Part 20

1.3K 101 1
                                    

Semakin hari sikap Rendi sangat perhatian pada Kanaya hingga membuat Kanaya merasa senang. Bahkan jantungnya sering berdetak kencang saat sedang bersama Rendi.

"Woy!" teriak Sarah tepat dihadapan wajah Kanaya membuat cewek itu terkejut. Sekarang mereka berdua sedang berada di cafe yang sering mereka datangi.

"Astagfirullah. Apasih Sar? Gue kaget tau."

"Kenapa lo senyun-senyum sendiri? Gila lo?"

"Enak aja."

"Ya lo sih senyum-senyum sendiri. Noh semua orang pada liatin lo."

Kanaya menatap sekeliling. Benar, banyak orang yang sedang menatapnya. Kanaya tersenyum kecut lalu menyatukan kedua tangannya meminta maaf.

"Eh, Sar. Gue mau ngomong sesuatu," ucap Kanaya setelah cukup lama terdiam.

"Ngomong apa? Jangag bilang kalau selama ini lo suka sama gue?"

"Astagfirulla, Sar."

"Terus?"

"Hmm gak tau kenapa setiap kali deket Rendi, jantung gue kaya lagi maraton gitu," ucap Kanaya membuat Sarah terkejut.

"Seriusan?" Kanaya mengangguk menjawab pertanyaan Sarah.

"Itu berarti lo udah mulai suka sama, Rendi."

"Masa sih?"

"Iya, Nay. Gue berharap lo bahagia," ucap Sarah menatap Kanaya dengan senyum.

*****

Kanaya memasuki rumahnya. Seperti biasa, Irfan, Yuli dan Kesya sedang duduk diruang keluarga.

"Kanaya sini!" panggil Yuli membuat Kanaya menghampiri ketiganya.

"Iya mah?"

"Pijetin kaki mama bentar." Kanaya yang mendengar itu langsung mendudukan diri di karpet lalu mulai memijat kaki Yuli.

Dalam hati, Kanaya sedang berteriak senang. Akhirnya dia bisa berada ditengah-tengah keluarga walau hanya buat pijit kaki Yuli. Kanaya sangat bersyukur. Kanaya pengen waktu berhenti sebentar agar dia bisa menikmati momen ini.

"Sudah. Sekarang kamu ke kamar," perintah Yuli. Kanaya mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya.

Setelah sampai di kamarnya, Kanaya langsung tersenyum bahagia.

"Ya Allah, Kanaya sangat bahagia. Makasih," gumam Kanaya.

Tiba-tiba ponsel Kanaya berdering dan tertera nama Rendi di layar.

"Assalamualaikum, Ren."

"Waalaikumsalam."

"Ada apa?"

"Emang harus ada apa-apa baru gue telfon?" tanya Rendi spontan membuat Kanaya menggeleng.

"Enggak kok."

"Nay?"

"Iya, Ren?"

"Aku rindu." Jantung Kanaya langsung berdegup kencang mendengar ucapan Rendi.

"A-aku?"

"Iya. Kenapa? Kamu gak suka?"

"Bukan gitu. Gue hanya belum terbiasa."

"Harus terbiasa, Nay. Pokonya besok kita ngomong harus pake aku-kamu. Ngerti?"

"Ngerti, Ren."

"Yaudah. Tidur gih," ucap Rendi.

"Iya," balas Kanaya lalu menutup telfonnya secara sepihak. Setelah itu Kanaya memegang jantungnya.

Kanaya StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang