Bab 6

61 4 0
                                    

"its not free" ujarku, seketika mimik wajahnya berubah

"Hah?" aku tersenyum tipis, dengan smirk yang mampu membuat Elvira menunudukan pandangnnya.

"Saya harus ikut" pintaku. Elvira terdiam, memikirkan syarat dariku.

"Tapi, kalo temen vira tanya gimana? Kan temen-temen vira gak ada yang tau" jelasnya, aku hanya menggelengkan kepalaku tanda aku tak peduli.

Elvira mendengus kesal, tapi ia tetap mengijinkan ku mengikutinya, meski harus beradu mulut dan pada akhirnya Elvira akan selalu kalah. Entah mengapa aku takut saja jika ia harus berangkat sendiri ke Jakarta, dan beruntungnya wisuda juga berlangsung tepat di hari libur, jadi aku tak perlu repot-repot mengurus cuti.

"Mas Ilham, ada temennya mas Ilham maksa masuk kerumah" ujar pak Aji, satpam rumahku

"Siapa pak?"

"Adam katanya" uajr pak Aji, kemudian aku segera menyusul keluar rumah, dan bener saja Adam tengah berdiri di depan pagar rumahku dengan wajah kesalnya.

"Apaan dah, rumah lu kenapa jadi tertutup buat gue sih Jung?" tanyanya

"Rumah siapa?"Tanyaku balik

"Yaa rumah elu sih...."

"Kenapa?"

"Gue Cuma mau ngasi tau kalo Leona lagi sakit, sekarang ada di Rumah Sakit" jelasnya

"Sakit apa?"

"Kakinya Terkilir sama demam doang, gak usah panik gitu dong" jelasnya

"Tunggu" ujarku pada Adam, lalu kembali masuk kedalam rumah untuk mengganti pakaianku dan kemudian kembali menemui Adam, menebeng motornya dan segera menuju Rumah sakit.

Ku ikuti langkah Adam menuju ruangan Leona di rawat. Setibanya kami di depan ruangan Leona, Adam membuka pintunya dan tampaklah sebuah pemandangan menyedihkan. Bohong jika Adam mengatakan kaki Leona terkilir, setelah melihatnya sendiri sudah di pastikan bahwa itu lebih dari sekedar terkilir. Sepanjang kaki kanannya di balut gips dan menyangga begitu juga dengan tangannya. Leona masih terpejam, dari garis wajahnya bisa di pastikan ia sangat kesakitan, bahkan sebelum biusnya lenyap.

Seorang dokter menghampiri kami, memberi penjelasaan atas keadaan Leona sekarang, tak lama beberapa atasan juga datang berkunjung memberi arahan pada kami. Tak lama kemudian beberapa rekan Leona menyusul. Aku di tugaskan untuk memberi tahu keluarga Leona dan menguruskan beberapa berkasnya. Sementara Adam membantuku menyiapkan berkas-berkas milik Leona.

"Balik bentar ke ruangan Leona ya Jung, nih temennya mau balik ke barak buat ambil perlengkapan katanya" ujar Adam, kami pun kembali ke ruangan Leona, gadis kelahiran Minang ini tampak menyedihkan. Aku dan Adam duduk bersebelahan disisi bangker Leona.

"Seharusnya di gak ambil jump master, padahal dia tau resikonya besar" tutur Adam

"Dia siap nanggung resiko, Biarin" jawabku

"Tapi seenggaknya elu kasih tau kek, biar dia mikir 2 kali buat ngikut jump master" cerca Adam lagi

"Kenapa gak elu aja?"

"Karena Leona cuma bisa nurut kalo sama elu, dan karena Leona suka elu, makanya dia rela ngelakuin apa aja biar dia bisa deket sama elu" jelas Adam, aku sempat terdiam setelah mencerna ucapan Adam pada kalimat terakhir

"Tapi elu suka Leona kan?" Tanyaku, Adam terdiam matanya tak mengalihkan pandangan dari wajah cantik Leona

"Gue rela Leona sama elu, bahkan sampe gue mengesampingkan perasaan gue. Selama itu buat Leona bahagia gue oke-oke aja" ungkapnya

Ilham JungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang