Aku bingung, memang nya aku salah apa pada Galang? kenapa dia begitu ketus kepada ku?
Galang langsung menyuruh salah satu teman nya untuk menggendong ku."Arzal! bawa" pinta Galang.
"Eh eh, mau bawa aku kemana?" tanya ku ingin brontak.
"Hussstt, mending lo diem, ikuti apa kata nya, nanti Galang marah!" kata Arzal mulai berjalan mengikuti jejak Galang.
"Galang itu pemarah ya?" tanya ku.
"Ngga juga, kalau dia lagi capek banget pasti dia marah-marah" jelas nya.
"Emang suka gitu?" tanya ku.
"Iyaa, udah diem nanti dia denger" pinta Arzal.
"Em lo temen apa nya?" tanya ku
"Temen bayi" jawab nya tersenyum.
"Hebat ya, bisa langgeng gitu he he" cengir ku, kenapa semua teman nya begitu nyaman di ajak bicara? "Galang itu emang ketus gitu ya? ngga pernah ketawa? atau emang ketus ke manusia yang ngga dia kenal? " tanya ku lagi-lagi.
"Sama sekali ngga, dia itu memang judes dari rahim, sama temen-temen nya aja dia tetep aja gitu, seumur hidup gue nih ya ngga pernah liat Galang senyum atau ketawa dan aneh nya kemarin pas kita di Pesawat gue liat Galang ketawa" jelas nya, membuat ku terkejut.
"Oh iya? ketawa karna apa?"
"Yaa bukan ketawa sampe terbahak-bahak juga sih, cuma senyum kayak ikhlas banget"
"Senyum buat siapa?"
"Ntah, gue tanya dia, malah ngga di jawab, berati pertanyaan gue ngga penting"
"Berati kalau kita mau bicara sama dia, harus bener-bener penting? supaya mau di jawab?"
"100 untuk mu"
"Hehe makasi" cengir ku "kapan-kapan boleh kita ketemu?" tawar ku.
"Emang mau apa?"
"Mau wawancara"
"Siap, boleh lah kalau begitu"
"Ha ha ha"
Selang beberapa menit aku sampai di danau di mana teman-temab ku berada, mereka yang terlihat bingung sontak kaget melihat ku datang bersama lelaki asing.
Arzal menurunkan ku.
"GRESSCIA!" teriak mereka.
"Dari mana aja sih lo?"
"Gue kan udah bilang, jangan jauh-jauh!"
"lo ngga papa kan?"
"mereka siapa?"
"Gue jawab yang mana dulu?" tanya ku bingung.
"Jawab lo ngga papa kan?" tanya Adel heboh.
"Gue gapapa kok" jawab ku santai "ada pertanyaan lagi?"
"Mereka siapa?" tanya Fendi menunjuk.
"Dia Arzal" kata ku menunjuk "dan dia Galang" sambung ku tersenyum manis, berharap akan mendapat balasan, tapi Galang yang tak merespon apa-apa, ia hanya mengalihkan padangan nya ke danau itu.
"Udah ya kita pamit dulu" pamit Arzal
"Makasih Zal, next time" ujar ku.
"Oke!"
Aku tak melihat tanda-tanda bahwa Galang akan berpamitan seperti Arzal.
"Heh!" panggil ku menghentikan langkah Galang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Plane Crashed [End]
Teen FictionHanya 13 part, jatuhnya pesawat Garuda Indonesia pada tahun 1990 saat mencapai ketinggian 11.000 kaki. Bersamaan dengan kisah cinta ku.