Pernahkah kamu membaca novel atau cerpen lalu menjumpai ending yang tak terduga? Misalnya tokoh yang sejak awal kamu anggap sebagai tokoh protogonis pada akhirnya malah terbukti sebagai tokoh antagonis yang menjadi penyebab semua masalah. Atau jawaban dari sebuah misteri yang mewarnai seluruh cerita ternyata terletak pada hal-hal sepele yang tidak kamu pikirkan sejak awal?
Nah, seperti itulah plot twist bekerja. Twist dalam bahasa Inggris berarti puntiran atau memuntir. Jadi plot twist dapat didefinisikan sebagai cara memuntir alur sebuah cerita untuk membuat pembaca tidak dapat menduga arah cerita tersebut.
Plot yang tidak bisa ditebak membuat pembaca kerasan membaca karya tersebut hingga akhir. Memang, daya tarik sebuah cerita akan berkurang jika pembaca sudah bisa menerka akan ke mana arah cerita tersebut: bagaimana konfliknya, bagaimana ending-nya, apa yang akan terjadi dengan tokoh protogonis, antagonis dan seterusnya.
Bahkan dengan plot twist yang dahsyat, pembaca bisa terperangah setengah mati karena "terhempas" pada kenyataan yang berbeda dari yang dibayangkan, sampai merasa dikibuli oleh penulis. Banyak yang kemudian malah memutuskan membaca ulang seluruh cerita karena geregetan.
Nah, kita akan mengulik satu jenis plot twist secara khusus yaitu red herring.
Secara harafiah red herring berarti ikan herring merah. Biasa menjadi ungkapan untuk sesat pikir atau sesat logika yang mengalihkan perhatian dari permasalahan utama dengan taktik tertentu. Nah dari sinilah nama red herring digunakan untuk rujukan bagi plot twist ini.
Red herring adalah jenis plot twist yang biasa digunakan pada kisah misteri, cerita detektif dan genre sejenis, untuk mengecoh pembaca dengan petunjuk-petujuk palsu. Ini membuat kesimpulan pembaca menjadi bias sehingga dengan mudah plot dapat dipelintir.
Pertanyaannya, bagaimana kita membangun cerita agar plot twist red herring yang kita gunakan manjur atau berhasil? Mari melihat unsur-unsur cerita yang dapat menjadi senjata kita membangun plot twist tersebut.
Tokoh
Menurut saya cara membangun plot twist yang paling mudah ada pada "tokoh" cerita. Red herring dapat dimasukkan pada saat membangun karakter tokoh dalam cerita kita.
Bagaimana membangun sifat-sifat seorang tokoh sehingga pembaca tidak menduga jika pada akhirnya tokoh protogonis menjadi antagonis atau sebaliknya.
Bisa juga penokohan dibuat sedemikian rupa sehingga pembaca tidak menduga tokoh yang semula nampak tidak memiliki peran besar dalam alur ternyata menjadi tokoh penting pada saat cerita mencapai klimaks atau ending.
Cara lain adalah tidak menampakkan semua sifat atau karakter dari tokoh-tokoh dalam cerita kita ke permukaan. Ada sebagian yang disembunyikan dari pembaca, untuk ditampilkan pada saatnya tiba.
Identitas
Ini sebenarnya masih cukup dekat dengan pembahasan "tokoh" di atas. Hanya saja jika di atas kita bicara karakter dan sifat-sifat yang ada pada tokoh, pada "identitas" kita menggunakan identitas tokoh dalam cerita menjadi petunjuk palsu untuk mengecoh pembaca. Misalnya tokoh yang dipikir sudah meninggal, ternyata karena keberuntungan tidak jadi meninggal dan muncul kembali pada saat yang tidak diduga-duga. Atau tokoh yang kita tampilkan ternyata memiliki peran ganda, seorang pemain piano klasik sekaligus seorang mata-mata, atau pialang saham yang ternyata memiliki side job sebagai pembunuh bayaran
Identitas utama ditampilkan sebagai pengecoh sedangkan peran yang tersembunyi merupakan bagian dari plot twist.
Bisa juga tokoh yang ditampilkan ternyata identitasnya tidak seperti yang dibayangkan pembaca. Mislakan membaca cerpen Zanitha sebagai contohnya. Ini cerpen yang bertema objectophilia, bukan cerpen misteri, tapi bisa jadi contoh untuk membantu kita memahami pembahasan identitas ini.