part 02

2.2K 162 13
                                    

Setelah libur penjang, kini Kanaya akan kembali bersekolah. Kanaya berdiri di depan cermin besar, menatap pantulan dirinya yang sudah memakai seragam putih abu-abu.

Perlahan tangannya terulur menyentuh kedua sudut bibirnya dan dilengkungkan ke atas. Memaksanya untuk tersenyum seolah-olah menunjukkan kalau dia bahagia.

"Oke Kanaya. Teruslah tersenyum. Tunjukan pada dunia kalau lo baik-baik aja," ucap Kanaya setelah itu keluar dari kamarnya berjalan menuju lantai bawah.

Saat sudah sampai di bawah, Kanaya bisa melihat Irfan, Yuli dan Kesya sedang sarapan.

"Pagi," ucap Kanaya sambil duduk di samping Kesya.

"Pagi," balas Irfan. Sementara Yuli dan Kesya bersikap seolah-olah Kanaya tidak ada.

"Ma, Pa. Kesya berangkat yah, udah mau telat soalnya," ujar Kesya berdiri dari duduknya dan langsung mencium punggung tangan Irfan dan Yuli.

"Bawa mobilnya jangan ngebut," ucap Yuli yang dibalas anggukan oleh Kesya. Setelah itu, gadis berambut panjang itu segera keluar rumah.

"Yaudah Papa juga mau berangkat juga." Irfan berdiri dari duduknya diikuti Yuli.  Sebelum pergi ke depan, Irfan menyempatkan diri mengelus rambut putri bungsunya.

Kanaya menatap punggung Irfan dan Yuli yang sudah berada di ambang pintu. Lalu kembali memakan roti tawarnya.

Setelah selesai, Kanaya berjalan meninggalkan meja makan. Saat berpapasan dengan Yuli, Kanaya mengadakan tangannya bersiap mencium punggung tangan Yuli. Namun, wanita paruh baya itu dengan angkuhnya berjalan tanpa mau menoleh pada Kanaya. Kanaya menghela napas pelan, kejadian seperti ini sudah sering terjadi di setiap pagi.

"Kanaya berangkat. Assalamualakum." Setelah mengucapkan itu, Kanaya berjalan menuju mobilnya. Lalu cewek itu melajukannya menuju SMA Wijaya.

****

Kanaya memarkirkan mobilnya di parkiran, setelah itu turun dari mobil dan berjalan menuju kelasnya yang dia sudah tau. Karena sahabatnya sudah menelfonnya tadi dan memeberi tahukan kalau mereka sekelas lagi.

Saat Kanaya memasuki kelas, dia sudah di sambut dengan teriakan dari sahabatnya itu.

"Kanaya! Gue rindu banget sama lo!" teriak Sarah Natalia. Sahabat Kanaya selain Denis Anggara.

"Gak usah teriak kali, Sar. Gak malu lo di liatin mereka?" Sarah langsung menoleh tajam pada Denis. Sementara Kanaya hanya tertawa pelan lalu mendudukkan diri di samping bangku Sarah.

"Buat apa malu? Toh gue gak habisin beras di rumah mereka."

"Terserah lo deh," ucap Denis. Berdebat sama Sarah pasti tidak akan ada habisnya, karena cewek itu tidak mau kalah.

"Eh, Nay. Masa tadi pas gue jalan, Nita dan Kesya liat gue sinis amat. Ihhh pengen rasanya gue tusuk tuh mata mereka pake garpu yang ada di rumah gue. Gue lebih suka Dila dari pada tuh dua mak lampir!" ucap Sarah dengan emosi yang menggebu-gebu. Kanaya yang mendengarnyapun tertawa. Dia sudah biasa mendengar Sarah bercerita tentang 2 kakak kelasnya itu yang tak lain salah satunya adalah kakaknya sendiri. Kanaya memang mengetahui kalau Sarah sangat membenci kedua orang itu, Kanaya juga tidak menpermasalahkan. Karena Kanaya yakin, Sarah membenci mereka karena ada sebabnya.

"Kok lo betah banget sih serumah sama Kesya, hii dari tatapannya aja pasti dia jahat, songong, sombong. Semua ada di dia, iyakan?"

"Gak kok. Kesya sebenarnya baik banget," ucap Kanaya.

