Igenius ch 19 : who did it?

332 26 0
                                    

Kepergian Emma semakin menambah dinginnya suasana kelas unggulan (Igenius). Semua murid terutama lima besar Igenius tampak tidak fokus belajar dengan Ms.Ilona. Krystal masih mengerutkan dahinya, bertanya-tanya pada dirinya sendiri soal siapa yang mendorong Emma dari atap. Tidak mungkin ia bunuh diri 'kan? Emma punya segalanya, keluarganya lengkap dan harmonis. Jadi rasa sakit apa yang membuatnya bunuh diri?!

Sedangkan Aldeo menatap datar ke arah Rhea yang masih gelisah di tempat duduknya. Perempuan berambut pendek itu langsung membuang wajah manakala bertatapan dengan Aldeo. Rhea menggigiti kukunya, lalu menggeleng.

"Gak, gak mungkin. Apa Aldeo tau kejadian malam itu? Kenapa dia natap gue kaya gitu?" batin Rhea.

Aldeo berdecih melihat kelakuan Rhea, Selena juga ikut gelisah di tempat duduknya. Ia mengerutkan dahi menatap Rhea.

Setelah istirahat, semua murid Mayora dari kelas unggulan sampai non unggulan dikumpulkan di ruangan auditorium. Kepala sekolah—Christopher mengisi pidato entah sudah berapa menit lamanya. Membuat kaki Selena sudah kesemutan sekarang.

"Jangan menyebarkan berita hoax kepada masyarakat, kami pihak sekolah akan mencari tahu lebih lanjut soal kasus kematian yang menimpa murid unggulan kami, Emmanuella O'Hara, kami juga tidak akan memperbolehkan media untuk meliput demi nama baik sekolah. Juga mengintrogasi semua murid unggulan khususnya Krystal, Selena, Aldeo, Rhea, Daniel, yang bersamaan tidak datang di les pengayaan dimana bertepatan dengan hilangnya nyawa Emma malam itu juga. Detektif sedang menuju kesini, silahkan kalian berikan jawaban yang jujur nantinya. Ada pertanyaan?"

Daniel menunjuk tangan, ia berdiri, "Saya Daniel Gutama dari Igenius XII, saya ingin bertanya kenapa kasus ini seolah sengaja ditutup-tutupi oleh pihak sekolah? Saya tau sekolah ingin menjaga nama baiknya, tapi ini bukan lagi soal martabat sekolah, ini tentang nyawa seseorang! Kalau pihak sekolah gak ada ikut campur tangan, kenapa harus melarang media untuk meliput dan melarang korban untuk di autopsi?"

"Daniel, jika kamu ada di posisi saya sebagai salah satu orang tertinggi di Mayora, kamu juga akan melakukan hal yang sama. Kamu tidak akan rela sekolahmu turun drastis peringkat dan citranya di mata masyarakat hanya karena kematian seseorang yang sudah dianggap bunuh diri."

"Hanya? Hanya Bapak bilang? Emmanuella itu bukan bunuh diri, dia dibunuh!"

Desas-desus langsung menyebar, semua murid yang jadi di auditorium berbisik-bisik.

Tuh kan apa gue bilang, gak mungkin dia bunuh diri, orang udah dapat peringkat satu gitu.

Mungkin ada yang ngancam dan dia tertekan?

Eh, tapi bisa jadi dia memang bunuh diri karena tuntutan peringkat satu? Kan biasanya ada tuh orang tua yang kaya gitu.

"Gak! Orang tua Emma bukan orang tua yang menuntut anaknya menjadi sempurna! Orang tua Emma selalu ada di saat anaknya susah ataupun senang, gak mungkin Emma meninggalkan orang tua dan peringkat satunya, pasti ada yang sengaja mendorong Emma dari atap sekolah karena dia iri dengan kehidupan Emma!"

Christopher tertawa, "Zaman sekarang masih aja ada pikiran begitu. Udah, kalian ikuti prosedur saja. Detektif diturunkan karena permintaan orang tua Emma. Bukannya kamu beruntung karena peringkat mu akan naik lagi kalau Emma menghilang?"

Daniel mengerutkan dahi, bisa-bisanya Kepala Sekolah berpikir seperti itu?

Setelah Christopher berkata panjang lebar, akhirnya murid Mayora diistirahatkan. Bahkan di kantin pun, masih banyak yang membicarakan soal kematian Emma. Ada berspekulasi bahwa Emma dibunuh, bukan bunuh diri. Namun ada juga yang tetap mempertahankan argumennya bahwa Emma memang bunuh diri dari atap gedung Mayora.

IGENIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang