Azzilia dan Geby sedang berkutat di dapur, sore ini rencananya mereka yang akan memasak untuk malam nanti. Geby yang masih tidak pandai memasak akhirnya berguru pada Azzilia. Awalnya Geby tidak bersemangat, namun mengingat Azzilia yang terlihat murung semenjak ditinggal Delvin entah kemana, akhirnya dengan niat agar Azzilia tidak terlalu memikirkan permasalahannya, Geby jadi lebih antusias.
Jujur, apa yang menimpa Azzilia sama sekali tidak pernah terbayang oleh Geby. Membayangkannya saja Geby bergidik, bisa bisanya Azzilia hidup selama ini dalam kebohongan. Pantas jika adik iparnya itu merasa sangat kecewa.
"Kak, biasanya Ayah sama Kak Rafiz pulangnya jam berapa?" tanya Azzilia, gadis itu sibuk menggoreng kerupuk udang.
"Biasanya jam empat udah pulang, bentar lagi, " jawab Geby, dan ibu hamil itu tengah memotong wortel untuk dibuat sup, entah kenapa rasanya dirinya ingin makan sup, padahal masa ngidam nya sudah lewat beberapa bulan lalu.
"Delvin kok belum pulang ya.. " gumam Azzilia.
Geby berdecak, "waktu pulangnya bedalah, Ayah sama Mas Rafiz pulang kerja, sedangkan si Evin pulang nongkrong, beda jurusan."
"Ya tapi 'kan Azil juga pengen nyambut, biar barengan gitu pas pulang. Andai aja Delvin kerjaannya sama kayak Ayah, pasti bangga bisa nunggu dia di depan dan bawain tas nya dia, terus lepasin dasinya, siapin air hangat buat mandi, terus—"
"Lo masih bocah tapi pikirannya udah bisa gitu ya, luar biasa, " potong Geby.
"Iya itu 'kan tugas istri kak, kalo nggak gitu ya apa lagi, " Azzilia mengangkat bahunya.
"Tugas istri selain itu adalah memenuhi kebutuhan biologis suami, betul apa betul?"
Azzilia menatap Geby ngeri, sedangkan Geby masih santai santai saja memotong wortel, "Kek serem dengernya, kak, " gumam Azzilia.
Geby menoleh seketika, "Lha kok serem? Apanya yang serem, itu 'kan kewajiban juga. "
Azzilia berdeham pelan, merasa tersinggung dengan kata 'kewajiban' , selama menikah Azzilia sadari ia masih belum memenuhi satu kewajiban itu.
Geby yang melihat gelagat Azzilia tampaknya mengerti, Geby jadi curiga, "Zil, jangan bilang lo belum pernah sama Delvin? " tanya Geby.
"Hah, apanya kak?" lagi lagi Azzilia pura pura bego.
"Ah curiga gue sama lo, pasti belum 'kan?"
Azzilia menghela napasnya berat, "kalo yang dimaksud kak Geby itu emang mengarah ke sana, Azil jujur nih, kita emang belum pernah ngelakuin itu, bukan apa apa, kita masih sekolah kak, kan gak enak."
"Lho gak enak apanya? Justru enak tau! "
"Ih Kak Geby kok ngomongnya gitu!" Pekik Azzilia."Ih maksudnya itu, aduh dasar bocah deh. Maksud gue tuh, ya enak karena dapat pahala, terus bisa menjalani hubungan serasa pacaran bebas gitu lho, otak lo udah terkontaminasi nih!" Geby berdecak kesal.
"Ih kan Azil kira, Kak Geby mau ngomong gitu"
"Duh tapi kalo dipikir, kasian adek gue, masa nikah udah lama tapi belum dikasih jatah juga," Geby berucap pelan.
"Apaan deh kak, kok ngomongin itu sih, nggak enak topiknya"
"Hey ini tuh penting! Kayaknya emang lo harus coba sama si Evin deh!"
"Ih kak, nggak mau, lagian Delvin juga, nggak pernah nyinggung ini kok, " Azzilia mengerucutkan bibirnya, kesal karena topik ini terasa sangat sensitif untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY KING
Teen Fiction[End] "Guling gue kok gede banget" "Eungh.. diem, jangan gerak gerak " ☽☽☽ Menurut Azzilia, hidupnya sangat sial, pelik, dan menyedihkan. Dimanfaatkan temannya, dikekang orang tua, dan sekarang, terikat dengan cowok tampan. Bukankah bagus jika cowo...