Omong-omong, semua murid Mayora termasuk anggota Igenius sudah mengetahui kelas dan peringkatnya termasuk Stephanie Rheana yang menatap laptopnya tak percaya. Perempuan itu langsung mengambil obat yang ada pada tasnya dan segera meminumnya, ia benar-benar tak tau harus bereaksi apa. Kenapa harus Emma? Dia perempuan baik dan ceria yang baru saja kemarin Rhea kenal dan berteman dengannya karena Rhea tidak mungkin mengajak Selena atau Krystal untuk berteman, tidak mungkin.
Sedangkan Rhea?
Ia turun menjadi peringkat 6, yang artinya ia keluar dari lima besar dan ia harus membayar SPP walaupun dipotong setengah harga. Tapi tetap saja SPP Mayora harganya selangit! Satu bulan saja bisa buat makannya setahun! Dari mana ia harus mendapatkan uang tersebut? Apa ia harus mengadukan ini pada Bibinya? Ia sungguh tidak tega karena ia sudah banyak merepotkan Bibinya. Sejak kedua orangtuanya meninggal, Bi Inggit yang menampung dan memberinya makan. Sekarang harus membiayai sekolahnya hanya karena posisinya tergeser kebawah karena teman barunya itu?
"Rhea ... Kenapa? Kok mukanya kaya gitu? Liat apa?" tanya Inggit sambil menuang air minum di meja makan. Inggit yang berada di bar kitchen tersebut langsung mengembalikan laman yang baru saja ia buka.
"Oh ini, lagi liat hasil ujian penempatan kemarin, Bi."
"Oh ya? Coba Bibi liat," katanya mendekat. Rhea menggeleng, ia menjauhkan laptopnya dari Inggit.
"Ee itu, Rhea harus pergi sekarang Bi, ada urusan gak papa 'kan Bi? Bentar aja kok, lima belas menit, Rhea janji langsung pulang."
Inggit mengerutkan dahi, "Kenapa tiba-tiba? Bibi masih mau liat hasil ujian kamu. Oh iya, kamu dapat berapa? Naik gak peringkatnya?"
"Masih kaya yang kemarin kok, Bi. Tenang aja, Bibi gak perlu ngeluarin uang buat Rhea, soalnya Rhea masih di 5 besar," ucap Rhea menyengir.
"Oh baguslah, soalnya keuangan Bibi akhir-akhir ini menipis, apalagi pelanggan makin dikit dan beli kebutuhan si Ilo juga," katanya menyebutkan pengeluaran toko yang dikelola dan anak bayinya.
"Ih iya Bi, yaudah Rhea mau ke kamar dulu ya, mau naruh laptop. Duluan Bi."
"Yaudah kalau gitu, jangan lama lama keluarnya ya."
Rhea menyalami Bibinya, ia mengangguk pasti. Setelah meletakkan laptopnya, ia keluar dari rumah Bibinya tanpa tau kemana arah yang hendak di tuju.
"Maafin Rhea Bi, Rhea bohong. Peringkat Rhea turun, Rhea gak masuk lima besar. Walaupun anggota kelas unggulan dapat potongan setengah harga, sama aja gila 6 juta di potong jadi 3 juta. Dimana gue harus dapat 3 juta dalam sebulan cuma buat SPP yang katanya udah dipotong setengah harga ya Tuhan??" Rhea berteriak dekat jembatan, masa bodoh dibilang orang gangguan jiwa. Sekarang Rhea butuh cuan cuan dan cuan, bagaimana ia mendapatkan pekerjaan yang bisa menghasilkan 3 jt dalam sebulan?
Hidupnya yang semula berantakan semakin berantakan karena kedatangan Emma dalam hidupnya, maksudnya, bukan dalam hidup Rhea saja, tapi juga dalam hidup Aldeo, Daniel, Selena, apalagi Krystal yang sekarang tengah di interogasi habis-habisan oleh Papanya.
"Maaf, Pah."
"Maaf? Maaf kamu bilang? Kamu kira enak bangun kepercayaan sama pihak sekolah sampai kamu bisa dijadikan murid berprestasi disana? Kamu kira dengan kamu selalu jadi peringkat pertama kamu bakal disegani? Kamu kira itu gak ikut campur tangan Papa dan Kakekmu? Sekarang, Papa capek capek pulang kerja kamu malah bawa kabar kalo kamu turun peringkat karena anak baru yang langsung duduk di peringkat 1, gak malu kamu sama dia?!"
"Kamu main-main sama Papa ya, Krystal. Selama ini kamu gak bener-bener belajar, iya 'kan? Kamu pasti sibuk main hp, dan pacaran, kamu keluar sama temen-temen kamu hingga kamu lupa waktu sampai-sampai kamu jadi gagal gini? Kamu gagal Krystal, KAMU GAGAL!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
IGENIUS
Teen FictionSelama 2 tahun, tidak ada yang bisa menandingi dan menggeser posisi Krystal sebagai murid terbaik pemegang peringkat paralel tertinggi dari beberapa ribu peserta didik di Mayora. Namun pada tahun ketiga, kedatangan murid baru yang mengikuti tes pene...