kan? Ka...