Kanaya memasuki rumahnya dan langsung mendapati tatapan tajam dari Yuli dan juga Kesya.
"Kanaya, sini kamu!"
Kanaya berjalan mendekati dua orang itu dengan pelan.
"Bilangin sama temen kamu yang gak berguna itu jangan pernah gangguin Kesya dan teman-temannya!" bentak Yuli membuat tangan Kanaya mengepal.
"Mama boleh ngatain Kanaya! Mama boleh mukul Kanaya! Tapi mama gak punya hak ngatain temen Kanaya!"
Plak!
"Mama dan papa gak pernah ajarin kamu ngebentak orang tua Kanaya!"
"Mama dan papa bahkan gak pernah ngajarin Kanaya apapun. Mama dan papa selalu sibuk sama Kesya, seakan-akan anak kalian hanya Kesya," ucap Kanaya dengan suara bergetar.
"KANAYA!" teriak Yuli lalu menampar Kanaya yang kedua kalinya.
"Emang siapa kamu berani ngejawab? Harusnya kamu sadar diri. Kamu di sini hanya numpang. Kamu gak pernah banggain orang tua. Selalu aja malu-maluin, hidup buat jadi beban aja. Anak gak berguna!"
Kanaya memejamkan matanya kuat-kuat. Lagi-lagi kata-kata itu keluar dari mulut mamanya. Kata-kata yang membuat dadanya sesak. Kata-kata yang membuatnya down.
"Kanaya ke kamar," pamit Kanaya lalu berjalan melewati Yuli dan Kesya.
Setelah sampai kamarnya, Kanaya menutup pintu dan langsung terduduk. Beberapa kali Kanaya memukul dadanya yang terasa sangat sesak.
Ya Allah, boleh Kanaya nyerah?
Tiba-tiba ponselnya berdering. Segera Kanaya merogoh saku seragamnya dan mengangkat telfonnya yang ternyata dari Kaisar.
"Assalamualaikum, adek abang."
"Wa-waalikumsalam, bang," jawab Kanaya berusaha menahan isak tangisnya.
"Loh? Kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Kaisar cemas.
Kanaya mendengar itu tersenyum. Gak boleh nyerah, Kanaya. Lo masih punya abang dan sahabat lo.
"Kanaya baik-baik aja kok."
"Alhamdulilla kalau gitu."
"Abang ngapain telfon?"
"Emang gak boleh abang nelfon adek abang?"
"Boleh kok, hehehe."
"Yaudah kamu baik-baik aja yah di sana. Abang mau ngerjain tugas kuliah dulu. Nanti abang telfon lagi yah."
"Iya abang. Abang juga baik-baik di sana. Assalamualaikum." Setelah mendengar Kaisar menjawab salamnya, Kanaya segera menutup sambungan telfonnya dan langsung memeluk kakinya erat. Cewek itu menybunyikan wajahnya di lutut dan terisak. Tanpa sadar, Kanaya tertidur dalam posisi itu.
*****
Kanaya terbangun dari tidurnya saat jam sudah menunjukan pukul tujuh malam. Cukup lama juga dia tertidur.
Kanaya merasa semua badannya remuk akibat posisi tidurnya yang sangat tidak baik.
"Awww, pinggang gue sakit banget," ringis Kanaya sambil berusaha berdiri.
Perutnya pun, sudah berbunyi minta diisi. Kanaya berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Tak lama Kanaya keluar dengan pakaian santai lalu cewek itu turun ke bawan untuk makan malam.
Kanaya menyerngit bingung saat melihat rumahnya kosong. Dimana mama dan kakaknya?
Tidak mau ambil pusing, Kanaya segera berjalan ke meja makan yang ternyata tidak ada makanan. Apakah mama dan kakaknya pergi makan di luar?
Kanaya meringis saat perutnya berbunyi berkali-kali.
Gue masak mie instan aja deh.
Cewek itu mulai memasak mie instan dan langsung memakannya setelah masak.
"Alhamdulillah," gumam Kanaya lalu mengangkat piringnya dan langsung mencucinya. Setelah itu, Kanaya kembali ke kamarnya.
Kanaya sampai di kamar bertepatan dengan ponselnya yang berdering di atas nakas. Segera cewek itu mengangkat video call yang ternyata dari Sarah.
"Assalamualaikum, Sar. Ada apa?"
"Waalaikumsalam. Hehehe gak ada apa-apa kok. Gue cuman mau nelfon lo aja, soalnya bonus gue banyak," ucap Sarah sambil cengengesan membuat Kanaya mendengus kesal.
"Gue kirain ada apa-apa."
"Eh lo jangan tutup dulu telfonnya yah. Gue mau sambung sama Denis."
"Hmmm."
"Halo semua! Denis yang ganteng ada disini!" Kanaya memutar bola mata malas saat wajah Denis tertera di layar ponselnya.
"Nyesel gue ajak lo video call, Den," ucap Sarah kesal.
"Heh, Sar. Harusnya lo bersyukur, malam-malam gini ada cowok ganteng yang video call sama lo. Lo gak pernah kan video call sama cowok selain gue? Ya iyalah lo kan jomblo!" cerocos Denis membuat Kanaya tertawa sementara Sarah membulatkan matahya.
"Kalau kita tetanggaan, udah gue lempar jendela kamar lo!"
"Udah ih, bertengkar mulu," lerai Kanaya agar perdebatan kedua sahabatnya tidak berlanjut.
"Denis tuh. Cari masalah mulu sama gue!"
"Kok gue?"
"Kalau bukan lo siapa lagi? Masa gue?"
"Emang lo--"
Belum sempat Denis menyelesaikan ucapannya, Kanaya segera mematikan ponselnya. Cewek itu yakin pasti sekarang kedua sahabatnya tengah kesal karenanya.
Kanaya membaringkan tubuh di ranjangnya lalu memejamkan matahya. Tak butuh waktu lama, Kanaya sudah berada di alam mimpi.
*****
MAKASIH SUDAH MEMBACA🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya Story
Novela Juvenil(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) "Semua orang punya keluarga, tapi tidak semua merasakan kasih sayangnya."---Kanaya Putri _____