⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ matahari bersinar cerah di luar, tapi atmosfer di antara aku sama auri kayaknya lagi mendung. sehabis kemarin kita ngeliat sama mata kepala sendiri kalau yang selama ini ngirim surat itu si raka, maksudku, beneran seorang pancaka rakabuming, orang yang setiap hari selalu sinisin aku!
"kayaknya gue salah liat, deh."
"sama na, gue juga."
gamungkin banget kan? untungnya aku gapernah ngobrol sama taruna yang satu itu, jadi ngga perlu repot-repot nutupin ekspresi.
"aureeee, ke kantin hayuuk!" auri keliatan kaget waktu denger suara nyaringnya kinan.
aku juga kaget sebenernya, soalnya suara kinan kaya mau ngajak sekelas ke kantin, kayaknya bahkan kedengeran sampe ke kelas sebelah. gandeng.
"berisik banget si," kata seseorang dari seberang kiriku.
kulihat raka lagi masang muka galak sambil nyinisin kinan yang berdiri di depan pintu. tuhkan, cowok galak kaya dia mana mungkin bisa ngerangkai kata-kata manis di surat? apalagi sampe suka sama aku, katanya.
ngga mungkin, ngga mungkin.
"oy, na. awas kesambet." entah sejak kapan jevan udah ada di bangkunya, di belakangku. biasanya kan dia susah ditemuin di kelas, ngeluyur terus. kemarin aku liat dia lagi gitaran di kantin, terus tadi pagi kuliat dia lagi nongkrong di tangga. waktu itu malah pernah aku liat dia lagi berantem di lapangan.
"materinya udah lo hapalin?"
"udah." katanya. "nanti mau ke braga lagi ngga? mumpung udah ngga ada tanggungan."
aku ngangguk, "boleh."
"oke, jam tujuh ya, cantik."
"najis," candaku.
untung auri lagi pergi ke kantin sama kinan. jadinya yang ngedenger ucapan jevan cuman ak──
"jangan pacaran di kelas."
──u. ralat, raka juga denger ternyata. malu banget asjkl.
"cemburu lo?" tanya jevan.
kalau dari ekspresinya, raka kaya mau bilang, mana mungkin, njir.
ngegas banget soalnya. eh, ternyata dia malah bilang gini, "terus kenapa?"
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ "dayu, liat sini coba," kata jevan waktu aku udah turun dengan selamat di depan rumah.
sambil nenteng plastik putih yang isinya martabak, aku dongak natap dia.
ternyata bener kata auri, dia ganteng.
"apa?"
"makasih ya, buat kerjasamanya. maaf kalau gua banyak salah," katanya.