halaman vii ; perihal

318 112 23
                                    

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀ini masih segar betul di ingatan, bagai baru terjadi kemarin sore. waktu itu, hiruk pikuk murid saat berakhirnya hari ke enam dari total tujuh hari waktu ujian kenaikan kelas masih berdengung jelas.

aku yang saat itu sedang memakai sepatu di teras kelas, tiba-tiba diberi ucapan selamat. "cie ranking satu seangkatan, selamat yaa."

lantas, disusul ucapan-ucapan lainnya yang serupa dari teman-teman sekelasku, juga teman-teman tetangga kelasku. aku mengernyit, apa iya aku?

"selamat, dafhinaa," ucap salah satu teman sekelas waktu smp-ku saat itu.

"lho, memangnya sudah di umumin?" ucapan ini sebenarnya mau ku ucap, hanya saja tidak jadi.

"kok bisa dia yang rangking satu?"

"iya, kasian banget adhisti, padahal dia udah belajar."

"katanya dia tuker tempat duduk sama jovanka ya, jadi duduk di pojok? nyontek kah ... ?"

"loh, dia pindah tempat duduk? pasti nyontek."

"iya, hahaha. lagian anak kaya dia masa rangking satu seangkatan?"

aku terdiam. padahal, tadi orang-orang itu memberiku selamat disertai senyuman yang menggantung, tapi kenapa setelahnya malah membicarakan hal yang nggak kulakukan di belakang?

lalu, saat itulah raka muncul. pemuda yang entah kenapa semesta beri untuk menjadi teman sekelasku sejak sekolah dasar itu menyalip nilai pengetahuan alam di hari terakhir, menjadikannya melesat menduduki peringkat satu.

"untung peringkat satu udah berada di orang yang tepat. gua beneran ngga iklas kalau si dafhina yang peringkat satu."

"emang ya, hasil nyontek sama hasil sendiri itu beda."

dan omongan-omongan yang mengatakan jika aku mencontek untuk menduduki posisi itu berhembus lagi.

padahal,

"dafhina ..."

aku menoleh, mendapati jovanka yang berdiri sambil meremat tali tas-nya.

"maafin gue sama adipati ya, gara-gara kita nyuruh lo pindah tempat duduk, lo jadi dituduh nyontek," ucapnya.

"iya."

"sekali lagi, maaf ya."

sayangnya, orang-orang yang tau tentang kebenarannya justru memilih bungkam, termasuk pemuda ber-asma pancaka rakabuming itu.
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

 ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] hirap niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang