Hari-hari Emma menjadi murid unggulan yang berprestasi sekaligus mendapat predikat murid yang disegani karena berada di posisi satu itu membuat banyak orang yang ramah ketika bertemu dengannya. Waktu mengantri menunggu lauk di kantin, dari arah depan segerombolan adek kelasnya yang memakai pita panjang merah menyapa Emma dengan ramah.
"Kak," sapanya.
Emma membalasnya dengan senyuman hangat pula, samar-samar ia mendengar mereka berbisik,
Eh, itu yang namanya Emma itu kan? Yang katanya anak baru tapi tiba-tiba udah melejit ke rank 1 paralel ngalahin kak Krystal?
Eh, iya kok bisa ya? Apa dia punya orang dalam?
Katanya sih dia bukan dari kalangan orang kaya kok, mungkin dia pintar.
Lebih pintar dari Kak Krystal dan Aldeo? Gue ragu
Buktinya dia bisa masuk kelas unggulan kan? Peringkat satu lagi. Gimana ya nasibnya Kak Krystal sekarang? Pasti dia sedih.
Emma yang mendengar itu langsung menatap Krystal yang sedang meminum obat sebelum ia mulai menikmati makanannya sendirian di pojok kantin sambil membaca novel. Alis Emma sampai menyatu memikirkan bagaimana caranya merobohkan dan dindin pertahanan Krystal yang begitu keras dan benci padanya. Emma ingin sekali mengajak Krystal berteman, ia benar-benar penasaran kenapa Krystal selalu menghindar dan seakan sangat membenci nya padahal sejauh ini Emma tidak melakukan apapun terhadapnya.
"Emma, hey!"
"Hah?" Emma tersadar dari lamunannya, ia segera maju dan pihak kantin memberikan lauknya, lalu mereka membayar makan siang mereka dan duduk di meja dekat jendela agar bisa melihat pemandangan anak Mayora yang sedang membaca buku ataupun bermain di taman yang letaknya tak jauh dari kantin sekolah.
"Krystal itu ... Sakit apa ya, Rhea?"
Rhea yang sedang mengunyah nasi mengedarkan pandangannya dimana mata Emma tertuju. Rhea mengendikkan bahu, "Emang dia sakit apa?"
"Tadi aku liat dia minum obat."
"Halah paling cuma suplemen imun aja, dia juga kelihatan oke oke aja tuh."
"Suplemen imun?" beo Emma.
Rhea mengangguk, "Lo gatau? Astaga gue lupa! Jadi anak igenius itu dapat suplemen imun tiap mau diadakan chapter exam atau ulangan harian tiap bulan gitu, biar kita gak mudah ngantuk dan lemes pas belajar, jadi nilai kita bagus deh. Nanti gue temenin minta ke medis ya, gue juga dah dikasih kok, bentar lagi kita kan mau chapter exam."
"Itu wajib diminum ya, Rhe?"
"Gue gatau, karena disuruh minum ya gue minum aja, gak ada racunnya kok. Buktinya gue dari kelas 11 udah minum itu, tapi minumnya cuma pas belajar mau ujian aja, kalau sering-seringan overdosis suplemen dong gue."
"Oo gitu ..." Emma manggut-manggut, "Bayar gak?"
"Tenang, gratis buat anak unggulan dan non unggulan, tapi lebih di khususkan buat anak unggulan sih sebenernya, enak juga ya punya kepala sekolah yang pengertian, tau aja sering ngantuk+males kalo lagi belajar tuh."
Dan untuk hari berikutnya, pertanyaan di kepala Emma semakin bertambah, Emma tidak bisa menghapusnya. Emma tidak bisa mengikuti ucapan Daniel yang tempo lalu berkata : "udah, gak usah dipikirin. Sekolah ini emang aneh peraturannya, anggap aja angin lalu." Atau Rhea yang berkata : "gue si gaperduli ya, yang penting gue angkatan sekolah elite, masuk universitas juga lebih mudah. ngapain mikirin keanehan sekolah kalau masih banyak yang lebih dipikirin, gimana gue bayar spp 3 jt misalnya."
Emma merutuki dirinya sendiri, mengapa ia selalu lahir dengan rasa penasaran. Ia ingin mengetahui lebih tentang Krystal, Aldeo, semua murid igenius. Ia ingin tahu lagi lebih dalam soal sistemnya Mayora yang terkesan agak aneh. Ia ingin tahu lagi dan lagi. Hingga akhirnya Emma memang harus mencari lebih dalam lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGENIUS
Teen FictionSelama 2 tahun, tidak ada yang bisa menandingi dan menggeser posisi Krystal sebagai murid terbaik pemegang peringkat paralel tertinggi dari beberapa ribu peserta didik di Mayora. Namun pada tahun ketiga, kedatangan murid baru yang mengikuti tes pene...