Igenius ch 23 : discussions to find perpetrators

293 25 0
                                    

Krystal membuka pintu gimnamsium. Entah angin darimana tiba-tiba Daniel mengajaknya datang kesitu. Sebenarnya ia sangat malas berbicara dengan Daniel. Namun apa boleh buat? Krystal juga cukup penasaran dengan informasi yang didapati oleh Daniel. Saat ia masuk ke dalam, ia juga mendapati Aldeo, Selena, dan Rhea. Aldeo yang sedang sibuk memasukkan bola basket ke dalam ring menoleh.

Krystal melipat kedua tangannya di atas dada, mendekati mereka.

"Ngapain kalian disini?"

Selena berdiri dari tempat duduknya, "Kita disuruh Daniel disini, lo yang ngapain? Jangan-jangan Daniel ngajak lo juga?" tuding perempuan berambut pirang itu menunjuk wajah Krystal.

Krystal memegang tangan Selena kuat dan menurunkannya dari wajahnya. Tak lama setelah itu, Daniel datang dan berhasil mengurungkan niat Krystal untuk menjambak rambut Selena.

"Sorry gue telat, abis dari kantin. Gue punya informasi penting."

"5 menit, gue sibuk." Selena berdecih mendengar penuturan Krystal barusan. Mereka berlima berkumpul di tempat duduk gimnamsium sambil mendengarkan informasi dari Daniel. Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya dan memberikan bukti pesan yang dikirim Emma pada malam sebelum kejadian.

"Jadi Emma bilang dia dikejar-kejar? Tapi sama siapa?" pertanyaan Aldeo barusan membuat sekilas memori tentang malam kematian Emma terlintas di pikiran Rhea. Ia memegangi kepalanya yang tiba-tiba merasa pusing.

"Rhea, kamu kenapa? Kamu gak papa? Ayo pergi dari sini, aku di kejar pihak sekolah!"

"Kenapa dikejar?"

"Nanti aku jelasin di jalan, Selena, kamu disini juga? Astaga kalian minum alkohol! Kalian bisa kena poin pelanggaran kalau ketahuan!!"

Rhea membuka suara, "Itu pasti pihak sekolah! Pihak sekolah yang ngejar-ngejar Emma sampai dia ketakutan."

"Lo tau dari mana?" tanya Krystal mengerutkan dahi. Aldeo dan yang lainnya juga menatap Rhea. Perempuan itu mengigit kukunya. Ia menyembunyikan tangannya yang bergetar.

"G-gue asal nebak aja," cicitnya pelan.

"Gak mungkin. Lo gak mungkin asal nebak tapi jawaban lo pihak sekolah. Lo tau kan pihak sekolah itu orang-orang tertinggi di wilayah ini, gak mungkin lo nuduh mereka tanpa ada alasan yang kuat." Ucapan Krystal ada benarnya. Aldeo menatap tajam ke arah Rhea.

"Ada yang lo sembunyiin dari kita 'kan?"

"Maksud kalian apa sih?! Gue cuma berspekulasi kalau pihak sekolah yang bikin Emma ketakutan. Bisa aja dia kabur ke atap terus tiba-tiba jatuh dari atap dan—"

"Konyol," ucap Daniel.

"Cuma anak kecil yang tiba-tiba jatuh dari atap karena penasaran pemandangan di bawahnya. Lo yakin Emma naik ke tembok tinggi itu terus terjun ke bawah tanpa alasan atau ada orang yang sengaja jatuhkannya? Klise banget, katanya anak unggulan."

"Kok lo jadi nyalahin dan seakan-akan nuduh gue sih? Gue gak tau apa-apa. Gue bangun tidur tiba-tiba sekolah udah ramai dan gue aja kaget liat darahnya Emma udah beku di halaman sekolah. Gue gak tau apa-apa! Gausah sok jadi penengah deh! Lo tanya sama Selena, Krystal, Aldeo. Mereka juga gak datang malam itu. Dan lo juga, bisa jadi lo pembunuhnya tapi lo seakan-akan nyari pembunuh itu biar kita gak nuduh lo kan Daniel?!"

"Ada benernya juga." Selena mendekat ke arah Daniel, "Kenapa lo gak datang malam itu?"

"Gue males, gue bolos aja."

