☽King

3.2K 414 31
                                    

Ini panjang lho gaes.
Hargai authornya ya, cuma minta vote jangan pelit!

Azzilia mengerjapkan matanya, gadis itu merasa sedikit terganggu karena tepukan di pipinya, padahal Azzilia rasa dia barusaja terlelap tidur, namun malah sudah ada gangguan lagi. Gadis itu perlahan membuka matanya, tepukan pada pipinya sudah berganti menjadi elusan lembut, merambat dari pelipis dan bawah matanya.

     "Bangun… "

     Azzilia terdiam sejenak sampai dia sadar kini Delvin berada didepannya, sangat dekat dengannya, dan laki-laki itu tersenyum penuh arti. Walaupun Azzilia rasa kepalanya pusing karena terbangun mendadak, tapi gadis itu justru bangkit dengan cepat dan memeluk erat Delvin.

     "Viiinnnnn… " Delvin terkekeh mendengar rengekan Azzilia, tangannya terus mengusap surai Azzilia.

     "Eh, jangan nangis, gue kan udah disini, Zil," bujuk Delvin, karena Azzilia tiba-tiba terisak di pundaknya.

     "Gue seneng lo ternyata bisa pulang secepat ini, hiks! Jangan pergi pergi lagi."

     Delvin terkekeh lagi, Azzilia benar-benar menggemaskan. Lihatlah hidungnya yang merah itu, Delvin ingin menggigitnya rasanya, "Iya, nggak. Udah jangan nangis, nggak bosen apa nangis mulu dari kemarin?"

     Azzilia mengangguk kecil, "Cape nangis terus, tapi kalo gak nangis hati gue yang sakit."

     Delvin mengangguk kecil, "Zil, kita gak bisa terus tinggal disini, Bunda pasti bakal cari gue lagi dan bawa gue lagi."

     "Hah? Jangan, lo gak boleh pergi lagi," Azzilia cepat mencengkram bahu Delvin.

     "Iya gue gak bakal pergi, makanya kita harus pergi dari sini, supaya orang-orang itu gak nemuin kita."

     Azzilia mengangguk setuju, gadis itu bersemangat sekali. Apapun akan dilakukan Delvin agar dirinya tidak dipisahkan lagi. Delvin kasihan juga dengan Azzilia, baru ditinggal sehari sudah begini keadaannya, Delvin tak akan tinggal diam lagi.

     "Gue udah hubungi Dava tadi, pake ponsel kak Geby, gue suruh Dava buat dateng kesini besok pagi. Dia punya Villa milik keluarganya, kita bisa tinggal disana untuk sementara. Jadi kita harus siap siap, oke?"

     Yang dilakukan oleh Azzilia hanya mengangguk saja, gadis itu percaya pada Delvin, Azzilia akan nurut pada suaminya itu, dia itu tau ini jalan terbaik yang dipilih Delvin untuk mereka berdua.

♔ ♔ ♔

     Saat malam Laras baru pulang, dia dengan buru-buru berlari ke kamar Delvin, Geby yang sedang menonton televisi bersama Rafiz dengan cepat bangkit, kebetulan Ryan pergi tadi pagi untuk urusan bisnis, jadi mereka bisa bersantai dirumah berdua. Rafiz membantu Geby untuk berdiri, keduanya ikut menyusul Laras yang kini tengah membuka kunci kamar Delvin. Seandainya jika Delvin masih didalam sana, laki-laki itu mungkin akan kelaparan karena tak diberi makan seharian.

     "Bun, ada apa?" tanya Geby.

     "Ih, kenapa sih ini kuncinya susah diputer!" Laras terlalu buru-buru, karena itu dia tidak melakukan nya dengan baik.

     "Biar Rafiz yang buka, Bun," Rafiz mengambil alih kunci itu dan mencoba membuka pintunya.

     "Bun, ada apa?" tanya Geby sekali lagi.

     Laras menggenggam tangan anaknya erat, "Bunda salah, Geby, Bunda salah udah kurung Delvin," lirih Laras.

     Keduanya menoleh saat pintu kamar itu terbuka, Laras cepat menerobos masuk sampai bahu Rafiz sempat tersenggol, Rafiz dan Geby sempat saling menatap, memberi isyarat lewat mata. Namun beberapa saat kemudian, suara Laras terdengar lagi.

ILY KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang