halaman ix ; kalau ternyata

331 111 28
                                    

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
selamat pagi, tuan putri.
kala senandung elok
arunika mengisi, saya menoreh
frasa ini agar bisa terbaca
oleh si pengisi hati.
oh iya, kalau berkenan,
boleh saya titip rindu sekalian
pada sepasang alegi? ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

— ditulis oleh pemuda
yang sama.


selamat pagi jua, tuan tanpa nama.
suratmu sudah kuterima,
dan perihal taruni si pengisi harsa,
boleh ku bertanya mengapa agaknya?

pun, jikalau kamu rindu,
bolehkah kita bertemu?
soalnya aku ingin tau asmamu.

dafina dahayu.

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

"hayo! dapet surat lagi?"

aku mengangguk sambil tetap menulis balasan, "iya."

masih dari orang yang sama?  kira-kira gitu arti tatapan auri sekarang. aku sih cuma ngangkat bahu aja, sambil masukin surat beserta balasan dariku yang datengnya setiap hari rabu itu ke amplop kecil warna abu-abu. terus masukin suratnya ke dalam laci mejaku, besok pagi juga pasti udah gaada, diambil lagi sama orangnya.

kan aku gatau ada berapa orang di dunia ini yang nyebut dirinya si pemuda yang sama. tapi bukan urusanku juga sih, si pemuda yang sama ini juga orangnya sopan-sopan aja, jadi aku ngga keberatan dikirimi surat kaya gini.

"lo nggak berniat nanyain namanya?"

"udah pernah, tapi sama dia ngga di kasih tau terus," ucapku.

"oh, yaudah," katanya. "daripada sama pengecut modelan dia, mending sama yang dekat. jevan, misalnya."

aku langsung noyor lengannya, pelan kok. "plin-plan banget anjir."

untung si taruna lagi keluyuran kaya biasanya, gatau deh kemana. auri ngusap tangannya yang tadi ku toyor, bibirnya manyun sedikit. uh, pingin ku lempar kursi rasanya. sekarang aku baru percaya kalo katanya tembok sekolah itu punya mata sama telinga.

"asal bisa bikin bahagia mah gapapa."

tapi kalau ternyata aku cuma mainan doang, gimana?

"by the way, lo nanti kosong ngga?"

aku ngangguk, "kosong, kenapa?"

kulihat, auri kaya sedikit mencibir make suara pelan tapi sayangnya aku denger, "tumben ngga diajakin kerja kelompok."

"orang udah h -1, ngapain juga kerja kelompok lagi." waktu netraku jatuh ke buku catatan sejarah punya auri di atas meja, aku nanya gini, "oh iya, kelompok lo gimana?"

"aman."

aku udah nebak, sih. soalnya meskipun keliatannya bodo amat, sebenernya auri itu orangnya rajin cuma ngga dinampakin aja. ngga kaya aku, males luar dalam, hehe.

"na, ntar siang liat orang yang ngirim surat ke lo yuk, gue udah penasaran banget," ucap auri sambil berbinar.

aku lupa nambahin, auri juga orangnya kepoan. pokoknya kalau udah penasaran sama sesuatu, dia harus tau.

"kalau suratnya besok pagi udah gaada kaya biasanya, berarti orangnya bakalan ngambil siang ini. gue harus tau pokoknya," lanjutnya.

berhubung aku udah terlanjur bilang kosong, yaudah deh pasrah aja.⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀

⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⋆ catatan :
maaf jarang menyapa hehe.

[✓] hirap niskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang