Kanaya duduk di meja belajar yang ada di kamarnya dan mulai menulis di buku diarynya.
Tanpa sadar air mata Kanaya jatuh dan membasi bukunya. Hati Kanaya benar-benar hancur sekaligus senang.
Senang karena dia sudah merasakan pelukan tulus dari seorang ibu. Dia merasa hancur karena, kenapa bukan Yuli yang memberikan sandaran pada saat dia terpuruk?
Isakan-isakan kecil lolos dari bibirnya. Kanaya lelah. Kanaya benar-benar lelah.
Kanaya mengambil ponselnya berniat menghubungi kaisar tapi terlambat karena Kaisar sudah menghubunginya duluan.
"Assalmualaikum, bang."
"Waalaikumsalam. Nay kamu baik-baik ajakan?" tanya Kaisar dengan panik.
"Abang kenapa? Abang baik-baik ajakan?"
"Ya Allah, dek. Kan abang nanya, kenapa malah nanya balik?"
"Hehehe maaf bang. Bang, Kanaya mau ngomong sesuatu," ucap Kanaya berusaha menggigit bibirnya agar isakannya tidak keluar.
"Mau ngomong apa dek?"
Kanaya mengatur napasnya yang memburu. Dadanya tiba-tiba terasa sangat sakit.
"Ka-kanaya sayang banget sama abang, mama, papa dan Kesya."
"Abang tau."
"Abang baik-baik aja yah. Bang, boleh Kanaya minta sesuatu?"
"Apapun untuk adek abang."
"Abang harus ngasih kabar ke Kesya tiap hari biar dia gak khawatir."
"ASTAGFIRULLAH. ABANG BARU INGAT! Nay, sekarang kamu ke rumah sakit tempat nenek dulu!"
"Kenapa? Bang jangan bikin Kanaya khawatir."
"KESYA! KESYA KECELAKAAN!"
"Astagfirullah. Bang Kanaya ke rumah sakit dulu. Assalamualaikum."
Kanaya mematikan ponselnya. Pada saat ingin berdiri, cewek itu kembali merasakan sakit di dadanya.
"Ya Allah, kuatkan Kanaya."
Kanaya memukul dadanya berusaha berharap sakitnya hilang.
Kanaya tidak bisa menahan tangisnya. Dalam hati dia terus berdoa agar Kesya baik-baik saja.
"ASTAGFIRULLAH, NAK!" teriak ibu Nadin yang baru saja datang bersama Nadin.
"Kak Naya! Kak Naya kenapa?!" tanya Nadin yang sudah menangis melihat Kanaya.
"Kakak gak papa. Bu, Naya mohon bawa Naya ke rumah sakit Permata," ucap yang masih memegang dadanya.
"Iya nak." Ibu Nadin segera membantu Kanaya berdiri. Setelah itu berjalan keluar dengan perasaan panik.
*****
"DOKTER! TOLONG!" teriak Ibu Nadin.
Beberapa dokter langsung datang dengan membawa brankar.
"Loh Kanaya?" kaget dokter Nia, dokter yang selama ini merawat Kanaya saat berobat.
Kanaya menaruh telunjuknya di bibir menyisyaratkan pada dokter agar tidak berbicara tentang penyakitnya.
Setelah Kanaya dibaringkan di atas brankar, dokter mulai mendorongnya.
"Nak, kamu harus kuat," ucap ibu Nadin menatap Kanaya dengan mata memerah.
"Kak Naya gak boleh sakit," ucap Nadin terisak pelan.
"Kanaya gak papa," ucap Kanaya tersenyum. Kanaya mengalihkan pandangannya ke arah samping dan tanpa sengaja matanya menangkap Irfan dan Yuli di depan ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya Story
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) "Semua orang punya keluarga, tapi tidak semua merasakan kasih sayangnya."---Kanaya Putri _____