"Baik dari mananya? Orang di sekolah biar negur lo aja nggak. Malah sering kalau kita lagi duduk di kantin dia natap lo sinis. Sebenarnya tuh orang punya masalah hidup apa sih? Kesel gue." Kanaya tertawa mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Udah gak boleh ngomongin mereka," ucap Kanaya membuat Sarah mengerucutkan bibirnya.

"Gak usah gitu, Sar bibirnya. Geli gue liatnya." Sarah langsung berbalik dan menjitak kepala Denis kuat.

"Lo cewek tapi tenaga lo kaya kuli," cibir Denis sambil menaikan kakinya di atas meja. Denis duduk sendiri di kursi bagian belakang pojok kanan. Sementara Sarah dan Kanaya duduk tepat di hadapannya.

"Bacot lo tai," balas Sarah menjulurkan lidahnya pada Denis lalu kembali ke posisi semula mengahadap ke depan.

Tak lama guru mata pelajaran masuk dan memulai pelajaran.

*****

"Nay, sana tuh meja kosong!" teriak Sarah bahagia saat mendapati meja yang belum diisi oleh murid-murid.

"Lo hobi banget sih teriak-teriak!" kesal Denis membuat Kanaya tertawa. Sementara Sarah yang berjalan paling depan segera berbalik dan meninju lengan Denis kuat.

"Sewot aja lo!"

Karena sibuk menatap tajam Denis, Sarah sampai menabrak seseorang karena posisi jalannya menghadap Denis yang berada di belakangnya.

"Awww," ringis seseorang membuat ketiganya menoleh ke bawah dan mendapati Kesya yang sudah terduduk di lantai.

"Awww kaki gue sakit!" pekik Kesya sambil memegangi kakinya.

"Eh lo kalau jalan pakai mata dong!" bentak Nita mendorong bahu Sarah.

"Sejak kapan jalan pakai mata? Jalan itu pakai kaki!" balas Sarah tak mau kalah.

"Eh lo ngejawab aja!"

"Gue jawab karena gue punya mulut!"

Karena geram, Nita langsung saja menjambak rambut Sarah. Tidak terima, Sarah pun membalas.

"Nit, udah Nit," ucap Dila sedikit mengeraskan suaranya.

Kanaya yang merasa kasihan segera memisahkan. Namun bukkannya terpisah, Nita malah mendorong Kanaya hingga perempuan itu mundur beberapa langkah dan tanpa sengaja menginjak kaki Kesya sehingga membuatnya menjerit kesakitan.

"KAKI GUE!"

"Astaga, Sya. Gue minta maaf. Gue gak sengaja," panik Kanaya berniat menolong Kesya tapi tangannya langsung ditepis kasar oleh Kesya.

Nita melepaskan jambakkannya begitupun Sarah. Dila dan Nita segera membantu Kesya berdiri.

"Awas aja lo," bisik Kesya menatap Kanaya tajam. Setelah itu dia berjalan keluar kantin dibantu oleh Dila dan Nita.

Denis yang tadi melihat Kesya menepis kasar tangan Kanaya menyerngit bingung.

"Nay, lo bertengkar sama Kesya?" tidak mau bertabah bingung. Denis memutuskan untuk bertanya.

"Gak kok."

"Terus kenapa dia gak mau lo nolongin dia?"

"Ah dia marah gue. Soalnya semalam gue jahilin dia," jawab Kanaya. Berikutnya cewek itu tersenyum saat melihat Denis dan Sarah menganggukan kepala pertanda mereka percaya.

"Eh ke kelas yuk. Gue udah gak napsu makan nih," ajak Kanaya yang diangguki kedua sahabatnya. Lalu berjalan kembali ke kelas mereka.

Sebenarnya Kanaya bohong. Bukan tidak napsu makan, hanya Kanaya mengingat  ucapan Kesya sebelum dia meninggalkan kantin tadi. Awas aja lo!

Kanaya takut, Kesya akan kembali mengaduh pada Yuli dan berakhir dirinya yang disiksa.

*****
Hai semuanyaaaa!!!

Mau jadi saksi perjalanan hidup Kanaya? Ikuti aja sampai end, oke?

MAKASIH SUDAH MEMBACA🖤

Kanaya StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang