Aldeo menatap Rhea yang sedang menghapal rumus fisika untuk chapter exam setelah istirahat nanti. Laki-laki yang serba rapi itu berjalan mendekat sambil melirik ke arah penjuru taman Igenius. Ia berdiri di samping bangku yang diduduki oleh Rhea. Perempuan itu mendongak, "Al? Kenapa?"
"Gak ada. Gue penasaran aja, lo kemana waktu malam kejadian itu?"
Rhea menutup bukunya dan tertawa pelan, "Maksud lo apa sih? Malam kejadian itu? Malam apa maksudnya? Tumben-tumbenan lo mau ngobrol sama gue."
"Gausah sok polos deh, Rhe. Malam di mana Emma jatuh dari atap." Aldeo menunjuk ke arah rooftoop gedung Mayora. Rhea menelan ludah, ia berusaha mencairkan suasana dan bersikap santai. Perempuan berambut pendek itu tertawa pada Aldeo yang sekarang tengah memasukkan kedua tangan di dalam saku celananya.
"Oh itu ... Kan udah gue bilang gue kecapekan. Abis ekskul, pulangnya gue ketiduran, jadi gue gak kebangun dan gak tau tiba-tiba paginya gue udah liat Mayora rame banget dikepung media. Lagian ngapain bahas itu lagi sih? Udah mau sebulan loh, Al. Polisi juga udah nutup kasus ini, sekolah gak mau berita ini bikin ratingnya jadi turun. Orang tua Emma juga udah ikhlas sama kepergian anaknya, mereka menganggap bahwa itu murni bunuh diri karena Emma stres sama sistem sekolah, akurat kan?"
Aldeo berdecih, "Lo kira Detektif kemaren sebodoh itu percaya sama semua bualan lo dan gak ngecek cctv di hostel Igenius?"
"Ya buktinya sampai sekarang gak ada Detektif yang datang lagi kan, Al?"
"Itu yang mau gue tanya, kenapa menurut lo Detektif gak datang dan gak ngecek cctv itu? Dan kenapa orang tuanya Emma pasrah aja sama keadaan?"
Rhea tertawa, "Kok lo nanya gue sih? Ya gue gak tau lah lo tanya aja sama Pak Christopher sana. Gue gak ada hubungannya sama kasus ini." Rhea kembali membuka bukunya, tangannya gemetar saat ia menyadari Aldeo menatapnya dengan tajam.
"Buku lo kebalik."
Rhea segera membalikkan bukunya. Ia merutuki kebodohannya dalam hati, bisa-bisa Aldeo curiga karena kelakuan Rhea yang berlebihan. Namun Aldeo justru tertawa, ia melipatkan kedua tangan di atas dada dan bersender di bangku panjang taman Igenius.
"Kok lo tiba-tiba nanya gini sih Al? Pasti lo tau sesuatu 'kan? Mustahil lo tiba-tiba datang cuma nanya soal Emma ke gue sementara yang gue tau selama ini lo gak pernah peduli sama lingkungan di sekitar lo. Lo tau apa Aldeo?"
Ia tertawa, "Iya, gue emang tau semuanya, makannya gue nanya ke lo karena gue mau mastiin sesuatu, tapi ternyata Stephanie Rheana, peringkat lima besar Mayora high school adalah pembohong yang handal."
"Lo ngomong gausah separuh-separuh! Lo tau apa soal gue?!"
"Gue tau lo yang udah dorong Emma dari atas gedung Mayora. Dan gue ... Punya rekamannya."
Jemari Rhea bergetar hebat, perempuan itu ikut duduk di samping Aldeo.
"Lo tau dari mana?"
"Malam itu gue berantem sama Daniel. Gue buat alasan istirahat karena muka gue lebam di hajar Daniel. Gue bohong soal itu. Bibir gue memang lebam, tapi gue sengaja tetap di sekolah karena Papa gue tiba-tiba datang dan masuk ke gedung Mayora malam itu dimana gak ada satu orang pun disitu karena gedung les pengayaan tempatnya beda. Tapi gue gak bisa masuk ke dalam karena gue gak punya akses khusus walaupun gue murid unggulan. Akhirnya gue nunggu diluar berjam-jam sampai semua murid yang ikut les pengayaan pulang ke hostel. Sekolah sepi. Dan gue denger ada yang berantem di atap. Karena jaraknya cukup jauh gak terlalu jelas itu siapa. Jadi, gue buka hp gue, gue video sampai gue zoom biar tau siapa yang lagi berantem. Rupanya ada Selena, Emma. Dan juga lo ... Rheana."
Rhea meneguk ludah, "Bohong! Gak mungkin! Kalau memang lo liat gue di sana apa buktinya?!"
"Jeans hitam, hoddie abu-abu. Emma pakai itu. Selena pakai topi hitam, jaket hitam. Dan lo ... Lo pakai cardigan warna coklat. Gue bahkan tau kalau lo dan Selena minum alkohol di atas sana."
Rhea tertawa, "Cuma itu? Itu mah semua murid unggulan juga tahu kalau liat dari warna pakaiannya aja. Udahlah, gausah banyak bicara. Maksud lo sebenernya apa sih? Lo ada maksud lain kan? Lo mau meres gue?"
"Ya, bener. Gue mau lo salahin beberapa jawaban lo di chapter exam nanti karena gue gak mau ada yang nandingin nilai fisika gue. Sebagai gantinya, gue bakal tutup mulut soal kejahatan lo."
Saat Rhea hendak membuka suara, Aldeo langsung memotongnya, "Aku bukan tempat rehabilitasi, aku juga punya luka."
Rhea tak habis pikir. Jadi, Aldeo tau segalanya? Aldeo mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan Rhea pada malam kejadian itu.
Aldeo melanjutkan ucapannya, "Lo iri karena Emma punya segalanya. Lo iri karena Emma punya keluarga yang harmonis. Lo kesel karena Emma selalu cerita soal keluarganya, soal hidupnya, segala-galanya nya yang manis ke lo sedangkan waktu lo mau cerita Emma gak ada waktu buat dengerin cerita lo, dan gue juga tahu kalau lo suka sama Daniel."
"Oke, oke gue bakal salahin beberapa soal fisika nanti tapi gue mohon jangan sebar video itu, jangan kasih tau orang-orang. Gue janji bakal lakuin apa pun yang lo mau, Al. Sumpah, gue bakal lakuin tapi gue mohon jangan sampai orang-orang tau apalagi Daniel, gue mohon."
Aldeo tertawa melihat Rhea yang bersimpuh di kakinya sambil menyatukan tangan dan memohon beberapa kali. Sungguh, Rhea yang malang.
"Oke, gue gak bakal sebarin. Tapi gue gak janji, hahahaha." Aldeo berdiri dan pergi meninggalkan Rhea yang masih kelimpungan. Ia menghapus air matanya dan mengejar Aldeo yang berjalan dengan santai.
"Al, kalau kaya gitu berarti lo tau siapa yang nyekik lehernya Emma dong? Kan kata Detektif ada bekas luka di lehernya."
"Bukannya lo yang lukai leher nya waktu lo jatuhin Emma sampai kebawah?"
Rhea menggeleng, ia mempercepat langkahnya, "Enggak. Gue cuma dorong bahunya aja sampai jatuh. Gue gak ada ngelukai lehernya sama sekali."
"Lo tau apa? Lo kan mabuk."
Aldeo meninggalkan Rhea yang masih berkutat dengan pikirannya sendiri. Gak mungkin, kalau memang dia semua yang melakukannya, lalu siapa yang mencuri file cctv dan menghapus semua file cctv malam itu? Siapa juga yang menyuap polisi atas sidik jari Selena dan Rhea yang ada pada tubuh Emma? Rhea mana sanggup menyewa seseorang untuk menghapus bukti, ini pasti ada hubungannya dengan tetinggi Mayora. Rhea harus mencari siapa pelaku lainnya selain dia. Selain itu, eksistensinya pun menjadi terancam karena Aldeo sudah tau apa yang ia lakukan malam itu.
***
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
IGENIUS
Teen FictionSelama 2 tahun, tidak ada yang bisa menandingi dan menggeser posisi Krystal sebagai murid terbaik pemegang peringkat paralel tertinggi dari beberapa ribu peserta didik di Mayora. Namun pada tahun ketiga, kedatangan murid baru yang mengikuti tes pene...