Aldeo tertawa, "Padahal waktu itu kita udah jumpa di lapangan basket Mayora. Lo udah bawa tas yang biasa lo pake untuk les pengayaan. Tapi kenapa lo absen?"

"Kok lo semua jadi balik nuduh gue sih? Kapan kita ketemu sama pembunuhnya kalau kita saling nuduh!"

Selena membuka suara lagi, "Buat apa lagi nyari pembunuhnya sih? Udah deh, Emma itu hidup atau mati sama aja nambah masalah. Beban tau gak? Udah mati bikin orang nambah pikiran. Kalau udah mati ya udah mati aja gak usah dicari siapa pembunuhnya, lagian Kepala Sekolah juga bilang kalau Emma itu bunuh diri kan?"

"Itu masih hipotesis, Selena," jawab Daniel.

"Lagian kenapa lo gak ngecek hp waktu itu?"

"Gue males karena gue lagi berantem sama Emma malam itu, gue juga males ditelponin sama Ibu gue terus makannya gue matiin hp gue. Paginya gue liat berita kalau Emma udah gak ada, dan gue gak mood buka hp yang isinya berita itu semua. Setelah Detektif minta keterangan, gue baru buka hp dan gue baru baca chat itu."

Daniel melanjutkan ucapannya, "Masalahnya coba baca bagian chat Emma nomor dua paling bawah."

Mereka mendekat, membaca pesan itu ulang.

Apapun yang terjadi nanti, tolong simpan baik-baik hp aku ya, jangan sampai di kasih siapapun termasuk pihak sekolah, ini juga tentang murid unggulan. Aku minta maaf udah marah sama kamu tadi.

"Tentang murid unggulan?" beo Aldeo.

"Maksudnya?" Rhea juga tak paham.

"Kalau gue tahu gue gak akan ngajak kalian diskusi. Bisa jadi kematian Emma ada hubungannya dengan pihak sekolah dan sistem kelas unggulan yang diterapkan selama bertahun-tahun."

"Tapi apa?" tanya Krystal memutar bola mata malas, diskusi mereka tak ada ujungnya. Sudah lebih dari batas waktu yang Krystal tentukan tadi. Tapi ia justru terjebak di gimnamsium dengan 4 orang gila yang ia musuhi selama di Mayora.

"Atau ... Bisa jadi pihak sekolah pembunuhnya? Guru? Donatur? Penjaga? Kepala sekolah atau justru Direktur Mayora. Kita gak tau siapa Direktur nya kan selama ini? Foto aja kita gak tau apalagi namanya. Selama ini tahta tertinggi yang pernah kita lihat wujudnya cuma Kepala Sekolah. Direktur utama gak pernah nonjolin diri," ucap Selena.

"Tapi atas dasar apa Direktur itu bunuh Emma?" tanya Krystal.

"Tapi bisa jadi Emma bunuh diri kan atas kesalahan yang dia lakuin, abis itu pihak sekolah marah dan dia takut kena hukum, terus—"

"Terus dengan bodohnya Emma lompat dari rooftoop?" Krystal memotong ucapan Rhea barusan. Ia tertawa dan mendekatkan jari telunjuknya ke pelipis Rhea.

"Lo punya otak gak sih? Kalian juga, diskusi kita gak ada habisnya kalau berspekulasi terus-terusan. Kalian anak unggulan, masa kalian gak bisa memprediksi kejadian sebenarnya gimana?"

"Kalau menurut lo sendiri?" tanya Aldeo.

"Gue? Menurut gue, Emma memang dibunuh. Kan Detektif sendiri yang bilang dalangnya gak cuma satu. Kemungkinan ada dua atau tiga orang karena setelah disimpulkan Emma jatuh dari atap, ada orang yang sengaja mencekik lehernya. Karena orangnya gak ahli, jadi ada luka dan bekas cekikan nya menandakan itu bukan dari tangan kanan tapi tangan kiri. Itu udah pasti dibunuh, gak mungkin Emma nyekik lehernya sendiri. Dan yang kidal diantara kita berlima cuma lo, Aldeo. Kemana lo malam itu? Gue tahu lo gak mudah bolos dengan alasan muka lo lebam, lo demam aja tetap les pengayaan. Lo bohong kan ke Detektif?"

Aldeo tertawa mendengarnya, "Ya, gue memang bohong, puas?"

***
Bersambung

IGENIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang