Kami mulai bercerita satu sama lain, dan aku yang paling pertama bercerita, karna aku lah yang berbeda tempat duduk di antara mereka saat berada di Pesawat.
"Gimana tadi? bahagia nggak duduk sama bapak-bapak?" tanya Fendi mencolek lengan ku.
"Bahagia nya sih biasa aja, tapi bapak nya baik kok, walau ngga ngajak gue bicara tapi ya seenggak nya dia udah nemenin gue duduk hehe" jawab ku sembari mengunyah jajanan itu.
"Lah terus lo tau dari mana kalau bapak itu baik? kan dia ngga ngajak lo bicara?" tanya Fendi mengerutkan dahi nya.
"Yaa baik, tadi waktu kita udah mendarat gue kan ngebet banget tuh liat pemandangan luar jendela, jadi bapak itu suka rela ganti tempat duduk nya" jelas ku "tapi..." lirih ku mengingat Galang
"tapi kenapa?" tanya Adel membatalkan niatnya untuk memakan jajanan itu.
"Waktu di Pesawat tadi gue ketemu sama lelaki rubik" ucap ku memandang satu persatu dari mereka, mereka yang memiliki IQ rendah hanya terpaku dalam ucapan ku yang tak dapat di cerna "emmh gini, tadi di Pesawat selain gue duduk sama bapak-bapak, gue juga duduk sama satu lelaki lagi, dan LO TAU? DIA TAMPAN!" jelas ku mulai heboh, menepuk-nepuk paha Fendi yang ada di sebelah ku
"Sakit ih!" decak Fendi menepis tangan ku.
"Ish sirik aja lo" ejek ku melirik tajam.
"Bukan nya gue sirik, tapi ngga usah pake mukul gue segala, sakit" balas Fendi melengos.
"Udah-udah" kata Adel melerai
"Dia itu susah di ajak bicara tau" sambung ku tak menghiraukan Fendi.
"terus-terus Gres?" tanya Adel yang tak sabar "maksud lo susah di ajak bicara gimana?" sambung nya tak mengerti.
"Pokok nya susah, masa gue ajak dia bicara dia ngga ngerespon sama sekali dong" rengek ku kesal "niat gue kan supaya ya biar akraban dikit gitu" kata ku mencoba menutupi malu.
"Brttt...brttt , hoahahahahaha...hahahaha" mereka tertawa seakan tak puas membuly ku.
"Ihhh jangan ketawa" teriak ku kesal.
"Jadi, jadi, jadi, seorang Gresscia yang katanya, cantik, cetar, bohay, sexi, paling cantik di dunia ini, ngga di lirik sama sekali nih? se ganteng apa sih?" tanya Adel diiringi tertawa kecil
"apa jangan-jangan dia budek?" sambung Adel melotot "tapi masa iya ganteng-ganteng budek sih?" pikir Adel menggaruk kepala nya."Pikiran lo sama kayak gue kalau dia budek! tos dulu bro" sambung ku
"Wo iya jelas"
"Yang jadi pertanyaan gue, kenapa kalo lo ngga di respon sama lelaki itu, kenapa ngga coba sama bapak-bapak di sebelah lo aja?" celetuk Fendi.
"Ya kan nanti kalau ada istrinya gimana? ntar gue di kira mau selingkuhin lagi" elak ku mencari alasan.
"Bapak itu janda kok" ketus Fendi dengan tatapan yang seolah-olah benar.
"Kalau buat laki-laki yang cerai itu status nya duda, kalau janda buat perempuan" ralat Adel.
"Iya pokoknya itu deh" Fendi mulai menaikan satu jari telunjuknya dan memberi pertanyaan tak masuk akal nya itu "ayo ada yang bisa jawab ngga, tau dari mana kalau bapak itu janda?" tanya Fendi.
"Janda lagi, duda Fen" ralat Adel, ia menghela nafas panjang, dan mulai meninggalkan percakapan itu karena sadar mencapai puncak ketidak jelasan "udah gue mau tidur, kalo kalian masih mau cerita silahkan"
"Lemah, jam segini udah mau tidur" ejek Aksel tertawa miring.
"Biarpun gue lemah lo tetep perhatian sama gue, karna gue tau kalau lo suka sama gue, udah, see you" jelas Adel tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Plane Crashed [End]
Teen FictionHanya 13 part, jatuhnya pesawat Garuda Indonesia pada tahun 1990 saat mencapai ketinggian 11.000 kaki. Bersamaan dengan kisah cinta ku.