Haii sebelum lanjut, aku boleh tanya?
Gimana pendapat kamu tentang cerita ini? Bahasa kurang pas? atau gimana nih? tolong kasih saran supaya aku juga lebih hati-hati sekaligus nambah ilmu^^Selamat membaca^^
"Makasih" ucap ku setelah Galang menurunkan ku.
Galang tak menjawab, ia langsung pergi dengan memeluk badan nya sendiri, aku tak tega melihat nya kedinginan seperti itu, Galang hanya memakai jaket biasa, namun tak terlalu tebal.
"Cowo itu lagi Gres? ada hubungan apa sih lo? setiap ada masalah selalu ada dia?" tanya Adel heran "emm jangan-jangan kalian ada apa-apa nih?"
"Ngga, ngga ada hubungan apa-apa kok, gue aja ngga kenal dia" jawab ku terus melihat Galang.
"Yaudah lanjut ngga usah banyak bicara, lebih cepat lebih baik" kata Fendi yang sudah sangat kedinginan.
Kami melanjutkan perjalanan, tinggal 60 meter lagi kita akan sampai di puncak itu, kami berhenti sejenak akibat tenggorokan terasa kering karena kedinginan, kaki yang terus bergemetar hebat, air mineral biasa itu berubah menjadi air es.
"Siapa yang bawa air minum?" tanya Aksel gemetaran.
"Gue, tadi gue ambil dari danau" sahut ku mulai mengambil botol itu di dalam tas "jadi air es Sel, gimana" ujar ku kesal.
"Udahlah minum aja yang penting tenggorokan ngga kering dulu" pinta Aksel pasrah, bibir nya memerah, merebut air mineral dari tangan ku dengan kasar.
Kami bergantian meminum air itu.
"Lanjut!" teriak Aksel.
Kini hampir sampai puncak, jalanan itu semakin memiring, untuk bisa menuju puncak kita harus jalan merayap agar tidak tergelincir ke bawah, sesekali kita bergandengan tangan.
"Kita udah hampir sampai, sekitar 30 meter lagi kita akan sampai di puncak Gunung ini hushhh" teriak Aksel berada paling depan, nafas nya tak beraturan, banyak debu yang menempel di wajah nya dan baju yang sangat kotor.
"Huuuuu, akhirnya" teriak kami girang.
"PUNCAK KERINCI! KAMI DATANG!" teriak Fendi medengung.
"Sekarang kita sedang melewati tahap tersulit, dan gue harap jika terjadi apa-apa nanti, gue minta maaf sama kalian" jelas Aksel memelas, suasana tampak haru.
"Udah Sel, jangan bicara yang ngga-ngga, kita semua pasti selamat kok! Harus semangat, dan juga lebih hati-hati!" balas Adel tersenyum haru.
Aku mengangguk pelan, sedikit phobia dengan ketinggian, namun penasaran untuk mencapai keberhasilan.
"Yaudah lanjut, Gres, lo pegang tangan gue seerat mungkin" pinta Aksel "Adel pegang tangan Gresscia, dan lo Fen? ngga papa di belakang?"
"Okay it's okay" jawab Fendi mengacungkan jempolnya.
Kami berdoa terlebih dahulu untuk melanjutkan perjalanan.
"Aksel" panggil Fendi.
"Hm?"
"Lo adalah kunci dari keberhasilan kita" kata Fendi menghayati ucapan nya.
"Kenapa bisa begitu?" tanya Aksel heran.
"Bah? lo ngga tau?" tanya Fendi menepuk jidatnya "kan lo paling depan Sel, kalau lo berhasil kita semua juga pasti berhasil!"
"Iya tergantung lo juga" pekik Aksel.
"Jadi lo pingin gue mati gitu?" Fendi melotot.
"oo bukan, jadi di sini jangan terlalu ngarepin gue, gue hanya manusia biasa yang hanya bisa bernafas dan berak" sambung Aksel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Plane Crashed [End]
Teen FictionHanya 13 part, jatuhnya pesawat Garuda Indonesia pada tahun 1990 saat mencapai ketinggian 11.000 kaki. Bersamaan dengan kisah cinta ku.