halaman viii ; jalan braga

350 123 43
                                        

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀"garisnya miring, tuh."

"penghapus mana, penghapus?" kataku.

taruna ber-netra sipit itu melipat tangannya di dada, sambil masang tampang, 'gua mana punya.'

"masa penghapus doang gaada sih?" ketusku.

jevan geleng, "gua aja ke sekolah ngga bawa tas."

oh iya, aku baru nyadar juga. ternyata selama ini dia memang ngga keliatan bawa tas ke sekolah. kupikir akunya aja yang ketemu sama dia waktu kebetulan dia lagi ngga make tas, atau mungkin tasnya lagi ditaruh di bawah mejanya. mengejutkan.

akhirnya, sambil ngehapus garis yang miring pake penghapus punyaku, aku nanya gini, "terus buku lo gimana?"

dari sudut mataku, kulihat dia nunjuk laci mejanya, "gua tinggal di laci sebagian, sebagian lagi di loker."

"gila, rajin banget."

di luarnya sih ngesarkas, padahal dalem hati aku ikut ngesarkasin diri sendiri juga. pingin banget bilang gini ke diri sendiri; halo, hati nuraniku yang terhormat. mana nih yang katanya mau satu kelompok sama auri aja dan gamau sama jevan? ko jadi akrab gini?

malu banget, asli. tapi kayaknya si jevan ngga nangkap apa-apa dari kalimatku. kalau dia ngga peka kaya gini, aku jadi kepikiran buat jawab pertanyaan dia yang kemarin.

lo sama raka lagi selek ya?

tapi kayaknya aku gabisa.

"nah, selesai," kataku, waktu tugas kelompok itu akhirnya selesai.

aku langsung ngeberesin buku-buku sama peralatan yang tadi kupake ke dalam tas, terus ngelirik jam yang bergantung di depan kelas. baru jam tiga sore, lumayan cepet hari ini.

"nanti kosong ngga?"

aku ngangguk sambil jalan di sebelahnya disepanjang lorong lantai dua, "kosong."

waktu turun tangga, dia bilang, "jalan ke braga yuk?"
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀

waktu turun tangga, dia bilang, "jalan ke braga yuk?" ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀

⠀⠀⠀kupikir jevan cuma bohong doang soal mau ngajak ke braga, ternyata ngga. tau-taunya dia udah nangkring di depan rumah sekitar jam tujuh malem.

"katanya bukan si biru, tapi kok kayak lagi pdkt-an gitu?" kata kak aji sambil merhatiin aku yang lagi balesin chat jevan yang bilang dia udah nyampe. biar kutebak, kayaknya kak aji juga nyamperin aku buat nyuruh aku keruang tamu.

"sotooy."

sebenernya aku juga ikutan mikir, kenapa sekarang aku sama jevan jadi keliatannya kaya lagi pendekatan padahal mah ngga. kak aji mah bikin orang overthinking.

"apasi, ngeliatinnya gitu amat," ketusku ke kak aji.

habis pamitan sama orang rumah, aku samperin jevan di tempat biasa──ituloh tempat waktu dia jemput aku. di depan gerbang.

"dih, judes banget. pantes gapunya pacar," balas jevan sambil makein aku helm.

harus banget ya sampe makein begitu? ini kenapa deg-degan sih? semoga mukaku masih kalem kaya biasanya.

mana waktu udah mau tancap gas, jevan bilang gini, "pegangan ya, cantik."

sial, lemah banget aku.

kupikir dia bakalan ngebut, tapi taunya nggak. untungnya dia nggak ngajak aku buat ke akhirat kaya terakhir kali.

"dayu," katanya.

"hm?"

aku ngelirik dia dari kaca spion, dan dia juga ternyata lagi liatin aku.

"tangan gua dingin, mau genggam?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

"tangan gua dingin, mau genggam?"⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] hirap niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang