Part 12

1.3K 110 11
                                    

Kanaya memasuki rumahnya dengan langkah pelan. Ralasaya sangat malas memasuki rumah ini.

Tepat di ruang keluarga, Irfan, Yuli dan Kesya sedang duduk sambil tertawa tanpa beban.

"Kanaya, sini," panggil Yuli. Mau tak mau Kanaya harus menghampiri mereka.

"Apa mah?"

"Kamu ambilin air hangat buat kaki Kesya." Kanaya mengangguk lalu berjalan menuju dapur. Tak lama dia kembali dengan membawa air hangat.

"Bersihin kaki Kesya," ucap Yuli membuat Kanaya terkejut.

"Apa?"

"Kamu tuli? Bersihin kaki Kesya cepetan. Tuh memar gitu karena kamu dorong kemarin!" bentak Yuli. Mau membantahpun percuma, karena tidak akan ada yang membelanya. Irfan? Lelaki paruh baya itu hanya menatap Kanaya sekilas lalu sibuk menonton televisi. Mau tak mau Kanaya menunduk dan membersihkan kaki Kesya.

"Aww pelan-pelan dong," ringis Kesya membuat Kanaya mengerutkan kening. Perasaan Kanaya hanya manyentuh, kenapa bisa sakit?

"Kanaya! Kamu sengaja?!" bentak Yuli berdiri dari duduknya sementara Kanaya hanya diam.

"Ashh sakit banget," ringis Kesya mengangkat kakinya dan mengelusnya pelan.

Yuli mendorong bahu Kanaya sehingga membuat cewek itu terduduk. "Dasar gak tau diri! Kalau kaki Kesya kenapa-napa gimana?!"

"Kanaya hanya sentuh kaki Kesya, gimana bisa sakit?" balas Kanaya sambil berdiri.

"Alah gak usah alasan. Kamu sengaja kan?"

"Bukan Kanaya yang sengaja. Mungkin Kesya yang pura-pura," balas Kanaya seketika membuat Yuli emosi dan Irfan langsung berdiri dari duduknya.

"Kesya gak pernah bohong!" kata Irfan menatap tajam Kanaya.

"Udah salah masih nyalahin orang!" marah Yuli tidak terima anak kesayangnnya dituduh.

"Udah mah, pah. Kesya gak papa kok," ucap Kesya menarik kaos Irfan agar duduk kembali.

"Gak berguna! Bawa ini ke dapur!" Yuli menendang ember membuat air hangat tadi tumpah.

"Jangan lupa bersihin ini," sambung Yuli lalu duduk di sebelah Kesya.

Sementara Kanaya menunduk mengambil ember lalu membawanya ke dapur. Setelah itu kembali dengan kain pel. Mengepel lantai dengan keluarganya yang sedang duduk di sofa sambil tertawa. Miris!

Dirasa sudah selesai, Kanaya kembali ke dapur lalu naik ke kamarnya.

Ya Allah, apa yang harus Kanaya lakuin? Haruskah Kanaya melawan mereka yang selalu memperlakukan Kanaya kaya gini? batin Kanaya bersandar di pintu kamarnya.

*****

"Den, lo ngerasa ada yang aneh gak sih sama Kanaya?" tanya Sarah memecah keheningan di antara mereka.

"Gue rasa juga gitu," balas Denis menyeruput jusnya. Sekarang mereka berdua di sebuah cafe yang biasa mereka datangi. Tapi kali ini mereka datang tanpa Kanaya.

"Gimana kalau kita paksa Kanaya buat cerita ke kita?" tanya Sarah meminta pendapat pada Denis.

"Jangan. Kita gak boleh maksa kalau dia gak mau ngasih tau kita."

"Tapi, Den. Kenapa dia gak ngasih tau kita? Apa dia gak percaya yah sama kita?" tanya Sarah sedih.

"Gak semua dia harus ngasih tau kita. Setiap orang punya privasi masing-masing."

"Kira-kira masalah apa yah? Masalah percintaan?" tanya Sarah membuat Denis tersedak menimannya sendiri.

"Masalah percintaan? Gak mungkin banget," jawab Denis berusaha merubah ekspresinya.

"Iya sih. Apa jangan-jangan masalah keluarga?" tanya Sarah lagi.

Denis berpikir sejenak. "Gak mungkin deh. Lo kan tau, keluarga Kanaya humoris banget. Kanaya juga selalu bangga-banggain mama sama papanya sama Kesya juga." Sarah mengangguk-anggukan kepala membenarkan.

"Udahlan, mungkin Kanaya gak bisa ceritain masalahnya ke kita. Kita juga gak boleh maksa," sambung Denis.

Sarah mengangguk pasrah. Namun di dalam hati, dia akan mencari tahu masalah apa yang sedang Kanaya hadapi. Sarah tetap Sarah. Gadis keras kepala yang tidak mau orang yang dia sayang menghadapi masalah sendiri.

*****

"KANAYA!!" teriak Yuli dari lantai bawah membuat Kanaya mengehela napas. Sedari tadi Yuli terus meneriaki namanya hanya untuk menyuruhnya.

Kanaya segera turun ke lantai bawah dengan tergesa-gesa. "Ada apa mah?"

"Ambilin mama minum," ucap Yuli tanpa mengalihkan pandangannya pada layar televisi yang sedang dia nonton bersama Irfan dan Kesya.

"Iya ma," ucap Kanaya berlalu menuju dapur. Tak lama dia kembali dengan segelas air di tangannya.

"Nay, ambilin hp gue dong. Gue gak bisa jalan, kaki gue sakit," ucap Kesya menunjuk ponselnya yang tergeletak di atas meja tak jauh dari tempat duduknya. Langsung saja Kanaya mengambilnya dan memeberikan pada Kesya.

"Papa mau apa? Biar Kanaya ambilin?" tanya Kanaya pada Irfan yang dibalas gelengan kepala oleh lelaki paruh baya itu. Tentu tanpa menoleh ke arah Kanaya.

"Sana kembali ke kamar kamu," ucap Yuli terdengar mengusir. Kanaya langsung berjalan menuju kamarnya tanpa banyak bicara.

Tiba di kamar, Kanaya mengambil ponsel yang yang sedari tadi berdering.

"Assalamualaikum, Sar. Ada apa?"

"Waalaikumsalam. Nay, gue ke rumah lo ya bareng Denis," ucap Sarah dari seberang sana membuat Kanaya terkejut.

"Jangan! Gu-gue lagi di luar."

"Yaudah deh lain kali aja," ucap Sarah lalu mematikan sambungan telfonnya membuat Kanaya menghela napas lega.

"Maafin gue Sar, Den. Gue udah banyak berbohong sama kalian," lirih Kanaya terisak pelan.

*****
MAKASIH SUDAH MEMBACA🖤

Kanaya StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang