Salah satu hambatan dalam menulis yang sering ditemui penulis pemula adalah bingung mau menulis apa lagi setelah naskah setengah jadi. Penerbit mensyaratkan jumlah minimal 150 halaman, tetapi baru nulis sampai halaman 60, kita udah ngos ngosan, macet nggak tahu nulis apa lagi. Untuk mengakali penerbit, penulis kemudian menambal-sulam naskahnya dengan kopas sana-sini, kadang dengan materi yang tidak berkaitan.
Editor sering kena darah tinggi kalau nemu naskah yang ditulis dengan ‘asal memenuhi syarat jumlah halaman’ tanpa memperhatikan isinya. Jadi tema besarnya ‘tips menanam jeruk bali’ tapi di naskahnya masak ada pembahasan tentang mengaet gadis ayu di Bali, kan nggak nyambung. Kenapa yang seperti ini bisa terjadi? Kenapa ada naskah yang isinya campur aduk kayak gado-gado tapi bumbunya soto? Nggak enak kan rasanya? Bingung menyelesaikan menulis naskah dan isi naskah yang gado-gado gini bisa dihindari jika kita punya outline alias kerangka tulisan.
Kenapa outline itu sangat penting? Karena outline bisa memandumu saat memulai, menyelesaikan, dan menyempurnakan tulisan.
Apa itu outline?
Outline adalah sebuah kerangka tulisan untuk menampilkan ide-ide utama dan pendukung atas sebuah subjek/tema tertentu. Diibaratkan, outline ini seperti kerangka dari tulisan kita. Jika naskah adalah tubuh manusia, maka outline adalah kerangka tulangnya. Kerangka ini menjelaskan secara singkat bagian apa berisi tentang apa saja, juga urutan penempatannya sehingga seluruh bagian koheren. duh berat kali ya bahasanya Atau, lebih mudahnya begini, anggap saja outline itu ‘daftar isi’ dari naskah yang sedang kamu tulis.
Dengan outline, proses menulis bisa terarah, tidak melebar dan meluas kemana-mana, dan hanya berisi hal-hal yang relevan.
“Jika kau ingin menulis naskah yang bagus, terlebih dulu kau harus membuat outline atau kerangka tulisan yang bagus.” (Brad Zomick)
Sebuah outline yang bagus akan membantu penulis mengeneralisaikan ide-ide, mengatur gagasan-gagasan, menghemat waktu, dan menjadikan tulisan cepat selesai. Misalnya, kamu hendak menulis tentang ‘menanam jeruk bali’ maka dengan outline, tulisanmu fokusnya bisa tetap setia ke jeruk bali, bukan kemudian meluber ke gadis Bali.
Dengan outline, kita jadi tahu habis A trus nulis B, trus udah itu nulis C, dan sesudahnya nulis D. Tulisan pun urut dan runtut. Dengan outline, otak kita tidak terbebani dengan harus mengingat-ingat mau nulis apa lagi, apa yang belum dicantumkan, setelah ini nulis apa. Dengan outline, kamu bisa berfokus untuk menulis pada satu bab hingga selesai, kemudian setelah itu berlanjut fokus menyelesaikan bab lain.
Outline membuat proses menulis menjadi lebih jelas, lebih terasa ringan karena kita memecah satu tugas besar dalam beberapa tugas kecil. Dengan outline, kita bisa menulis ‘melompat-lompat bab’ tanpa kehilangan arah karena ada outline yang merekam ‘kerangka besar tulisanmu.’
Misalnya saja, selesai menulis bab 1 kamu ingin melompat menulis ke bab 4, tidak apa-apa. Ada outline yang menjagamu agar tidak hilang arah. Dengan outline, kita jadi tahu bab 1 kurang banyak, bab 3 belum dicari datanya, bab 7 kurang dipoles, bab 9 terlalu tipis halamannya, dll.
Setelah tahu pentingnya membuat outline dalam proses menulis, pertanyaan selanjutnya adalah:
“Bagaimana cara membuat outline yg bagus?”
Dalam artikelnya, “How To Write an Outline”, Brad Zomick menganjurkan 5 langkah berikut u/ membuat outline tulisan yang bagus. Langsung saja kita bahas 5 Tahap Efektif Membuat Outline untuk Naskahmu.
(1) Tentukan tema/topik besar yang hendak kamu angkat dalam tulisanmu
Pertama-tama, kamu harus tahu kamu hendak menulis apa. Mengetahui dengan pasti apa yang hendak kita tulis adalah langkah pertama dalam membuat outline yang baik. Kita harus tahu kita mau nulis tentang APA, sehingga isi outlinenya bia fokus pada APA-APA yang memang hendak dituliskan. Misalnya saja, kamu hendak menulis tentang tips menanam jeruk bali, maka kamu tahu yang akan kamu tulis adalah jeruk bali bukan gadis Bali! Mengetahui apa yang hendak ditulis akan memandu tulisan agar tetap berada di rel yg seharusnya, tetap pada rel jeruk bali, bukan gadis Bali.